Hai hai~💃
Selamat hari Selasa~💁
Balik lagi sama eke, seperti biasa membawa chapter baru~👀
Makasih banyak untuk semua yang uda mampir kemari, kirimin bintang-bintang, juga ninggalin komenan buat eke, really love you guys~💋❤💞
Happy Reading~:)
Namjoon tersentak, kepalanya langsung terangkat tegak, matanya membulat seketika, suara ini... panggilan Joon ini... dengan cepat ia membalikkan tubuhnya ke arah suara. Namjoon bangkit dari duduknya sedikit tergesa lalu bergerak maju selangkah demi selangkah, menyisakan sekitar lima langkah dari sosok yang dirindukannya setengah mati. Seokjin.
Seokjin pun hanya berdiam diri, tangan terselip di dalam saku coat dengan senyum terukir di wajahnya. Pandangan mata yang sama mendambanya dengan Namjoon tak repot ia sembunyikan. Seokjin menggerakkan bibir penuhnya setelah bertatap mata beberapa lama, berucap dengan nada lembut, "Joon-ah, sudah lama tidak bertemu."
Namjoon menggerakkan tangannya, ingin terus maju dan langsung memeluk Seokjin, tapi kakinya seolah menyatu dengan lantai beton di bawahnya, tak mau bergerak. "Selamat datang kembali," balas Namjoon dengan suara serak dan mata memerah yang masih berair.
Sedikit mengerutkan kening, Seokjin kembali menyunggingkan senyumnya, "Kau menangis?" jeda sejenak, ia pun terkekeh iseng, "Terlalu bahagia bertemu dengan worldwide handsome sepertiku?"
Namjoon hanya bisa menganggukkan kepalanya berkali-kali sambil membuka mulutnya, berusaha mencari kata-kata yang hilang tertelan entah kemana. Akhirnya Namjoon berhasil menutup mulut, meneguk ludahnya susah payah. Jika ini mimpi, maka Namjoon bersedia untuk tidak terbangun lagi.
Seokjin ada di hadapannya, berdiri dalam keadaan sehat, begitu indah dengan coat panjang berwarna coklat muda lembut menyelimuti tubuhnya. Bahkan wajah Seokjin tidak berubah, ia justru terlihat semakin bersinar di bawah butiran salju, dengan rambut blonde yang membuatnya nampak seperti terlahir kembali. Namjoon menatap Seokjin penuh kerinduan, kebahagiaan, juga kelegaan.
Namjoon ingin sekali merengkuh Seokjin ke dalam pelukannya, merasakan kehangatan Seokjin, dan tak akan pernah dilepasnya lagi. Membuktikan bahwa Seokjin yang ada di hadapannya adalah nyata. Bukan ilusi yang jadi makanannya sehari-hari.
Akan tetapi, Namjoon langsung teringat pada kesalahannya. Perbuatan menjijikkannya yang membuat Seokjin memilih bunuh diri. Namjoon jadi menahan diri dan akhirnya berhasil mengumpulkan kosakata untuk menjawab omong kosong Seokjin dengan ucapan tulus, "Kau memang kebahagiaan terbesarku, Jin."
Seokjin tersenyum simpul sembari sedikit menundukkan kepala lalu kembali menatap Namjoon, memperhatikan segalanya dari pria yang paling menyakiti sekaligus dicintainya. Dimplesnya masih seindah dulu. Ah, pipinya jadi sedikit lebih tirus. Matamu jadi sembab berkantung tapi masih tetap tampan sekali, Joon-ah. Seokjin hanya membatin setelah mengamati pria jangkung di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST US [NAMJIN]
Fanfiction[END] Masa lalu. Terkadang indah, terkadang buruk. Bersyukur jika itu indah. Berdamai jika itu buruk. Kim Seokjin, tampan, humoris, kaya. Tapi gay. Kim Namjoon, advokat, manly, kaya. Tapi ceroboh. Punya masa lalu bersama, namun bagaimana kalau salah...