Aloha~
Ini next chapternya~
Maacih banyak uda mampir sini, kasih gue vote juga komenan kalian 😊
Happy Reading~:)
Kalian percaya takdir? Karena kalau iya, mungkin ini saatnya Seokjin juga percaya pada embel-embel takdir. Dari sekian banyak tempat yang jadi bayangannya akan bertemu Namjoon, sekolah memasak mungkin ada di urutan terakhir.
Seokjin tahu kalau Namjoon itu sangat cerdas semasa SMA, karena itu Seokjin juga tahu kalau Namjoon tidak bisa memasak. Jika harus diberi nilai dalam hal memasak, mungkin nol besar cocok untuk Namjoon. Namjoon dan Taehyung adalah perbandingan yang seimbang dalam hal ini.
"Yaaaa! Apa-apaan kau?! Bukan begitu caranya memegang pisau!" terdengar suara melengking Seokjin mengomeli Namjoon yang baru akan memotong bawang. Namjoon memegang pisau dengan mata pisau yang justru menghadap ke arahnya.
Namjoon terlihat bingung dan tak tahu apa yang harus ia lakukan. Sungguh, seharusnya Namjoon membolos saja saat kelas praktik memasak ini. "Haduh, kenapa lagi?"
Seokjin memukul pundak Namjoon gemas. "Harusnya ini diarahkan ke bawah," Seokjin memperbaiki posisi mata pisau Namjoon lalu menggenggam tangan Namjoon yang masih memegang bawang mencontohkan cara memotong bawang yang benar, "Seharusnya dipotong seperti ini."
Namjoon menurut saja, membiarkan Seokjin mengajarinya, Namjoon tersenyum memperhatikan jari Seokjin yang tidak lurus, ternyata sedikit bergelombang?
Seokjin baru sadar kalau posisinya dengan Namjoon terlalu dekat, ia cepat-cepat melepaskan pegangan tangannya dan mundur selangkah kemudian berkata agak gugup, "Nah, hm, seperti itu caranya, jangan salah lagi. Ehem."
Seokjin memalingkan wajahnya berusaha menyibukkan diri dengan wortel yang harus dipotongnya. Seokjin ingin menyembunyikan rona pink di wajahnya, namun ternyata tertangkap lebih dulu oleh mata Namjoon.
Tanpa sadar, Namjoon pun bergumam kecil, "Imut." Kemudian Namjoon menutup mulutnya sendiri sambil menahan senyumnya, kembali berkutat dengan bawangnya. Seokjin yang mendengar gumaman Namjoon semakin merona merah.
Jadi, untuk apa Namjoon repot-repot ikut sekolah memasak begini?
Akhirnya Seokjin berhasil mengumpulkan kesadarannya yang sempat menjelajah ke masa lalu. Sedikit gugup, melepas pelukan Hoseok yang sepertinya tak kunjung berakhir.
"Halo, Hoseok-ssi," balas Seokjin sopan sambil menyunggingkan senyum canggungnya pada Hoseok.
"Untung kau ingat padaku. Kalau tidak aku akan malu sekali, hahaha" Hoseok berkata ceria lalu mengalihkan pandangannya pada Yoongi kemudian mengerling pada Yoongi.
Yoongi yang sudah kembali memperhatikan interaksi Seokjin dan Hoseok, tidak mau repot-repot menutupi kekesalannya pada Hoseok. Yoongi mendengus, terlihat mengumpat pelan. Sementara Hoseok makin tersenyum ceria mendapati reaksi Yoongi. I was right, batin Hoseok.
Hoseok menyadari Namjoon yang belum juga muncul di antara mereka, segera menoleh ke arah pintu masuk, "Apa yang kau lakukan di situ, man? Cepat masuk!" kemudian menoleh ke arah Jun-Ssaem yang sedari tadi hanya diam, "Maafkan kami Ssaem. Lain kali kami tidak akan terlambat, pasti!" janji Hoseok pada Jun-Ssaem penuh keyakinan sambil memberi hormat ala tentara.
Namjoon berhenti memperhatikan Seokjin dan mulai masuk ke dalam ruangan, menghadap pada Jun-Ssaem dan meminta maaf atas keterlambatannya. Jun-Ssaem mengangguk dan memastikan nama Namjoon dan Hoseok setelah itu melanjutkan kembali pelajaran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST US [NAMJIN]
Fanfic[END] Masa lalu. Terkadang indah, terkadang buruk. Bersyukur jika itu indah. Berdamai jika itu buruk. Kim Seokjin, tampan, humoris, kaya. Tapi gay. Kim Namjoon, advokat, manly, kaya. Tapi ceroboh. Punya masa lalu bersama, namun bagaimana kalau salah...