••
••"Baiklah! Persiapkan diri kalian untuk ujian kelulusan minggu depan"
Guru wanita itu mengakhiri pelajaran untuk hari ini. Semua siswa langsung berhambur meninggalkan kelas. Tak terkecuali Taehyung yang langsung masuk ke mobil jemputannya di depan sekolah.
"Langsung pulang, tuan?"
"Tidak" jawab Taehyung datar.
"Tapi, bagaimana jika ayah-"
"Lalu apa gunanya kau menawariku, bodoh?! Jika kau takut pada ayahku" Kesal Taehyung yang jelas tahu pikiran sopirnya.
Taehyung hanya ingin mengadu. Mengeluh dan mencairkan hatinya yang akhir-akhir ini seolah membeku, dingin dan keras.
Makam sang ibu. Itulah tujuannya.
.
.Chun Hi membersihkan setiap meja yang kotor. Sejenak aktivitasnya terhenti ketika ponselnya bergetar.
"Ya, halo"
"..."
"Benarkah? Sungguh?" Wajahnya berubah cerah seketika. Bahagia. Begitulah kira-kira.
"..."
"Baiklah. Terimakasih banyak" Chun Hi menyimpan kembali ponselnya. Kemudian, kembali pada pekerjaannya.
Chun Hi yang tadi sempat kesal karena harusnya sudah pulang 2 jam yang lalu kini berubah bersemangat.
Kriitt!
Pintu kaca itu terbuka. Membuat Chun Hi segera menyapa. "Selamat data--"
Chun Hi terkejut melihat orang yang berdiri di sana. "Tae-Taehyung?"
Dulu di kejadian yang sama Chun Hi kesal. Tapi, sekarang? Matanya memanas. Ingin rasanya berhambur memeluk adiknya yang masih mematung. Tapi, otaknya berkata, 'dia marah padaku'. Hal itu membuat langkahnya tertahan.
"Taehyung?"
Chun Hi berbalik. Di dapatinya sang bos yang sedang merangkul gadisnya.
"Oppa? Dia pasti mau membawaku. Aku tidak mau. Aku tidak mau dengannya"
Mata gadis itu berubah nanar dan benci ketika melihat Taehyung tiba-tiba ada di sana. Bahkan tangannya mengepal kuat di bawah sana.
"Jangan percaya diri. Kau pikir aku sudi dengan perjodohan ini? Menjijikkan!" Sarkastik Taehyung.
"Jadi?" Gumam Seokjin.
Sungguh bos dan karyawan ini tidak menyangka. Sesempit inikah dunia?
Tak ingin berdebat, Seokjin segera mengantar kekasih tercintanya pulang. Tinggallah kakak beradik yang tampak canggung ini.
.
"Tae?" Chun Hi menatap nanar pria di depannya. Matanya benar-benar panas.
Kini mereka ada di atap restoran. Tidak ingin mengganggu pelanggan juga karyawan lain.
Tangannya terulur menyentuh wajah adiknya. Air matanya perlahan mengalir. Sementara Taehyung masih tetap diam melihat sang kakak.
"Bagaimana kabarmu? Apa kau makan dengan baik? Kau belajar dengan benar? Bagaimana nilai matematika dan bahasa Inggrismu? Kau hidup dengan baik, kan? Aku selalu khawatir padamu, Tae. Maafkan kakakmu ini"
Taehyung segera merengkuh tubuh orang di depannya. "Tidak. Aku tidak baik. Semua kacau. Aku marah padamu. Kau membuangku ke neraka" suara paraunya menandakan dia juga mulai menangis.
Mereka saling melepas pelukan. "Kau sudah makan?" Tanya sang kakak.
"Tadi siang. Minggu depan aku ujian"
"Kalau begitu, belajar yang rajin. Nilaimu harus bagus. Kalau tidak bagus, aku marah padamu"
"Kau memang selalu marah padaku. Begitu di tinggal pergi, kau menangis seperti ini" Taehyung mengusap air matanya.
"Jangan mengejek. Dasar anak nakal"
"Datanglah saat hari kelulusan nanti. Aku ingin saat menerima ijazah kau ada di sana. Jika tidak, maka aku satu-satunya siswa yang paling menyedihkan" wajah Taehyung kembali redup.
"Jangan begitu, Tae. Ayah dan ibumu pasti hadir"
"Aku tidak butuh mereka"
"Tae-"
"Hyung/Oppa?"
Kakak-adik ini langsung mencari sumber suara.
"Hanbin, Hwiyoon" Sapa Chun Hi. "Ada apa kalian ke sini?"
"Tadi kami ke rumah, noona belum pulang. Jadi, kami ke mari"
"Hei! Tunggu! Jadi kalian sering datang ke rumah?" Pekik Taehyung agak kesal.
"Benar. Hampir setiap hari kami datang" santai Hanbin yang berhasil mendapat pukulan di kepala dari Taehyung. "Hyung! Kenapa memukulku?" Kesal Hanbin.
"Bukan berarti aku tidak ada lalu kalian bebas ke rumah itu. Itu juga rumahku" jelas Taehyung sambil terus memukul anak yang sudah di anggapnya adik ini.
"Hei! Hei! Seenaknya mengaku rumahmu. Siapa yang mengizinkan?" Protes sang kakak.
"Hyung? Beberapa hari lalu aku melihatmu di papah temanmu. Kau kenapa? Kau tampak kacau"
Mendapat pertanyaan seperti itu, barulah Taehyung menghentikan aksinya.
"Apa?! Ka-kau?"
"Aku sedang ada kepentingan waktu itu. Awalnya aku ingin menyapamu. Tapi, tidak jadi. Karena kau dengan temanmu"
"Kau kenapa, Tae?"
"Aku... A-aku..."
"Jangan bilang kau?" Otak Chun Hi memproses cepat. "Aku kan sudah bilang, Tae. Jadilah orang yang baik, belajar yang baik. Kenapa kau melanggarnya?" Omel sang kakak.
Sementara Hanbin hanya bisa memunduk sambil menggigit bibir bawahnya.
"Aku salah bicara, rupanya. Pertempuran berdarah ini" keluhnya dalam hati.
"Dasar oppa bodoh. Mau kabur tapi sudah malam" -Hwiyoon.
"Berapa kali kau melakukannya?"
"Aku-"
"Itu tidak akan menyelesaikan masalah, Tae. Kau hanya akan termakan emosi. Hidupmu akan semakin berantakan. Jangan ulangi lagi. Apa yang kau terima harus kau hadapi"
"Aku kacau. Aku pusing. Lalu bagaimana?"
"Tuan, mari pulang. Ayah tuan sudah menelpon" Muncul sopir Taehyung memperingatkan.
"Sudah ku bilang tunggu di mobil. Kenapa kau-"
"Sudah, Tae. Pulanglah! Jangan khawatirkan apapun. Tetaplah sopan dan belajar yang rajin. Akan ku usahakan datang di hari kelulusanmu nanti"
Suasana kembali canggung. Tidak lagi ada canda.
"Kau harus mendapat nilai yang bagus nanti. Agar bisa masuk universitas yang kau inginkan dengan mudah. Aku selalu mendukungmu"
|
TBC
Maafkeun wordnya jd panjang2. Kan udah hampir end. Jd ya trm saja.
Dan makasih yg udh stay dr bag 1 smpe sini. Smga msh betah smpe bag akhir. Tgl dkt lagi kok.
Lavyu
Ryeozka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMUT (SENYUM MANIS UNTUK TAEHYUNG) (END)
Fanfictionkenapa harus senyum pada Taehyung? Taehyung itu,,,,,, Taehyung itu..... 30 Desember 2017 - 13 April 2018