23. Menjauh

12.4K 988 5
                                    

Seorang gadis yang tengah berbaring tenang dikasur kini mengerjapkan matanya.

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela mengusik tidurnya.

Saat matanya terbuka sempurna, ia menatap sekeliling, ia melihat makanan yang tersedia di nakas, tak lupa obat juga berada disana.

Ia menghela nafas lelah, beranjak menuju kamar mandi untuk mandi, jujur saja kepalanya masih sedikit pusing, ia juga merasa tidak enak badan. Rena memilih tidak masuk sekolah hari ini karna ia bangun saat pukul 9 pagi.

Rena memilih mengabaikan makanan di nakas dan keluar dari kamarnya, di dapur ia melihat bi Ida, segera Rena menghampirinya.

"Pagi, Bi"

"Eh Non gimana keadaannya?"

Rena tersenyum sekilas lalu sibuk membuka kulkas mencari sesuatu yang bisa menyegarkan mulutnya "Baik kok, Bi?"

Setelah mendapat satu minuman dingin, ia kembali menutup pintu kulkas dan berdiri di samping bi Ida yang sibuk mengelap piring.

"Yang nolongin Rena kemarin siapa Bi?" ia bertanya karena seingatnya semalam ia menangis dilantai.

Bi Ida terdiam sebentar lalu menjawab "Bibi gak sengaja liat Neng Rena pingsan di lantai kamar, jadi Bibi tolongin."

Semalam bi Ida tak sengaja lewat didepan kamar Rena, ia heran, tak biasanya pintu kamar Rena terbuka lebar, saat ingin menutup pintu, matanya terbelalak melihat Rena yang pingsan dengan darah yang mengalir di hidungnya.

"Obatnya udah diminum?" tanya bi Ida, Rena hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Rena udah gak papa kok," jawab Rena cuek, ia tidak suka meminum obat sialan itu, ia merasa seperti orang yang punya penyakit parah dan akan segera mati.

"Tapi muka Neng Rena masih pucat, tadi malam dokter bilang kalau Neng Rena kecapean trus banyak pikiran, jadi harus istirahat."

Rena hanya mengangguk, karna memang ia masih merasa sedikit pusing.

"Jangan lupa, makanannya dimakan," peringat bi Ida.

"Siap bos." Rena beranjak meninggalkan dapur menuju kamarnya, perutnya terasa kosong, ia sangat lapar.

Rena menghabiskan makanan dan mengabaikan obatnya, lalu ia memilih berbaring kembali, perasaanya tak enak sekarang.

Seakan ia melupakan sesuatu, tapi apa? Seperti ada hal besar yang ia lupakan.

***

Sean, Ian, Jerry serta Alya kini berada dirumah sakit, setelah mendengar alasan mengapa Arga tidak masuk sekolah, sepulang sekolah mereka langsung pergi kerumah sakit.

"Gimana keadaan nyokap lo?" tanya Sean memecah keheningan, karna sedari tadi semua orang hanya diam menatap wajah Arga yang dingin.

"Menurun, Mama malah makin parah," jawab Arga.

Wajahnya mengeras mengingat kejadian kemarin, kedua tangannya mengepal kuat, hingga ia merasakan seseorang mengusap bahunya.

Ayahnya lah yang melakukannya "Papa pergi dulu, kamu jagain Mama, masih ada urusan yang harus papa selesaikan."

Arga hanya mengangguk tanpa perlu repot repot menoleh pada Ayahnya, Ayah Arga pun mengerti dengan sikap Putra semata wayangnya itu, ia memilih pergi meninggalkan ruangan Istrinya setelah tersenyum sekilas pada teman teman Arga.

Alya yang merasa aneh dengan keadaan yang hening kini mulai bosan, andai saja ada Rena pasti ia tidak akan diam mengingat sifat mereka berdua yang tak akan bisa diam.

Annoying Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang