21. Last Together 🔞

200 11 1
                                    

Di depan sebuah ruang gawat darurat, Jaebum tengah berdiri sembari berjalan ke sana ke mari dengan gelisah. Dia baru saja menghubungi keluarga Jinyoung, namun tidak dengan keluarga Mark. Bagaimana jika kejadian saat Mark harus kembali ke L.A karena kejadian pingsan terulang lagi. Sudah lama berteman, tidak sekali saja Mark memberi tahu dirinya soal kenapa dia bisa pingsan saat itu. Bahkan jika Jaebum bertanya berjuta kali, Mark tidak akan memberitahunya.

Saat keluarga Jinyoung datang, Jaebum dengan segera mendapatkan berbagai pertanyaan. Bahkan Jaebum binggung saat itu, bagaimana memberitahukan kejadian yang sebenarnya.
"Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi."
Jaebum sudah berjanji pada Mark untuk merahasiakan apa yang terjadi, bagaimana bisa dia memberitahukan hal yang mungkin akan membuat keluarga Jinyoung kecewa atau bahkan membanci Mark.

"Mereka memiliki masalah, dan aku berjanji untuk tidak mengatakannya. Mark melukai dirinya dan Jinyoung datang, aku hanya pergi mengambil kotak medis. Saat aku sampai mereka sudah tergeletak di lantai." Dusta Jaebum.

Akan sangat memalukan jika dia mengatakan, jika dia menguping dan mendengar keduanya berciuman. Masalah ini, biar hanya mereka bertiga yang tahu. Atau mungkin juga empat teman lainnya.

"Haruskah kita memberi tahu Raymond?" Tanya Nyonya Park, dan Tuan Park hanya menggeleng.
"Tunggu dokter, baru ambil keputusan." Kata Tuan Park dan disetujui oleh istrinya.

Sesaat setelahnya, seorang dokter keluar dari ruangan. Dengan segara Orang tua Jinyoung beserta Jaebum menghampiri dokter tersebut dan menanyakan kedaan keduanya.

"Sebenarnya tidak ada masalah, hanya apa keduanya ada riwayat Amnesia?" Tanya sang dokter dan dibenarkan oleh Orang tua Jinyoung saat itu, membuat Jaebum terkejut mengetahuinya.

"Saya rasa akhir-akhir ini ingatan keduanya kembali, tapi Saya belum bisa menyimpulkan apakah keduanya akan menginggat kembali atau tidak." Dokter tersebut kini tengah menulis di kertas observasinya.

"Kami akan segera memindahkan kedua pasien ke ruang intensif, kelurarga dipersilahkan untuk menunggu sampai keduanya sadar. Permisi."

Dokter segera meninggalkan mereka untuk segera menganalisis data, Jaebum lalu duduk di kursi panjang dengan bimbang. Kenapa Mark maupun Jinyoung tidak memberitahukan hal sepenting ini padanya, atau memang keduanya tidak tahu?

"Jaebum." Tuan Park memanggil Jaebum dan dengan segara dia bangkit dari duduknya.
"Karena kamu sudah tahu, kami mohon untuk tidak mengatakan pada orang lain." Lanjutnya, dan Jaebum hanya tersenyum dan mengangguk.
"Baik paman, Mark hyung biar saya yang menjaganya." Jaebum membungkuk kepada Appa Jinyoung dan segera mengikuti perawat yang tengah memindahkan Mark.

Waktu berjalan begitu cepat, hari berlalu begitu cepat. Pagi itu, saat semua orang mulai segala aktifitas mereka. Di ruangan dengan bau khas obat-obatan, terdapat seorang yang kini tengah terusik. Sinar menyilaukan membuat mata itu mulai terganggu, mata itu mulai terbuka dan menatap ke sekitar. Pupilnya menangkap sebuah ruangan yang tidak begitu asing, setelah otaknya bekerja barulah dia sadar di mana dia berada saat ini.

"Kamu sudah bangun sayang." Suara yang dia kenal membuatnya tersenyum dan mengangguk sebagai jawabannya.

Jinyoung, baru saja sadar dari pingsannya kemarin, mendapati sang Eomma tengah membawa nampan berisi makanan dan obat untuknya. Dia mencoba bangkit namun, kepalanya masih terasa pusing.
"Apa masih pusing?" Jinyoung hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Eomma bantu ya."

Jinyoung dibantu eommanya untuk duduk dan meyandarkan punggungnya. Jinyoung masih mencoba mengingat apa yang terjadi dan baru saja menyadari bahwa Mark terluka.

"Eomma." Panggilnya, dan Nyonya Park menoleh menatap anaknya.
"Apa Yi-en hyung baik-baik saja?" Tanya Jinyoung membuat nyonya Park terlihat sedikit terkejut mendengarnya. Jinyoung kemungkinan memang sudah menginggat Mark, karena Jinyoung tidak pernah memanggil Mark dengan nama Yi-en setelah kejadian itu.

F i n d i n gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang