F : Hujan

614 87 21
                                    


Let's go...

••

Sore yang dingin. Ada kemungkinan akan turun hujan. Chun Hi dan Taehyung berjalan bersama menyusuri trotoar yang cukup sepi.

Taehyung yang memakai tudung kepala dari Hodienya dan Chun Hi yang berpakaian sederhana seperti biasa. Mereka bergandengan tangan. Tidak ada rasa risih atau malu di antara mereka.

"Tae, bagaimana sekolahmu hari ini?"

"Menyebalkan"

"Kenapa?"

"Aku di paksa ikut taruhan dua kelompok menyanyi"

"Memang ada seperti itu? Lalu?"

"Tentu saja aku menolaknya. Itu bukan ajang resmi. Itu hanya ambisi dua kelompok menyanyi yang ingin di akui"

"Memang masalah apa?"

"Di sekolah ada dua kelompok menyanyi yang jadi andalan. Bright Voice, anggotanya 5 orang. Taeyong, Wendy, Seolhyun, Daniel, Baekhyun. Satunya lagi, Light Tone. Mark, Jimin, Joo Hyun, Seulgi, Jennie"

"Kau tidak ikut?"

"Malas sekali. Aku tidak akan menyia-nyiakan suaraku. Mereka sedang ada masalah. Taeyong dan Mark bermusuhan hanya karena Taeyong bisa tampil lagi di Showcase tahun ini. Mark tidak terima. Karena saling membela, akhirnya mereka bertaruh. Jika Bright Voice kalah mereka harus mengundurkan diri dari Showcase dan sepakat mempromosikan Light Tone. Jika Light Tone kalah, dia harus mengakui kemampuan Bright Voice dan harus merelakan ruang latihan mereka" terang Taehyung panjang lebar.

"Lalu, temanmu yang mana?"

"Joo Hyun dan Seulgi. Mereka satu kelas denganku. Bahkan tadi Seulgi mengataiku kepala batu"

"Kepalamu itu memang batu, Tae" kekeh sang kakak.

"Setidaknya, bukan kepalamu"

"Ya, ampun! Tidak sopan sekali kau. Jangan-jangan tadi kau juga menjawab seperti itu?"

"Iya, benar" jawab Taehyung lalu berlari menjauhi sang kakak yang siap memukulnya.

"Hei! Tunggu! Dasar anak nakal!" Umpat sang kakak mengejar adiknya.

Terjadilah kejar-kejaran di bawah hujan yang mulai turun. Setidaknya, mereka tampak bahagia dengan kekanak-kanakannya sekarang.

"Tae, aku lelah" keluh sang kakak setibanya di depan rumah dengan pakaian basah dan napas terengah-engah.

"makanya, biasakan olahraga" celetuk sang adik.

"Bahkan setiap hari aku olahraga, Tae. Kau tidak tahu, pekerjaanku menguras tenaga?" Balas Chun Hi.

Mereka segera masuk ke dalam rumah. "Kau, mandilah dulu. Jangan sampai kau sakit. Jika kau sakit tidak ada yang mengurusku" ucap Taehyung.

"Memang seharusnya begitu"

Chun Hi berjalan menuju kamar. Sementara Taehyung langsung menuju dapur, membuat teh hangat.

.
.

"Tae, mau makan apa malam ini?" Tanya Chun Hi yang sedang menonton TV pada adiknya yang baru keluar kamar dengan rambut basah dan acak-acakan.

Duhh sekseh sekale psti itu.

"Terserah saja"

"Di luar masih gerimis. Di kulkas tidak ada makanan"

"Ya, sudah. Tidak usah makan"

"Kau tidak lapar? Kau kan belum makan?"

Taehyung sudah duduk di samping kakaknya. "Kau juga. Kalau hanya tidak makan satu malam saja, aku tidak akan mati" jawabnya sesuka hati.

"Masalahnya bukan itu. Hanya saja bahan makanan benar-benar habis. Besok pagi mau sarapan apa?"

"Seadanya saja. Jangan terlalu di pikirkan"

"Masalahnya, tidak ada apa-apa, Kim Taehyung"

"Ya, sudah. Tidak sarapan" jawab Taehyung sembari meletakkan kepalanya di paha sang kakak.

Perlahan jari-jari Chun Hi membelai lembut rambut tebal Taehyung. "Ck! Kepalaku pusing" gumam Taehyung.

"Kepalaku juga" sahut sang kakak.

Haciii!

Chun Hi bersin. "Sepertinya aku akan flu"

"Hei! Jangan sakit!"

"Memang siapa yang mau sakit?"

Taehyung memutar tubuhnya. Memeluk erat pinggang sang kakak. Menyembunyikan kepala di perutnya.

"Hei! Kau kenapa?" Chun Hi masih terus membelai rambut adiknya. "Jangan menangis, oh! Aku tidak akan sakit"

Ketakutan Taehyung itu, ketika kakaknya sakit. Satu tahun yang lalu, kakaknya sakit. Seharian dia tidak makan, semalaman tidak tidur, tidak ada yang mencucikan pakaian. Bahkan rumah jadi kacau. Di pikirannya, hanya ketakutan jika kakaknya pergi seperti ibunya. Maka, dia akan sendiri selamanya.

.
.

.
.

TBC..

Duhh akurnya kakak adik. Siapa yg mau jadi kakaknya Taetae?

Vomment syayang!!!

SMUT (SENYUM MANIS UNTUK TAEHYUNG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang