Laki-laki itu terus mendekati sang perempuan. Karena posisi wanita itu sedang memunggungi si laki-laki jadilah dia tidak bisa menghindar. Yang dia tau hanya dirinya yang dipeluk dari belakang.
Lalu tak lama laki-laki itu mulai menyingkirkan rambut yang menutupi leher jenjang si perempuan dan mulai mengendus-endus membuat si perempuan seketika menengang.
Perempuan itu ingin sekali teriak dan melarikan diri dari tempat laknat ini, tetapi tangannya yang diikat oleh laki-laki itu membuat dia lemah dibawah kendali pria brengsek ini dan mulut nya pun didekap. Lama-lama tangan laki-laki itu semakin liar dia mulai memyentuh bagian yang seharusnya tidak boleh disentuh, perempuan itu menangis sejadi-jadinya. Tangan laki-laki itu pun berusaha melepaskan kancing baju yang dipakai sang perempuan masih dengan nafsu yang sedang buasnya.
"Jangan melawan, atau aku akan bermain dengan kasar, sayang," ancamnya membuat sang perempuan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berdoa berharap pada Tuhan ada pertolongan untuk dirinya.
"Wendy, bangun sayang! Jangan buat kami khawatir. Buka mata kamu sayang, kami semua disini," ucapan itu yang membuat Wendy seakan tertarik kembali ke-kenyataan yang ada.
Wendy membuka matanya dan objek pertama yang dilihatnya adalah kedua orang tuanya juga kakaknya. Tubuh Wendy bergetar juga bajunya yang sudah basah dibanjiri keringatnya sendiri. Tangan Ny.Son pun ikut bergetar karena tangan Wendy yang begetar hebat.
Tn.Son membantu Wendy duduk dan seketika Ny.Son memeluk anaknya yang masih bergetar itu. Dengan sigap Naeon menyampiri adiknya dengan selimut yang baru ia ambil dilemari.
Setelah kurang dari 2 tahun tak mengalami ini lagi, kini Wendy harus didatangi oleh mimpi yang membuat dia menjadi wanita lemah seperti ini. Mereka semua kira Wendy sudah benar-benar sembuh dari rasa traumanya. Namun nihil, tak lama kemudian Dokter Wendy datang dengan nafas yang tak kalah tersenggal senggal.
"Sudah berapa lama seperti ini pak?" Tanya sang Dokter pada Tn.Son
Tn.Son menghela nafasnya, "Mungkin sudah 2 jam, dan barusan saja Wendy terbangunnya,"
Dokter itu mengangguk-angguk dan dia langsung mengambil alih Wendy yang masih belum merespon apa-apa serta tak mau melepaskan pelukan Mommy nya.
3 jam waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa keadaan Wendy, sang Dokter pun menyarankan agar Wendy kembali ke Psikolognya untuk menanyakan alasan kenapa bisa terulang lagi kejadian seperti ini karena saat ditanya dengan keadaan sekarang Wendy tidak akan menjawab sampai dia benar benar tenang barulah kesadarannya seakan kembali.
***
Irene, Seulgi, Joy dan Yeri sedang berkumpul dikamar Wendy. Setelah mendapat kabar bahwa alasan Wendy tidak pergi ngampus mereka langsung menuju rumah Wendy setelah jam kuliah nya berakhir.
"Lo gak apa-apa? Jangan difikirin lagi ah. Gak liat tuh orang tua lo khawatir?" Ujar Irene sambil mengelus bahu Wendy yang masih terkadang pandangannya kosong.
"Lo gak sendirian Wen, kita ada sama lo! Jangan pernah anggap diri lo sendiri," kali ini Joy angkat berbicara.
Yeri hanya menggengam tangan Wendy dan mengusapnya sesekali.
"Iya. Lo temen kita, jangan merasa sungkan. Karena saat kita butuh lo, kita ngerepotin lo juga 'kan?" Ujar Seulgi.
Wendy hanya bisa tersenyum. Semua kata-kata sahabatnya memang benar. Dia kini tak sendirian lagi. Dan buat apa dia memikirkan bajingan itu semalam jika berakibat pada kejadian yang terputar lewat mimpi itu. Wendy menyesal, sangat. Dirinya kenapa bisa selemah ini?
"Gue lemah banget ya?" Tanya Wendy dengan suara yang tertahan. Dia seperti menahan tangis.
"Lo gak lemah sayang. Kalo lo lemah lo gak akan bisa bertahan sampai saat ini. Lo harus bangkit, kita bisa lihat dunia yang sebenarnya bareng-bareng. Lo harus bisa, katanya Wendy mau berubah? Lo bisa mulai beradaptasi sama temen temen absurd kita 'kan?" Ujar Irene sambil memeluk Wendy yang juga membalas pelukan sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tender Love | Do Kyung Soo X Son Seung Wan(selesai)
Fiksi Penggemar"Aku punya masa lalu kelam, kalau Kakak gak siap lebih baik aku peringatin untuk Kakak mundur. Aku cuma gak mau Kakak ikut ter一" laki-laki itu menaruh jari telunjuknya pada bibir sang perempuan untuk menyuruhnya berhenti berbicara. "Aku terima kamu...