Yow! Here I come~💃
Selamat Idul Fitri buat semua readers yang merayakan, mohon maaf lahir batin kalau perkataan gue ada yang menyinggung kalian~😘😘
Btw, karena puasa dah lewat, Just Us balik update kayak biasa, dua-tiga hari sekali up yak~😎
Terus, selalu and selalu, makasih banyak untuk semua yang uda mampir kemari, kasih gue vote juga komenan kalian yang selalu gue nanti. Thank you much much guys~love you~😘😚😎
Happy Reading~:)
Namjoon tidak langsung pulang setelah meninggalkan Seokjin di restoran tadi. Ia sengaja berganti pakaian dengan jaket hitam lengkap dengan topi dan masker hitam di dalam mobilnya. Mirip penjahat. Ya, sebenarnya penjahat kata yang tepat untuk Namjoon, mengingat apa yang sudah ia rencanakan.Namjoon masih harus menyiapkan diri untuk hadiah pertunangan Seokjin berikutnya. Lalu Namjoon kembali menunggu di dalam mobilnya. Jika perkiraannya tidak salah, maka Seokjin akan keluar tidak lama lagi.
Sesuai dugaannya, Seokjin keluar dengan tampang lesu dari restoran itu kurang lebih setengah jam kemudian. "Sebegitu sedihnya kau karena aku mengganggu pertunanganmu, Seokjin?!" Namjoon menggeram, kembali mencengkeram setir mobilnya yang tak bersalah.
Tak lama, Seokjin mulai berjalan menjauhi restoran. Seokjin justru mempermudah Namjoon dengan tidak membawa mobilnya. "Kau malah memilih berjalan kaki, ya?" Namjoon bergumam sendiri, ia mengendarai mobil SUV hitam barunya pelan lalu memarkirkannya setelah menjarak antara Seokjin dan dirinya nanti. Namjoon juga memilih area pertokoan gelap yang tak terpasang oleh kamera pengawas.
Namjoon segera keluar dari mobilnya, berlari kecil, tak lupa mengantongi stun gunnya. Ia menengok ke kiri, tepat sekali, Seokjin berjalan ke arahnya tanpa benar-benar melihat ke depan, Namjoon langsung menghadang Seokjin dengan berdiri tepat di hadapannya.
Namjoon menunggu Seokjin untuk bereaksi. Namun, yang didapatnya adalah jas, dompet, dan jam tangan yang dilemparkan Seokjin asal ke hadapannya serta ucapan Seokjin yang kedengaran malas-malasan, "Ambillah. Hanya ini yang kupunya. Tinggalkan aku sendiri."
Namjoon sempat tertegun sejenak, agak tidak menyangka reaksi Seokjin seperti ini. Hingga Seokjin kemudian melangkah gontai melewatinya, tak memandang ke wajah Namjoon sama sekali. Namjoon memungut semua barang Seokjin, berbalik, lalu melancarkan aksinya. Membuat Seokjin tak sadarkan diri.
Matanya terbelalak melihat Seokjin yang belum sepenuhnya pingsan, sepertinya ia salah memperkirakan voltase yang pas untuk bisa membuat seseorang langsung pingsan. Namjoon lalu bernapas lega ketika ia melihat mata Seokjin perlahan menutup. Namjoon segera menggendong Seokjin yang pingsan masuk ke mobilnya, masih sempat menengok ke kanan kiri sejenak baru akhirnya melajukan mobilnya kembali ke rumah.
Melalui kaca tengah mobil, Namjoon bisa melihat Seokjin menggeliat kecil tetapi tidak terbangun, Namjoon pun menambah kecepatannya. Melakukan hal semacam ini mau tidak mau membuat adrenalin Namjoon terpacu.
Namjoon sadar kalau apa yang dilakukannya termasuk tindakan kriminal. Namun, Namjoon tidak peduli. Seorang advokat melakukan tindakan kriminal, ironis sekali. Ia sempat berpikir untuk segera memutuskan Seokjin saja seperti nasehat ayahnya daripada ia harus bersusah payah begini. Get over him.
Sayangnya, Namjoon tidak mampu.
Namjoon tidak terima pada perbuatan Seokjin yang menduakannya. Akan tetapi, ketika membayangkan Seokjin tidak ada lagi dalam hidupnya, ia tidak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST US [NAMJIN]
Fanfiction[END] Masa lalu. Terkadang indah, terkadang buruk. Bersyukur jika itu indah. Berdamai jika itu buruk. Kim Seokjin, tampan, humoris, kaya. Tapi gay. Kim Namjoon, advokat, manly, kaya. Tapi ceroboh. Punya masa lalu bersama, namun bagaimana kalau salah...