22. Pregnant

50 3 0
                                    

Sinar mentari yang hangat datang melewati celah-celah jendela.
Membuat seorang pria yang tengah tertidur di ranjangnya sedikit terusik.

Dia mencium harum maskulin yang dia kenal, dia enggan membuka matanya. Dia tetap memejamkan matanya, namun tetap memeluk sebuah bantal di sampingnya.

"Hyung, sudah-" Pria itu yang tak lain dan tidak bukan adalah Park Jinyoung, baru saja menyadari bahwa Mark harus ke bandara sehingga dia menghentikan perkataannya lalu membuka lebar matanya.

Melihat ke depan, dia hanya menemukan sebuah hoodie. Tidak menemukan sosok yang ingin dia lihat saat matanya terbuka di pagi hari.

Jinyoung mengingat kembali kejadian semalam, dan beberapa percakapan dirinya dengan Mark. Dengan hanya menggunakan celana dalam ia beranjak dari tidurnya untuk mencari keberadaan Mark.

Dia berlari ke dapur, ke kamar mandi, ruang tamu, dengan sesekali meringis kesakitan di area belakang tubuhnya.

Jinyoung kembali ke kamar dan menyadari bahwa koper dan tas Mark sudah tidak ada pada tempatnya.
Yang artinya Mark sudah pergi.

Jinyoung lalu berjalan tergesa untuk mengambil ponselnya. Namun, dia melihat note paper miliknya tidak lagi pada tempatnya.

Ada satu lembar yang sepertinya sengaja di tempel dengan posisi yang berbeda dengan yang lain.

Jinyoung lalu meraih kertas itu dan membaca tulisan yang jelas tertulis untuknya.

Jinyoung-ah, maaf tidak menunggumu bangun atau membangunkan mu. Aku tidak ini melihatmu menangis. Aku tidak ingin perpisahan kita berakhir dengan air mata. Terima ksih untuk semalam. Aku berjanji pdamu Jie, saat pekerjaanku di sinin selesai, aku akan kembali. Kamu adalah rumah ke dua untuk ku. Jadi, tunggu aku Jie, aku mencintaimu.

- Mark

Air mata Jinyoung entah sejak kapan sudah jatuh begitu saja, dia bahkan belum mengucapkan selamat tinggal.

Dengan tubuh tanpa sehelai kain, hanya selimut yang menutupi kakinya. Jinyoung duduk dengan memelluk lututnya.

'Baru saja aku bahagia, kenapa sangat sulit melepas mu hyung?' Batin Jinyoung.

Jinyoung kembali terisak dengan masih memeluk kakinya dan menengelamkan kepalanya di antara dua lutunya.

tak lama setelah itu, pintu terbuka menampilkan sosok Yugyeom dengan beberapa kantong pastik di tangannya.

"Hyung?!" Yugyeom yang terkejutpun langsung berlari menghampiri JInyoung dan meletakkan kantong plastiknya di atas meja.

"Hyung ada apa?" tanya Yugyeom sembari mencoba menenangkan Jinyoung.

Jinyoung mendengar itu lalu mengangkat kepalanya lalu memeluk Yugyeom. Dan tangisnya menjadi pecah dan semakin keras.

Yugyeom lalu menenangkan Jinyoung, dia elus dan tepuk pelan punggung Jinyoung.
"Menangislah hyung, jika sudah puas baru ceritakan." Kata Yugyeom.

Sejujurnya Yugyeom datang atas perintah Mark, bangun tidur dia membaca pesan dari Mark. Memintanya membelikan makanan untuk Jinyoung sarapan, bahkan uangnya sudah di transfer.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

F i n d i n gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang