Kesebelas

206 50 2
                                    

Sebut Javier kejam namun percayalah ia hanya ingin yang terbaik untuk Keanu.

Javier duduk berhadapan dengan kekasihnya, Irene. Hubungan mereka memang sudah membaik, jauh membaik bahkan dibanding sebelumnya. Sehingga ia bisa dengan santai duduk di pantry dapur apartemen Irene siang ini.

"Irene, aku mau bicara satu hal sama kamu"

Javier Aron dan serius adalah hal yang jarang terjadi. Irene tentu berdegup memikirkan topik apa yang akan kekasihnya bawa.

"Wendy. Sejak kapan dia pulang ke sini?"

Awalnya, Irene juga tidak habis fikir kenapa Javier bisa mengenal Wendy. Ia juga tidak menyangka bahwa Keanu yang diceritakan Wendy merupakan Ken, sepupu Javier.

Begitupula Javier yang kaget saat tahu Irene berteman baik dengan Wendy.

"Dua bulan lalu, ia baru bekerja bulan ini."

"I assume Wendy haven't know it yet. Keanu akan menikah kurang dari 3 minggu."

Tanpa Javier jelaskan lebih lanjut, Irene mengerti kemana arah pembicaraan ini. Karena ia sendiri mengerti kehidupan Wendy sedikit banyak.

"Aku akan coba bilang, Ron."

"Don't push youself too hard, honey. Bantu sebisamu aja, ya?"

Javier mengusak pelan rambut Irene, membuat sang wanita tersenyum dengan pipi bersemu merah.

-

Ultimatum terakhir dari Rizza kepada Keanu adalah, Keanu harus menyampaikan apa yang terjadi malam itu dengan Wendy kepada Kalea dalam 2 hari ke depan atau nanti tinggal pilih mau Rizza atau Javier sendiri yang akan mengatakan pada Kalea.

Sebenarnya ia bingung harus bagaimana. Tapi tidak ada solusi yang tepat, sialnya hari ini adalah hari terakhir dari ultimatum Rizza itu.

Keanu menghela nafasnya. Masa iya Kalea mau sepeduli itu sama urusannya?

"Berat amat nafas lo kayak beban hidup" celetuk Johnny, rekan kerja Keanu yang juga sahabat karib dari jaman SMAnya. Jadi jangan heran kalau Johnny agak slengean padahal Keanu jabatannya lebih tinggi.

"Emang."

Johnny tertawa atas reaksi Keanu. Lelaki dengan tinggi semampai itu tentu dengar desas-desus dari sekitarnya bahwa orang ada di hadapannya ini dijodohkan dan kurang dari 3 minggu lagi akan melaksanakan perkawinan.

"John, gue ketemu Wendy."

Bersyukur kepada Tuhan, Johnny tidak sedang minum saat ini.

"What the hell? Dimana? Kapan? Terus lo ngobrol?"

Keanu tentu sudah menduga ia akan dibombardir dengan pertanyaan ini. Pada akhirnya ia menceritakan semuanya.

"Gue sama dia emang gak sebentar, tapi sumpah demi Tuhan, gue nggak ada apa-apa sama Wendy selain kenangan. Gue cuma kaget kenapa dia bisa ada di sekitar gue sementara waktu itu bilangnya ke Singapura dan gak akan balik lagi."

Johnny menghela nafas

"Harusnya lo ngomong gitu kemarin ke Javier sama siapa tuh, Riㅡ"

"Rizza"

Johnny menjentikan jarinya.

"Ucapan mereka ada benarnya. Mending Kalea dengar langsung dari lo sebelum tau dari orang lain."

"Ah, satu lagi. You should remember something, Mr. Atmaja, don't underestimate 'kenangan'. It's a trap. Banyak yang terjebak di sana."

Ucapan Johnny ada benarnya, membuat Keanu terpekur di kursinya.

"I'm leaving, Ken. See you!"

-

Kalea tidak pernah percaya dengan ungkapan 'dunia itu hanya selebar daun kelor'. Ada miliaran orang di dunia, dengan ratusan negara, ribuan pulau, tidak mungkin jika semuanya bersinggungan sesempit itu.

Kalea baru saja menyelesaikan dinas di anak perusahaan, ia sedikit mengantuk tentu bahaya untuknya karena ia mengemudi sendiri sehingga memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

Beruntung, di kamar mandi hanya terdapat seorang wanita yang sedang merapihkan blazer kerjanya. Kalea tersenyum menyapa wanita itu yang dibalas senyuman pula.

Saat Kalea memulai untuk mengikat rambutnya, ia tidak sengaja mendengar wanita dengan lesung pipi cantik di bawah matanya yang sedang melakukan panggilan telefon. Kamar mandi terlalu sepi, hingga hanya terdengar suara gemercik air dan hexos.

Wanita itu masih berkaca, mematut tampilannya sekali lagi.

"Pulang kayak biasa. Ada apa sih kakㅡ aduh putus-putus suaranya"

Kali ini wanita itu sedang berjalan keluar.

"Hah- Keanu?"

Samar-sama Kalea mendengar nama itu disebut dalam panggilan telfon wanita itu sebelum pintu kamar mandi benar-benar tertutup. Pikirannya hanya tertuju pada Keanu-nya.

Samar-samar pula ia mengingat nama dari ID Card yang menggantung pada leher wanita itu.

Wendy Sonia A.

Ah, jadi ucapan dunia itu sempit benar adanya atau hanya kebetulan?

---

A/N:

Hhh aku kekurangan konten Nayoung.

[1] Untitled; Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang