part 17

54.9K 1.5K 28
                                    

Selena Pov

Semenjak gue keluar dari sekolah itu. Gue gak berani menginjak kan kaki gue ke sekolah lain. Orang tua gue khawatir dengan gue. Gue selalu ketakutan. Melihat bayangan-bayangan gue di buli masih terlihat

"Selena, ayo kita makan dulu. Sudah beberapa hari kamu gak makan. Kamu juga udah bolos beberapa hari di sekolah baru mu" ucap ibu
"Gak nafsu makan" ucap gue
"Selena, ibu tau. Semenjak kamu sekolah di sana kamu terus di ganggu sama mereka. Tapi kita gak bisa berbuat apa-apa nak" ucap ibu

Gue hanya diam duduk termenung. Gue menangis, air mata gue gak berhenti

"Seleenaa..."
"Steven, kamu di sisni? Bagaimana papa mu tau jika kamu berada di sini dia pasti sangat marah" ucap ibu
"Tante, tante tetap bagian keluarga kami. Walau pun papa gak suka. Aku tetap memihak tante. Sudah lah tante pergi istirahat saja. Biar aku mengurus Selena" ucap Steven

Ibu gue pun mendengar omongan Steven

"Ngapain lo di sini?" ucap gue
"Sel, jangan kayak gini terus dong. Semangat"
"Gak bisa ven, bayangan mereka masih terlintas di pikiran gue ven hiks hiks hiks"

Flasback

Patricia menolak gue hingga tubuh gue terhantam dengan pagar belakang sekolah. Dan itu terasa sakit

"Kita bisa memposting nya secara online" ucap Keily
"Kerja bagus, Selena" ucap Patricia

Gue hanya memandang mereka. Tubuh gue terasa lemas. Gue berdiri dan menahan ketakutan

"Aku tidak bisa melakukan nya lagi" ucap gue
"Apa sih yang dia bilang?" tanya Viona
"lo udah gila, ya?" tanya Patricia

Patricia marah, dan mendorong gue lagi.

"Aw.." rintih gue

"Apa? Kau tak bisa lakukan ini?" tanya Patricia sambil memukul kepala gue

Patricia memukul kepala gue beberapa kali. Hingga gue menangis

"Hah, berani nya kau"
"Sudah pat, lebih baik kita suruh dia untuk mengembalikan buku ini dan lihat respon dari Reina" ucap Viona
"Hah ide yang bagus. Kau atasi ini semua"

Mereka bertiga pergi, gue ketakutan. Gue menangis, rasa nya sakit

-DI KELAS-

"Siapa yang mengambil buku les privat gue. Gue meletakkan di dalam laci meja gue. Buku itu mahal. Siapa yang mengambilnya?" tanya Reina

Semua anak kelas tak ada yang memperdulikan nya. Reina membongkar seluruh meja kami. Gue sangat ketakutan melihat Reina yang sudah marah

"SIAPA YANG MENGAMBILNYA?"

"Yaaa tenanglah!!"
"SIALAN KAU! KEMBALIKAN! SIAPA YANG MENGAMBILNYA?"

Gue memberanikan diri gue mengembalikan buku itu. Dan alhasil

Plak

Gue ditampar Reina. Semua anak di kelas hanya memandang gue. Mereka bertiga tersenyum senang.

"Jadi kau? kau pasti sudah tak waras" ucap Reina
"M....m..maaf" ucap gue dengan suara serak gue yang menahan nangis
"Maaf?? Kau kira minta maaf akan membereskan semua? Apa kau tahu berapa harganya ha? Akan ku bunuh kau brengsek" ucap Reina sambil menjambak rambut gue dengan keras

Semua di dalam kelas tidak peduli apa yang terjadi di kelas. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Reina melepaskan jambakan rambut gue. Gue gak bisa menahan tangisan gue.

"Hah, mama aku kesal sekali"

-RUANGAN KEPALA SEKOLAH-

"Apa yang kau lakukan? Kau kan gurunya" ucap kepala sekolah
"Maaf pak, saya tidak tau jika semua nya seperti ini" ucap pak Ranz
"Ada apa dengan mu hah? Aku benar-benar kehabisan kata" tanya mama Reina
"Bu, ku mohon izinkan saya yang membereskan ini semua" ucap kepala sekolah
"Singkirkan dia" ucap mama Reina
"Apa?" ucap pak Ranz
"Bagaimana kalau anak-anak kami di lecehkan olehnya, yang mencuri barang orang. Dan menyebabkan kekacauan itu?" ucap mama Reina
"Tidak, mereka tidak seperti itu buk" ucap Ranz
"Kudengar dia berada di tingkat paling rendah, kau tidak bisa mempertahankan anak seperti ini" ucap mama Reina

Pak Ranz tidak bisa berkata-kata lagi, menghadap Mereka yang memiliki drajat yang tinggi. Selena mendapat hukuman seberat-beratnya

FLASHBACK END

"Luka nya masih terasa di hati gue Stev. Rasa nya gue udah gak berguna di dunia ini hiks hiks, lebih baik gue mati" ucap Selena
"Selena, jangan pernah berkata seperti itu. Lo harus semangat. Percaya dengan gue"

Gue gak mendengat perkataan Steven, gue mengambil sesuatu di lemari gue. Gue mengeluarkan gunting. Steven terkejut. Dengan cepat steven menahan gue

"LEPAS KAN GUE, LEPAS KAN GUE BRENGSEK hiks hiks hiks" badan gue mulai melemah

Gue melepaskan gunting dari tangan gue. Steven memeluk gue erat.

"Lupakan semua, mereka tidak akan mengganggu mu lagi. Percaya lah. Mulai lah hidup abru mu disekolah baru. Jangan seperti ini. Aku akan memebri pelajaran pada mereka bertiga" ucap steven
"Hiks hiks hiks, terima kasih sudah berada di samping gue hiks"
"Tenang lah" ucap steven

_******_

schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang