Tsuchiya memberikan dua lembar uang kertas pada laki-laki di depannya. Orang itu memakai jaket murahan berlogo salah satu klub basket NBA, Cleveland Cavaliers. Terdapat dua hingga tiga tindikan di telinga kanannya, celana jeans yang dipakainya juga robek-robek di bagian lutut.
Orang itu menghisap rokok sambil menerima uang dari Tsuchiya. Selang berapa detik kemudian laki-laki tersebut mengerjap seperti baru tersadar akan sesuatu. Ia menegur Naoki dan Tsuchiya yang sudah tiga langkah melewatinya.
"Oi chibi (anak kecil)! Anak sekolah dilarang masuk, pulang sana!"
Dipanggil dengan nada bernada cemoohan membuat Tsuchiya dan Naoki naik pitam, namun mereka berdua menahannya. Dua bocah SMA yang menyamar tersebut menoleh sambil membalas dengan kalimat benci, "Siapa yang kau panggil chibi, hah?!"
Laki-laki yang menjaga pintu masuk langsung diam ketika wajah dua anak yang dikiranya masih berada di bangku sekolah itu berubah menyeramkan. Ia beralih sikap. Kini tergagap mempersilakan Naoki dan Tsuchiya, memanggil mereka dengan sebutan onii-san.
Dua sahabat itu memasuki satu area yang penuh dengan kumpulan muda-mudi. Dandanan mereka tak seperti yang sering ditemui di kawasan Jalan Takeshita. Anak-anak muda dengan gaya berpakaian street style mendominasi tempat yang Naoki dan Tsuchiya kunjungi kali ini.
Di depan Naoki, ada sekitar 7 orang laki-laki terlihat membentuk lingkaran. Masing-masing dari mereka mengeluarkan dompet dan beberapa lembar uang.
Tsuchiya menatap Naoki yang mengamati aktivitas tersebut lalu memberikan celetukan seperti biasa, "Kau mau ikut taruhan?"
Naoki menggeleng. Buru-buru ditariknya lengan Tsuchiya. Kawannya itu berhutang penjelasan.
"Tsuchiya, siapa Scratch yang kau bilang barusan?"
"Oh itu...," Tsuchiya menggumam sambil terus melangkah mendekati lapangan basket yang dikelilingi jaring kawat. "Salah satu tim basket jalanan disini."
Naoki mendesah keras. "Jelaskan lebih detil!"
Sahabatnya tertawa dan mulai menjelaskan. "Scratch adalah salah satu tim basket jalanan paling cemerlang di Tokyo. Terdiri dari lima orang...,"
"Siapa saja?" Naoki menyambar, memotong penjelasan sang kawan.
"Aku hanya pernah nonton pertandingan mereka satu kali. Itu pun pertandingan 3 on 3. Saat itu mereka hanya datang berempat," ungkap Tsuchiya. "Naoki, kau ingat laki-laki tinggi yang melakukan windmill saat kontes dunk minggu lalu?"
Naoki mengangguk. "Mizutani-san," ucapnya mengingat-ingat nama orang tersebut.
"Orang itu merupakan salah satu anggota Scratch. Mizutani, Kosuke, Kamiyama dan satu orang lagi yang dipanggil Hide. Saat aku menonton pertandingan mereka, Mizutani, Kamiyama dan Hide jadi pemain starter."
Tsuchiya berhenti sebentar dan menarik napas. Ia lantas melanjutkan, "Saat menyaksikan mereka bermain aku langsung mengerti mengapa mereka selalu memenangi kompetisi basket jalanan hingga empat tahun berturut-turut. Keempat orang itu punya kemampuan basket yang tak main-main."
Tsuchiya berdehem, kemudian berbicara lagi. "Kalau saja salah satu dari mereka serius, aku yakin tim-tim di liga basket resmi pun akan berebut meminta tanda tangan mereka di atas lembar kontrak."
"Apa maksudmu dengan kalimat 'kalau salah satu dari mereka serius'?"
"Yang kumaksud adalah tak ada satu pun dari keempat anggota tersebut yang menganggap basket sebagai suatu profesi. Mereka menganggapnya semata-mata sebagai hobi dan alat untuk mempertajam kemampuan. Aku yakin sih mereka punya pekerjaan tersendiri di pagi hari dan bermain basket saat malam untuk meregangkan pikiran dan otot."
![](https://img.wattpad.com/cover/141906520-288-k260787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akai Ito (Benang Merah Takdir)
قصص عامةAkai Ito (Benang Merah Takdir) bercerita mengenai Yoshikawa Naoki, memaknai tiap pertemuan yang tanpa sadar menuntunnya kepada sang takdir. - Yoshikawa Naoki merupakan tipe siswa flamboyan, sesuai dengan pikiranmu; tampan dan populer. Sayang sekali...