"Senpai...."
Naoki mengedip dua kali ketika suara pelan yang terkesan malu-malu itu membawanya kembali ke dunia nyata. Menyadarkan dirinya dari lamunan kantuk pasca pelajaran Sejarah. Ia kini berada di taman samping sekolah. Di depannya berdiri seorang gadis yang Naoki yakin pernah ia lihat tapi tidak tahu namanya siapa.
"Uhm...." si gadis masih menunduk malu-malu.
Sambil mengacak pelan rambut belakangnya Naoki menghela bosan. "Ne? Ada yang- uh... kau perlukan dariku?"
"Ah, itu... Aku- surat yang ada di loker senpai... Aku yang- uhm... Aku pengirimnya."
Masih sesekali menunduk, si gadis tergagap bicara. Tangan kanannya menggenggam keras membentuk kepalan tinju. Naoki yang menyadari kegugupan si gadis kembali mengedip. Ia mengingat-ingat nama pengirim yang tertera pada surat yang dilihatnya pagi tadi.
"Kisaragi Itou-san?" Naoki bertanya dan si gadis mengangguk. "Kau Kisaragi-san?"
Lagi, si gadis mengangguk malu. "Ano... Aku- kupikir aku selalu mengagumi Yoshikawa senpai. Senpai punya aura yang... yang menyegarkan."
"Hah?"
"M- Maksudku, senpai selalu melakukan sesuatu dengan wajah gembira. Dan- uh... hal itu memberiku semangat. Apalagi ketika senpai bermain basket. Aku bisa lihat jika Yoshikawa senpai benar-benar menikmati apa yang senpai lakukan."
"Ah, sou... (Ah, begitu...)" Naoki mengangguk pelan sambil menggumam. "Dakara? (Jadi?)"
Wajah Kisaragi Itou kini kian bersemu merah. Lalu dengan gerakan cepat ia membungkuk sopan sambil mengucapkan kalimatnya dengan agak keras.
"Aku menyukai Yoshikawa senpai. Kumohon, jadian denganku."
Yoshikawa Naoki menutup mulutnya rapat-rapat, lalu menyunggingkan seulas senyum kecil. Pemandangan di hadapannya kali ini sudah biasa selama 3 tahun ia berada di SMA, tapi entah kenapa selalu membuat Naoki ingin tertawa tiap kali melihat gadis-gadis menyatakan cinta padanya. Masih memandangi Kisaragi Itou yang membungkuk, Naoki menilai penampilan gadis itu.
Kisaragi Itou punya rambut berwarna kecoklatan yang lurus sebahu. Wajahnya kecil dan ada tahi lalat di bawah mata kirinya. Tingginya jauh lebih pendek dari Naoki, mungkin sekitar 150-an sentimeter. Secara keseluruhan, menurut Naoki gadis bernama Kisaragi Itou ini cukup manis. Tapi Naoki tidak merasa membutuhkan sosok seperti Kisaragi dalam hidupnya.
"Kisaragi-san," Naoki akhirnya bersuara. "Terima kasih atas pujianmu. Tapi...,"
Kini Naoki melihat wajah Kisaragi Itou, yang sudah berdiri normal, kembali memerah. Ia juga sadar ketika dilihatnya kepalan tangan gadis itu sedikit bergetar, saking kerasnya menggenggam. Sudut mata Itou kelihatan berair.
"Aku tidak bisa menjawab perasaanmu."
Hati Kisaragi Itou mencelos ketika mendengar respon Naoki yang terdengar tanpa perasaan. Ia mendongak dan menemukan ekspresi Naoki terlihat berbeda dari yang sering ia lihat setiap hari. Wajahnya mengintimidasi, matanya menyorot tajam.
"Se- senpai...."
"Hanya itu kan yang ingin kau katakan?" Naoki berbalik dan mulai menjauh
"Senpai, sebentar! Aku belum-"
"Kisaragi-san," panggil Naoki tanpa menoleh. "Aku rasa kau harus coba untuk berhenti menggenggam tangan sekeras itu jika gugup. Telapak tanganmu bisa lecet karena kukumu sendiri."
Kisaragi Itou dengan spontan melonggarkan kepalan tangannya sambil memandang Naoki jalan menjauh. Ia ingin menangis karena Naoki menolaknya, ia juga kaget karena Naoki ternyata tak seramah yang ia duga. Tapi meskipun ditolak dengan kejam, mengapa tiba-tiba ia merasa sedikit senang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Akai Ito (Benang Merah Takdir)
Fiction généraleAkai Ito (Benang Merah Takdir) bercerita mengenai Yoshikawa Naoki, memaknai tiap pertemuan yang tanpa sadar menuntunnya kepada sang takdir. - Yoshikawa Naoki merupakan tipe siswa flamboyan, sesuai dengan pikiranmu; tampan dan populer. Sayang sekali...