Yuhuu~ 💃
Mumpung eke lowong dan cinta kalian, maksud eke, cinta maljum wkwk 😂😂
Eke up yee chapter selanjutnye~😁
Makasih banyak untuk semua yang uda mampir kemari, sending me vote and comments~ love yaa guys~ 💓💞💗
Happy Reading~:)
Seokjin berjalan dengan langkah kecil menikmati pemandangan yang dirindukannya. Lantai beton penuh debu, aroma laut yang kuat, langit biru indah yang memayunginya. Siapa sangka? Ternyata Seokjin memang merindukan tempat ini. Kalau saja waktu itu ia tidak nekat menyetir mobil keluarganya hingga datang kemari, apakah ia akan bertemu dengan Yoongi? Sepertinya tidak.
Jadi Seokjin sangat bersyukur waktu itu bisa menyelamatkan Yoongi. Sepintas lihat pun, Seokjin tahu sosok Yoongi waktu itu jelas akan bunuh diri, jadi ia berlari seolah seluruh hidupnya bergantung pada tindakannya, menghalangi percobaan bunuh diri Yoongi.
Namun, di sinilah Seokjin saat ini, dengan tujuan yang sama seperti Yoongi. Berniat mengakhiri hidupnya sendiri. Seokjin tidak tahu ini ironi atau memang permainan takdir yang lucu.
Seokjin mengambil tempat yang seingatnya menjadi spot Yoongi akan melompat, jalur dermaga yang mengecil, tak muat oleh mobil. Seokjin menatap ke bawah, melihat betapa biru lautan yang ada di bawahnya, tak lupa sesekali merasakan cipratan air ketika ombak menerpa tiang dermaga. Rasa asin dan dingin menyapa bibirnya.
Seokjin memilih untuk duduk sejenak di sana dengan tubuh bergetar kedinginan, merenungi nasib dan kenyataan yang baru terjadi. Semua terasa begitu mendadak dan melelahkannya. Semua usahanyanya sia-sia. Kesempatan pun seolah habis tak bersisa.
Belum lagi keluarga Seokjin yang mengusirnya. Apa yang bisa kuharapkan? Hahaha! Batin Seokjin menertawakan dirinya yang mendadak merasa semakin mellow.
***
Sepeninggalan Namjoon dari ruang VIP perayaan pesta pertunangan Seokjin dengan Byulyi, semua mata memandang ke arah Seokjin yang kini gemetar tak karuan, bingung darimana harus berbohong.
Ada yang menatap tak percaya, tajam, hingga tak sungkan memberi tatapan jijik. Terlebih ayahnya dan orang tua Byulyi. Mereka terlihat begitu murka, akan tetapi masih berusaha menahan diri di hadapan anggota keluarga satu sama lain. Berusaha menyelamatkan kehormatan masing-masing.
Seokjin mencoba mendekati orang tua juga calon mertua yang rasanya jauh sekali dari tempatnya berada, berkata gagap, "A-ak-aku.. i-ini..." Seokjin ingin mengarang cerita dengan cepat tapi otaknya serasa terhenti, tak sanggup mengucap kata dengan baik apalagi mengarang cerita yang masuk akal demi menghindari bencana ini.
Tuan Moon sengaja berdeham keras, memotong ucapan gagap Seokjin kemudian menatap angkuh dengan percikan kemarahan, "Kurasa kita bisa segera pulang. Ayo!" perintah Ayah Byulyi itu pada seluruh anggota keluarganya. Ia sudah merasa cukup terhina pernah ingin menikahkan anak perempuan satu-satunya pada seorang gay.
Sungguh keberuntungan masih memihak keluarga mereka. Setidaknya kejadian ini hanya akan jadi aib pribadi dan tak sampai menjadi jajanan konsumsi publik. Mau diletakkan di mana kehormatan keluarga mereka jika sampai pertunangan ini dirayakan besar-besaran dengan ratusan koleganya?
"Tunggu sebentar, Tuan Moon. Kita masih bisa membicarakannya baik-baik, bukan?" Kim Jinmoo menginterupsi serombongan orang yang sudah akan meninggalkan ruangan besar tersebut. Jinmoo pun tak kalah shock dengan pemandangan barusan, tapi ia harus bisa menguasai diri dan menahan Tuan Moon. Biar bagaimanapun pria ini memegang peranan penting dalam bisnis keluarga mereka ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST US [NAMJIN]
Fanfiction[END] Masa lalu. Terkadang indah, terkadang buruk. Bersyukur jika itu indah. Berdamai jika itu buruk. Kim Seokjin, tampan, humoris, kaya. Tapi gay. Kim Namjoon, advokat, manly, kaya. Tapi ceroboh. Punya masa lalu bersama, namun bagaimana kalau salah...