Pertama

731 75 0
                                    

"Bu Kalea, ada undangan di meja Ibu"

Suara mas Yono, begitu anak-anak memanggil office boy yang pasti usianya belum menyentuh seperempat abad itu, menyapu gendang telinga Kalea saat ia memasuki ruang kerjanya sepulang dari meeting di luar. Ia mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih kepada mas Yono dan memasuki kubikel kerjanya.

Kalea melihat sekilas undangan berwarna biru muda tersebut, memastikan apakah itu undangan pernikahan, tunangan, atau sunatan- yah, mungkin aja kan?-

"Sialan."

Umpat Kalea pelan dalam kubikelnya saat ia melihat nama yang tertera dalam undangan pernikahan tersebut.

Bisma Seungcheol Mahesa dan Irma Sowon Islahi.

Jelas, Kalea tidak bisa bersikap biasa saja terhadap nama tersebut.

Ya gimana, Bisma dan Kalea beberapa waktu yang lalu masih menyandang status saling bertunangan. Dan Irma adalah teman dekatnya saat kuliah dulu.
Namun siapa yang tahu ternyata begini ujungnya?

Tidak lama kemudian, ponsel Kalea berdering. Menampilkan nama "Bapak" di layarnya. Ia segera menjawab panggilan telefon tersebut.

"Assalamualaikum Kalea"

"Walaikumsalam Pak. Ada apa?"

"Hng, ini Ibu ingin bicara"

"Iya Pak. Kasih aja"

Kalea masih menempelkan ponselnya tersebut di telinganya sambil memejamkan matanya sejenak. Sampai suara Nyonya Hatmoko menyapanya.

"Kalea,"

Panggilan Ibu-nya tersebut hanya ia jawab dengan gumaman. Bukan, bukan karena Kalea ingin menjadi anak durhaka. Tapi, ia tahu jelas kenapa Ibu-nya ingin berbicara dengannya.

"Datang dulu ya nak?"

Tuhkan.

"Iya Bu. Kalea usahakan ya. Nanti Kalea telefon Ibu lagi"

"Sabtu, jam 7 malam di Hotel Hilton  Cokroaminoto"

"Iya Bu."

Tut.

Panggilan diputus dari seberang. Kalea menghela nafas. Lalu menatap chat Whatsapp Ibu-nya dari notifikasi tray.

"Kalea,
Bsk malam dtg ke acara keluarga ya...
Ada yng ingin ibu knalkan"

Kalea memijat pelipisnya,

Ini hari Jumat atau hari sial Kalea sih?

[1] Untitled; Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang