13. Festival Sekolah (I)

17 3 0
                                    

Terik matahari siang di awal bulan Oktober tak lagi terasa panas, karena suasana musim gugur sudah makin terasa kental. Namun Midori mengenakan blus tanpa lengan berwarna krem pada kegiatan jalan-jalannya hari ini.

Jalan-jalan kemana? Ke festival sekolah muridnya, tentu saja. Dua hari yang lalu, Naoki memberikan tiket festival gratis padanya. Daripada hanya tidur-tiduran di rumah, ia rasa tak ada salahnya mengunjungi festival sekolah anak tersebut, satu-satunya siswa yang ia tampu.

Midori menutup mulut dengan kedua tangan saat menguap. "Sial!" umpatnya pelan. "Begini jadinya kalau baru tidur jam 3 pagi."

Rambutnya yang diikat ekor kuda bergoyang-goyang selama ia berjalan. Tak berapa lama akhirnya Midori sampai di gerbang sekolah Naoki. Suasananya ramai sekali, membuat Midori berdecak agak kesal.

Sebenarnya ia paling malas kalau berkunjung ke tempat yang penuh sesak.

"Eh? Midori, kok disini?"

Perempuan itu menoleh hanya untuk menemukan dua orang pria seusianya tengah berjalan menghampiri.

"Kaoru," ucap Midori bosan. "Ada Honda senpai juga."

Dua laki-laki di samping Midori tertawa. " 'Senpai' dia bilang ..." Kaoru menahan tawa sambil mencolek sosok yang datang bersamanya.

"Tachibana-san, kan sudah kubilang, kalau di luar kantor tidak usah pakai 'senpai'." Honda Misaki mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah.

"Maaf, deh. Sudah kebiasaan." Midori melontarkan jawabannya, masih dengan nada bosan. "Ngomong-ngomong, ngapain kalian kesini?"

"Suka-suka kami, dong!"

Midori mendelik pada jawaban kurang ajar Kaoru.

"Adikku sekolah disini. Lagipula hari ini adalah hari libur, jadi sepertinya seru juga kalau aku datang ke festival sekolah adikku." Misaki menjawab.

"Lalu Kaoru?"

"Aku diundang."

Midori mencibir, "Cih!"

"Serius. Adik Misaki mengundangku. Eh- yaaah, aku kan juga alumni SMA ini. Masa tidak datang? Ya sekalian sajalah."

"Urusai shi." Tiba-tiba Midori lihat Misaki berkomentar sebal. Selama ini, ia tak pernah melihat Misaki memasang wajah seperti itu.

"Oh, kau kesal ya gara-gara adikmu memberikan tiket satu-satunya padaku dan bukan padamu?" Kaoru tertawa, menunjuk-nunjuk wajah Misaki.

Ternyata Honda-kun bisa ngobrol seperti biasa juga, Midori membatin. Perempuan itu berjalan pelan meninggalkan dua pria yang masih saling ejek itu.

"Haha ... Midori, kau tahu tidak kalau adiknya Misaki tidak memberikannya tiket festival? Tapi malah memberikan- eh, loh, mana Midori?"

"Sudah jalan tuh di depan." Misaki menunjuk punggung Midori yang sudah agak jauh masuk ke dalam sekolah. "Kau berisik saja dari tadi."

"Wah, sial! Ayo, Misaki!" Kaoru berlari kecil menyusul Midori, diikuti Misaki di belakangnya.

Dua laki-laki dewasa itu akhirnya berhasil tiba di sisi Midori. Masing-masing sempat mencuri pandang ke arah sang wanita. Midori kelihatan lebih memesona dengan rambutnya yang diikat ke atas.

"Adikmu kelas berapa, Honda-kun?" Midori bertanya tanpa sekalipun menoleh pada Misaki.

"Kelas 3-C."

"Oh, berarti beda."

Misaki mengernyit sebentar. Namun kemudian ia ingat kalau Midori juga bekerja sebagai tutor.

Akai Ito (Benang Merah Takdir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang