Bagi Naoki, tidak ada yang lebih membosankan dibanding mengurusi persiapan untuk festival tahunan sekolah. Anak laki-laki itu menguap sambil menopang dagu. Ia menoleh ke depan, menemukan ketua kelas tengah kerepotan menulis usulan mengenai pertunjukan kelas dari teman-temannya.
Jika biasanya banyak SMA di Tokyo mengadakan festival sekolah saat musim panas, sekolah Naoki memiliki tradisi untuk menggelar festival saat awal musim gugur. Remaja itu memandang teman-temannya yang berisik mengusulkan ide-ide.
Ada yang mengusulkan tentang rumah hantu, ada juga yang menginginkan tema pesta teh seperti di cafe-cafe bergaya Eropa. Usulan-usulan lainnya saling susul tanpa henti, membuat Naoki mendesah pasrah dalam hati. Ia menolak memberi sumbangan ide mengenai hal tersebut, karena toh, pada akhirnya nanti Naoki akan tetap diseret untuk menyukseskan performa kelas mereka.
Anak itu menaruh kepalanya di atas meja, menghadap ke arah jendela. Kumpulan awan tebal yang ada di langit kelihatan seperti sobekan-sobekan kapas di mata Naoki. Ia menghela pelan sambil memejamkan mata. Detik selanjutnya anak itu menegakkan kepala dengan cepat.
"Yabai! (Gawat!) Aku belum kerjakan PR Bahasa Inggrisnya!" Ia berkata panik pada diri sendiri.
Dikeluarkannya satu buku catatan. Terakhir kali ia menyentuh buku tersebut adalah hari Sabtu minggu lalu. Ketika Midori pertama kali mengajarnya. "Aduh, duh, duh, bagaimana ini?"
Naoki menengok ke samping, menemukan seorang gadis dengan rambut pendek sebahu tengah serius membaca buku. Ia mencolek lengan temannya.
"Kurosaki," panggil Naoki. "Tolong bantu aku, dong."
Sosok itu mendongak dan menatap Naoki dengan bosan. Ia membalas dengan nada pelan, tapi kalimatnya cukup membuat Naoki tertohok. "Malas."
Kurosaki Fumi, remaja perempuan yang duduk di samping Naoki, kembali memusatkan perhatiannya pada buku yang ia baca. Yoshikawa Naoki mencibir Fumi diam-diam. Kawannya itu terkenal pintar, wajahnya manis pula tapi kerjanya cuma baca buku. Dan lagi, Fumi tak pernah memperlihatkan rasa tertarik pada Naoki sedikitpun.
Kadang ia heran dengan sikap Fumi yang berlagak cuek dan tak peduli padanya. Lain waktu ia juga pernah merasa kesal. Saat baru pertama kali sekelas dengan Fumi di tingkat dua ia pernah menggerutu tanpa henti, Apa sih kurangnya aku sampai dia tidak terpesona? Cuma dia saja yang belum pernah menunjukkan rasa suka.
Tapi lama kelamaan Naoki menyerah. Mau Fumi suka atau tidak padanya, ia tak peduli lagi. Capek, begitu pikirnya.
"Kurosaki." Naoki kembali memanggil. "Aku diberi PR oleh tutorku. Sabtu nanti dia akan periksa. Sekarang sudah hari Kamis, dan aku belum kerjakan sama sekali."
"Tahu belum dikerjakan malah berkeluh kesah, ya kerjakan dong!"
Komentar bernada pedas itu kembali terdengar dari Kurosaki Fumi. Ia tak memandang Naoki, melainkan sibuk membuka lembaran baru pada buku yang dibacanya.
"PR-nya susah. Bahasa Inggris!" curhat Naoki.
"Loh? Kan memang kau lemah di pelajaran itu. Wajar lah."
"Makanya karena aku lemah di Bahasa Inggris, bantu sedikit dong Kurosaki." Naoki merajuk. "Kau ini tidak ada rasa murah hatinya pada teman sendiri."
Kali ini Fumi berdecak. Ia terpaksa menoleh pada kawannya dan menemukan Naoki duduk disitu dengan wajah penuh harap. "Kenapa tidak minta tolong saja panda Honda-kun?" Gadis itu bertanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/141906520-288-k260787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akai Ito (Benang Merah Takdir)
Genel KurguAkai Ito (Benang Merah Takdir) bercerita mengenai Yoshikawa Naoki, memaknai tiap pertemuan yang tanpa sadar menuntunnya kepada sang takdir. - Yoshikawa Naoki merupakan tipe siswa flamboyan, sesuai dengan pikiranmu; tampan dan populer. Sayang sekali...