Aloha~ 💃
Eke datang bawa chapter baru lagi~💁
Makasih banyak untuk semua yang uda mampir liat2, mampir trus kasih vote, mampir and kasih komenan, love you guys~😘😘
Happy Reading~:)
Semenjak peringatan Kwon, Yoongi menjadi sedikit paranoid. Memangnya apa yang berubah dari jalan hidup Seokjin dan Namjoon? Ia mulai menyalahkan diri karena tidak melihat dengan benar sikap brengsek Namjoon dari awal. Yoongi takut bahwa ialah yang menjerumuskan Seokjin.
Akan tetapi, benang merah mereka jelas menyatu, tidak mungkin Yoongi salah. Ia membenamkan wajahnya di bantal, tak lama kemudian Yoongi mengangkat wajahnya seolah teringat sesuatu.
Yoongi bangkit, ia mengacak kamarnya, mencari sesuatu. Ketemu! Buku dari Kwon. Buku dengan ukuran sedikit lebih kecil dari buku tulis pada umumnya, hanya saja sedikit lebih tebal. Untuk berjaga-jaga, Yoongi akan membawa buku itu kemana saja sekarang. Walau ia tidak tahu gunanya buku itu, tapi Kwon bilang buku itu akan terbuka jika ia membutuhkannya. Benar, sekedar antisipasi, tidak ada salahnya, 'kan?
***
Hari kelulusan pun tiba. Yoongi tetap membawa buku-entah-apa-isinya dari Kwon. Ia selipkan di balik saku seragam sekolahnya. Yoongi mencari Seokjin. Ia masih ingat jelas pesan terakhir Kwon. 'Awasi Seokjin baik-baik.' Jadi di sinilah ia sekarang, berusaha mencari kesana kemari, tetapi tetap tidak menemukan Seokjin.
Hari semakin sore, entah kenapa Yoongi merasa tidak tenang. Kemudian ia ingat bahwa ia bisa menemukan Seokjin jika ia benar-benar ingin menemukannya. Yoongi memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba kakinya sudah berjalan sendiri, seolah tahu kemana ia harus pergi. Yoongi bahkan sempat bertatap muka sejenak dengan Donghyuk yang menggaruk kepalanya ketika melihat Yoongi. Ia tetap berjalan.
Jalan ini... ke atap, batin Yoongi ketika ia berada di anak tangga paling bawah. Yoongi menaikinya tanpa tergesa, berpikir mungkin Seokjin hanya sedang bersama dengan Namjoon. Meski hatinya tidak rela, tapi ia tidak bisa berbuat banyak. Jodoh Seokjin memang si brengsek Namjoon.
Yoongi sudah hampir sampai di tangga tertinggi, mungkin sekitar dua belokan tangga lagi ia akan sampai di atap. Saat itulah Yoongi melihat Namjoon terjatuh dari tangga, tergeletak tak berdaya. Yoongi kaget bukan main, otomatis langsung melihat ke arah atas, ia melihat Seokjin turun dengan langkah santai bukan main. Sorot mata Seokjin... terlihat dingin, tanpa perasaan... seperti bukan miliknya.
Secepat kilat Yoongi mengembalikan kesadarannya. Tidak ada waktu! Bisa gawat kalau sampai ada yang melihat ini! Yoongi segera menghampiri Namjoon, mengecek nafasnya. Mata Yoongi yang tadinya membelakak seketika berubah agak mengecil. Masih bernafas.
Yoongi mengalihkan pandangannya kepada Seokjin. Seokjin masih diam saja, tak bereaksi, meski sudah melihat ada saksi mata percobaan pembunuhannya.
Yoongi beralih menghampiri Seokjin tergesa, hampir tersandung tangan Namjoon. Begitu ia tiba di hadapan Seokjin, ia mengguncangkan bahunya, "HYUNG!" panggil Yoongi otomatis setengah berteriak.
Panggilan Yoongi membangunkan Seokjin. Sorot matanya yang dingin berubah lebih manusiawi. Seokjin pun seolah baru tersadar apa yang ada di hadapannya.
"A-aku...ti-tidak..." Seokjin gelagapan, air mata mengucur secara tiba-tiba. Ia melihat kedua tangannya yang kini bergetar hebat ketika menyadari perbuatannya. Matanya yang sudah membengkak menatap Yoongi, Seokjin menggelengkan kepalanya histeris, "Aku... tidak... sengaja... aku... bukan... aku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST US [NAMJIN]
Fanfiction[END] Masa lalu. Terkadang indah, terkadang buruk. Bersyukur jika itu indah. Berdamai jika itu buruk. Kim Seokjin, tampan, humoris, kaya. Tapi gay. Kim Namjoon, advokat, manly, kaya. Tapi ceroboh. Punya masa lalu bersama, namun bagaimana kalau salah...