9. Nangis

12.7K 1.2K 4
                                    

Saat ini Arga berada di balkon kamarnya, ia bermain gitar dan bernyanyi seorang diri, ini adalah cara untuk menghilangkan rasa sepinya.

Ia hanya tinggal sendiri di rumahnya, hanya satu orang pembantu yang membantu mengurus keperluannya.

Pikiran Arga kembali teringat pada telepon waktu itu, telepon dari orang yang dia rindukan, orang yang kini berbeda negara dengannya.

Flashback on

Saat asik melamun, ponsel Arga berbunyi, dengan berat hati, ia berdiri dengan malas ke arah ponselnya, ia langsung mengangkat tanpa melihat nama si penelpon.

"Hallo?" jawab Arga.

"Hallo sayang?"

Mendengar suara itu, Arga membeku ditempatnya, ia sangat kenal suara ini, suara yang telah lama ia nantikan, suara yang sangat ia rindukan beberapa tahun ini, ia merindukan wanita pemilik suara ini.

"Kau merindukanku?" tanya wanita itu.

"Never!!" jawab Arga dingin, sebenarnya Arga berusaha untuk tidak terlihat berharap pada ibunya.

Terdengar helaan nafas di sebrang sana. "Mama merindukanmu sayang, secepatnya Mama akan kembali."

Arga tersenyum sinis. Ibunya kembali memberinya janji yang ia yakini tidak akan ditepati "Gak perlu kalo itu cuma bualan."

"Mama minta maaf sayang." terdengar Ibunya memohon disana.

"Aku kira mama lupa kalo masih punya anak disini," ucapnya datar.

"Apa yang- "

Ucapan ibunya terhenti saat terdengar suara berat milik ayahnya "Apa yang kau lakukan! Pekerjaan masih menumpuk dan kau malah asik menelpon dengan seseorang hah."

"Mama matiin ya sayang, kamu yang baik disana."

Tutt

Arga tertawa miris. Lagi, Ibunya lebih memilih pekerjaan dibandingkan Anaknya sendiri, bahkan menanyakan kabarnya saja tidak.

Miris.

Ia semakin tidak yakin orangtuanya akan pulang, harapannya hilang saat mendengar Ayahnya mengatakan masih banyak pekerjaan yang menumpuk.

Flashback off

Arga memilih masuk ke kamarnya untuk mandi, ia perlu menyegarkan pikiran.

***

Rena kini berada di gazebo rumahnya, jika ia bosan, Rena akan memilih untuk bersantai disana sambil memakan ice cream.

Sambil menjilat ice creamnya dengan aman dan damai, pikirannya kembali melayang pada Clarissa dan Regina yang masih belum bisa ia percaya jika mereka bersaudara.

"Tapi cocok sih, yang satu mak lampir, yang satu lagi nenek sihir, perfect," ucap Rena bergumam sendiri sambil terkikik memikirkan dua bersaudara itu.

Rena terdiam, membiarkan ice creamnya meleleh mengenai tangannya, otaknya berpikir keras mengingat perkataan Jerry.

'Gak naik kelas 2 tahun lo bilang pinter.'

Kata kata Jerry membuatnya harus memutar otak memikirkan si pembunuh.

"Gue gak nyangka kalo itu Ian, tapi gue gak boleh langsung ambil kesimpulan, bisa aja yang Ian bilang bener, kalo dia gak naik kelas karna faktor ekonomi."

Annoying Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang