Naoki menutup mulutnya sesaat setelah keceplosan menyerukan nama belakang Midori. Ia melihat satu ekspresi heran tergambar di wajah gadis yang akan menjadi tutornya. Menolehkan pandangan ke samping, dirinya juga baru sadar kalau sang ibu ikut menautkan kedua alis, seolah meminta penjelasan.
"Maaf," Midori mengeluarkan suara. "Apa- kita pernah ketemu sebelumnya, Naoki-kun?"
Anak laki-laki itu terkesiap. Lupa pada fakta bahwa ia dan Midori sebenarnya memang tidak saling kenal.
"Nao-chan," panggil ibunya.
"Eh- ya. Aku...," Naoki tergagap. "Aku... Aku pernah menonton Tachibana-san bermain basket. Uhm- aku nonton bersama Tsuchiya," lanjutnya.
Sang ibu menangguk-angguk begitu anaknya menyebut nama Honda Tsuchiya. Sedangkan Naoki memandang wajah Midori, menilai ekspresi gadis itu yang tak bisa digambarkannya.
"Ah...." Naoki mendengar Midori bergumam. Ada sedikit rasa antusias di dalam nadanya, jadi Naoki dengan reflek tersenyum. Mengira Midori ingat padanya.
"Ah, iya. Aku ikut klub basket saat kuliah."
Senyum Naoki langsung pudar. Ia kemudian mendengar Midori menjawab lagi, kali ini sambil memiringkan kepala dan tersenyum lebar. Menebarkan pesona feminin miliknya.
"Kurasa Naoki-kun menonton salah satu pertandinganku, ya? Wah, terima kasih sekali loh."
Hah? Apa-apaan yang dia bilang?, batin Naoki bertanya.
"Oh, ya ampun! Kalau begitu kebetulan sekali ya!" seru ibu Naoki riang, kembali menepuk kedua tangannya. "Kalau saja kalian saling kenal lebih dulu waktu itu, mungkin nilai Bahasa Inggris Naoki tidak separah saat ini, ya."
"Okaa-san," tegur Naoki malu.
"Ara, Midori-chan. Kau pasti terkejut melihat nilai-nilai ujian Bahasa Inggrisnya. Aku harap kau tidak langsung menyerah mengajar Naoki, ya."
"Okaa-san..." Naoki kembali menegur ibunya. Pipi anak itu bersemu agak merah karena merasa dipermalukan di depan Midori.
"Kalau begitu ayo masuk ke dalam," ajak ibu Naoki pada Midori.
Naoki berjalan paling belakang, sedangkan adiknya, Atsushi, langsung menghambur ke arah ibu mereka saat keduanya bertatap muka dengan Midori tadi. Ia memperhatikan punggung gadis yang berjalan di depannya.
Midori mengenakan atasan blus berwarna biru muda dan celana katun berwarna hitam. Kakinya jenjang dan langsing. Rambutnya yang hitam lurus dibiarkan tergerai. Penampilan gadis itu sangat berbeda dengan yang disaksikannya kemarin malam. Tak hanya itu, aura yang diperlihatkan Midori hari ini membuat Naoki merasa seperti orang bodoh.
Apakah ini benar Tachibana-san yang melakukan dunk gaya under the legs?, Naoki kembali membatin.
"Naoki-nii," panggil Atsushi girang. "Ayo mandi sama-sama!"
Naoki mengerjap dan menemukan adiknya menarik-narik hakama yang ia pakai. "Oke!" angguk Naoki mengiyakan permintaan Atsushi.
Sebelum berbelok ke lorong yang menuju kamar mandi, Naoki sempat menoleh ke belakang. Ke arah Midori yang mengobrol dengan ibunya di ruang tamu, meminum teh. Ia tak bisa menangkap apa yang mereka obrolkan tetapi Naoki melihat Midori tersenyum manis sekali. Sesekali gadis itu menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya.
Jantung Naoki berdebar keras satu kali hingga membuatnya sesak napas ketika Midori melihat ke arahnya. Si gadis kemudian tertawa kecil sambil mengatakan sesuatu pada ibu Naoki. Saat itu musim panas baru berakhir, tetapi entah mengapa Naoki justru merasakan desiran angin musim semi dalam dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akai Ito (Benang Merah Takdir)
Fiksi UmumAkai Ito (Benang Merah Takdir) bercerita mengenai Yoshikawa Naoki, memaknai tiap pertemuan yang tanpa sadar menuntunnya kepada sang takdir. - Yoshikawa Naoki merupakan tipe siswa flamboyan, sesuai dengan pikiranmu; tampan dan populer. Sayang sekali...