Yo! Selamat hari Senin! 💃
Semangat terus manteman~😁
Btw, si Jimin kemaren posting fake news soal BTS Jin n RM dating buat April Fools~ lol 😂
Jimin emang kapten kapal NamJin yang baik, proud of you baby 😋😎As always, maacih banyak buat semua yang uda mampir di lapak gue, ngasih gue semangat berupa bintang jatoh ato komenan~ 😘😚😎
Gue sayang kalian~muachh~😘😋
Happy Reading~:)
Seokjin terbangun pukul 6.25 pagi. Ia mengucek matanya sebentar, melihat sinar matahari pagi yang telah masuk lewat celah-celah gorden di kamar Namjoon. Sudah pagi ternyata. Seokjin hendak bangun namun ia merasakan sesuatu di pinggangnya. Matanya melihat tangan Namjoon tengah memeluk pinggangnya. Astaga, mereka benar-benar tidur seranjang semalam! Well, wajar mengingat ini memang kamar Namjoon.
Seokjin tidak jadi bangkit, ia memutar tubuhnya perlahan, tidak ingin membangunkan Namjoon. Sekarang Seokjin berhadapan sangat dekat dengan Namjoon. Seokjin memperhatikan wajah Namjoon seksama. Tidak banyak yang berubah sejak terakhir kali ia lihat delapan tahun lalu.
Mungkin yang berubah adalah Namjoon jadi sedikit berisi? Pipinya tidak segempal ini dulu, jari Seokjin menusuk-nusuk ringan di pipi Namjoon, tempat di mana biasanya dimples Namjoon akan muncul kalau ia tersenyum. Namjoon jadi lebih tinggi juga tentunya.
Tangan Seokjin berpindah membelai rambut Namjoon perlahan, kemudian sedikit terkikik karena rambut Namjoon yang ternyata masih sama seperti dulu, kasar seperti sapu ijuk. Seokjin kembali menjelajah, mumpung Namjoon belum terbangun, pikir Seokjin iseng.
Kali ini jemari Seokjin mengelus alis Namjoon dua kali, berpindah ke hidung, pipi, kemudian jemarinya mengelus bibir bawah Namjoon sekilas. Bibir ini lihai juga dalam berciuman, batin Seokjin.
Seokjin menarik jemarinya, menggeleng sejenak, bergumam, "Tidak, tidak. Aku tidak boleh mengakui kelihaiannya, harusnya Joon yang mengakui kelihaianku!" Seokjin memang virgin yang tidak tahu diri.
Seokjin lanjut memperhatikan wajah tertidur Namjoon dalam diam. Kedua tangannya berkumpul di bawah dagunya, matanya menatap wajah tertidur Namjoon lekat. Andaikan saja dulu Namjoon seperti ini, mungkinkah saat ini mereka masih bersama? Andaikan tidak ada konflik, apa mereka bisa tetap bersama?
Seokjin kembali bergumam parau, "Bagaimana bisa kau melupakanku, Joon? Apa kau sungguh hilang ingatan karena kejadian itu? Tapi kenapa kau masih bisa mengingat Yoongi? Apa kau memutuskan hanya akan melupakanku saja?" Seokjin kembali terdiam, lalu mengelus pipi Namjoon seolah sangat takut kehilangannya. "Apakah kau akan meninggalkanku kalau kau mengingat masa lalu kita kembali?"
Seokjin menarik tangannya, memandang Namjoon dengan air mata yang sedikit menggenang, "Kalau iya, lebih baik kau tidak pernah mengingatnya lagi. Mari kita mulai yang baru. Kau dan aku."
Seokjin mengakhiri monolognya dengan mencium kening Namjoon yang sedikit tertutupi rambut ijuk Namjoon perlahan, agak lama, menumpahkan segala harapannya untuk dirinya juga Namjoon. Tak lama, Seokjin mendengar bunyi-bunyian.
Dengan secepat kilat, Seokjin kembali ke posisi semula seperti saat ia belum terbangun. Seokjin pikir, bibi tukang bersih-bersih yang datang, mengingat Namjoon menyebut soal si bibi semalam. Tidak tahunya, Nyonya Besar alias Ibu Namjoon yang datang. Seokjin mengkerut dalam akting tidurnya. Sial! Kenapa bisa terpergok Ibu Namjoon?! Batin Seokjin merutuk tak hentinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST US [NAMJIN]
Fanfic[END] Masa lalu. Terkadang indah, terkadang buruk. Bersyukur jika itu indah. Berdamai jika itu buruk. Kim Seokjin, tampan, humoris, kaya. Tapi gay. Kim Namjoon, advokat, manly, kaya. Tapi ceroboh. Punya masa lalu bersama, namun bagaimana kalau salah...