Teman tak selamanya hanya teman. Terkadang tersimpan pula hasrat untuk memiliki.
.
.Pelajaran pertama Fisika di hari senin. Merupakan mimpi buruk bagi penghuni X IPA 5. Belum juga selesai dari istirahat karna penat setelah berdiri dibawah terik matahari. Guru pelajaran sudah masuk, membuat seisi kelas mengeluh habis-habisan. Terlebih jika ada tugas, tak ada waktu buat nyontek.
Tapi Irene melewatinya dengan santai. Terkadang ia membayangkan bahwa guru itu adalah Devano Danendra. Dengan senyumnya yang manis ia akan menjelaskan hubungan antara perpindahan dengan gaya. Hal itulah yang akan membuatnya menikmati jam pelajaran meskipun menyeramkan bagi beberapa siswa.
Di tengah lamunannya Irene tak sadar ia menyebut nama Devano. Namun Dara yang di sampingnya justru mendengarnya sebagai Devino.
"Devano.." sambil menyandarkan wajah cantiknya di telapak tangan.
"Hah? Devino?" Dara bicara keras sekali sampai satu kelas mendengarnya. Untungnya saja guru fisika itu tidak mendengarnya. Setelah itu siswa siswi seketika menggosipkan Irene dengan Devin. Bahkan salah satu dari mereka ada yang melihat Irene berdua di restaurant dengan Devin tadi malam.
Irene mengusap wajahnya cemas. Ia tak mau sampai Devin mendengarnya. Yang ada cowok itu makin ge-er.
Teng.. teng.. teng..
Waktu istirahat dimulai, dimana setelah ini adalah pelajaran favorit kelas XIPA5. Kenapa? Bukan karna pelajarannya, justru karna gurunya yang jarang masuk. Para murid sengaja membeli makanan banyak dan memakannya bersama. Bagaikan sebuah pesta setelah hujan badai.
"Rin!"
"Apa?" Jawab Irene yang masih sibuk dengan makanannya.
"Lotadi ngelamunin Devin?"
"Bukan! Tadi tuh gue bilang Devano! D E V A N O bukan Devino"
"Oh"
"Oh doang?"
"Ya terus?"
"Tau ah"
"Dih"
Saat sedang asyik dengan lontong sayur buatan bi Asih. Devin tiba-tiba duduk di kursi samping Irene. Yang membuat kedua gadis itu melihatnya dengan tatapan aneh.
Seperti biasanya, Devin tidak perduli dengan keadaan sekitarnya. Ia malah bermain game online yang membuat Irene kesal seperti kemarin malam.
"Game aja terus" kata Irene yang masih melahap lontongnya. Disambung Dara yang kebingunan, peristiwa apa yang sedang terjadi di depannya.
Devin hanya melihat Irene sekian detik, lalu meneruskan gamenya itu.
"Devin! Lo emang gak ada niatan buat minta maaf gitu? Gak merasa bersalah ke gue?"
"Ya!yah.. yah.. tuhkan kalah gue! Lo si ganggu aja"
"Ada juga lo yang ganggu! maen duduk aja, gak ada yang ngajak duduk bareng juga"
"Minta maaf Rin? Kalian pacaran?" Tanya dara yang makin bingung.
"Nggak!" Irene dan Devin menjawabnya bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story [SLOW UPDATE]
Teen FictionTerkadang kita hanya bisa berimajinasi, tanpa bisa mewujudkannya. Dan kita hanya bisa berekspetasi tanpa bisa merealitakannya. Apalagi sampai kita berharap bahagia ternyata kecewa yang kita terima. ❤Happy reading guys❤