XXIII. TEMPT

4.8K 692 277
                                    

Aloha~ gue kembali~💃

Met malmingan semuanye, bagi yg uda punya pasangan 💏 moga langgeng, bagi yg jomblo 👻, ya moga cepet nyusul Raditya Dika deh 👰

Maacihh banyak buat semua yang mampir baca 📖, menganugerahkan bintang 🌟, juga menumpahkan komenan 💬. Super membantu gue dalam semangat update 🚀

Kemaren habis nonton Burn The Stage ep 2 *secara ilegal* gue sedih liat perjuangan BTS 😭

Jadi ngerasa bersalah gini banyak nistain mereka di ff 😢

But life must go on, so here the next chapter~😋

Btw, gue sayang kalian 😘

Happy Reading~:)

Seokjin melihat ke sekitar, merapatkan jubah mandinya seolah takut terlepas kemudian mengikat tali jubah mandinya erat-erat. Matanya berkeliling mencari sosok jangkung si pemilik rumah, namun tidak menemukan tanda-tanda kehadirannya di kamar itu.

Seokjin menarik napas lega. Ia memang menginginkan Namjoon, tapi ngeri juga kalau diserang tiba-tiba seperti tadi. Seokjin murni seorang virgin. Virgin depan dan belakang. Apalagi reaksi yang bisa kita harapkan darinya kecuali freak-out?

Seokjin berjalan santai menuju balkon kamar, lalu menangkap sosok Namjoon yang sedang menelepon sambil berkacak pinggang di sana.

Seokjin ingin tahu apa yang sedang di bicarakan Namjoon, jadi ia mengendap-endap dari belakang, berusaha keras agar langkah kakinya tidak terdengar. Kebiasaan lama memang sulit dihilangkan. Seokjin mendekatkan telinganya, akhirnya berhasil mendengar sesuatu.

"Hm, begitu saja. Tolong ya."

"..."

"Hahaha, pasti. Oke, kutunggu hasilnya. Awas kalau nihil. Tenang saja, pasti kutraktir yang enak." Namjoon memutuskan sambungannya. Menarik napas kemudian meletakkan kedua tangannya di selusur balkonnya menatap keindahan kerlap kerlip lampu perkotaan. Masih tidak menyadari Seokjin yang sedang menguping.

Seokjin menarik kepalanya kemudian bersandar di tembok. Memikirkan percakapan Namjoon. Sedikit bingung karena ia hanya sempat mendengarkan dua baris kalimat saja. Tapi setidaknya percakapan itu tidak seperti yang pernah ia dengar dulu. Seokjin baru akan mengambil pakaian ganti yang sudah disiapkan Namjoon di atas ranjangnya, tetapi sayangnya, ia terpeleset.

Dhuak!

Namjoon segera menoleh ke arah asal suara. Kaget mendapati Seokjin yang tengah terduduk di lantai sambil mengaduh pelan. Bukannya segera menghampiri Seokjin, Namjoon malah terbengong. Kenapa?

Karena jubah mandi Seokjin melorot, memperlihatkan bahu lebar serta kulit mulus bagian dadanya, hanya menutupi bagian perut hingga ke bagian privatnya. Tak lupa memperlihatkan paha putih Seokjin juga. Seokjin sungguh terlalu indah untuk jadi seorang pria. Setidaknya begitu bagi Namjoon.

Namjoon menelan ludahnya kasar. Berusaha menenangkan diri, baru akhirnya menghampiri Seokjin yang sibuk mengeluarkan sumpah serapah bukannya membenarkan jubah mandinya.

"Kau baik-baik saja, Jin?" Namjoon berjongkok, segera membantu menaikkan jubah mandi Seokjin agar bertengger kembali di bahunya.

"Dasar sandal sialan!" Seokjin masih juga mengomel, membuat Namjoon tersenyum lucu. Senyum Namjoon tidak luput dari pengelihatan Seokjin. "Ya!! Malah tertawa!" Seokjin sedikit jengkel melihat senyum Namjoon, seolah mentertawakannya.

JUST US [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang