SERIES #1
Highest rank
#77 of 53,1k in Teen [25/1/2021]
#31 of 37k in Random [25/1/2021]
#43 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021]
#239 of 17k in acak [27/09/2020]
#33 of 135k in fiksiremaja [16/01/2021]
#219 of 217k in remaja [25/1/2021]
#27 of 15,2k...
Hari ini, hari yang sudah di nanti nanti bagi para siswa dan siswi yang berhasil lulus dalam ujian nasional, termasuk Arga, ini adalah hari kelulusan.
Hari dimana para keluarga, sahabat serta teman teman mengucapkan selamat untuknya yang telah lulus dengan nilai memuaskan.
Namun rasanya tampak berbeda, masih ada kehampaan yang ia rasakan, beginikan rasanya menunggu?
Ia tertawa miris, tiba tiba dipikirannya terngiang ucapan Rena dulu.
'Arga woii, issss udah ditungguin juga, sekali sekali kek lo yang nungguin gue'
Sekarang ialah yang menunggu gadis itu, tetap seperti ini entah sampai kapan, ia masih belum bisa melupakan Rena.
Walaupun tak banyak kesan dalam pertemanan mereka, namun Arga merasa nyaman berada disamping gadis itu, si gadis pengganggu yang mampu membuatnya merasa kesal, marah, muak, cemburu serta rasa yang dinamakan dengan cinta dan kasih sayang.
Hanya dengan Rena ia bisa merasakan semua itu, ia bahkan masih mengingat jelas wajah memerah gadis itu saat ia berhasil mengungkapkan isi hatinya.
Saat Rena mengatakan dirinya sedang tak ingin diganggu karna sedang belajar, dengan semangat Arga menghubunginya via video Call dan dengan keberanian yang susah payah dibangun, ia mengatakan jika ia merindukan gadis itu, saat itulah seburat merah muncul di pipi gembul gadis itu, sungguh menggemaskan.
Sekarang Arga hanya bisa menahan kerinduannya sendiri, gadis itu berhasil membuat dirinya menjadi tak berdaya tanpanya, gadis itu sungguh menyiksanya.
"Haii bro! Jadi rencana mau kuliah dimana?" Tanya Dimas.
Memang, semenjak Rena dan sahabatnya pergi, mereka menjadi sedikit lebih dekat, hanya Dimas yang tau masalah sesungguhnya.
Bahkan mungkin sekarang Dimas lah yang mengerti dirinya yang terlihat begitu dingin, teman temannya yang lain tak berani walau hanya untuk mendekatinya.
Arga hanya diam saat ditanyai oleh Dimas, bukan tak ingin menjawab, namun ia sedang berfikir, apakah ia menerima tawaran Ayahnya untuk ikut berkuliah diluar negri atau menetap disini. Sendirian!
Arga menggeleng pelan "Gue pengen ikut orang tua gue, tapi kalau gue pergi dari sini, gue gak bakal bisa ketemu Rena, gue yakin Rena masih ada, gue bakal tetep nunggu dia sampai kapanpun!"
Dimas tersenyum menepuk pelan pundak Arga "Gue yakin, apapun pilihan lo, pasti itu yang terbaik, lo cowok hebat, gue yakin usaha gak akan mengecewakan hasil, semoga sukses."
Arga tersenyum tipis nyaris tak terlihat, Dimas memeluknya ala pria, lalu pergi meninggalkan Arga.
Mata Arga menjelajahi seluruh penjuru sekolah, semua orang tampak bahagia dengan kelulusannya, tak seperti dirinya yang sendiri.
Ia memilih melangkahkan kaki meninggalkan pekarangan sekolah, ia melajukan motornya hingga matanya tak sengaja melihat sebuah kedai.
Kedai es krim langganan Rena.
Arga berhenti, ia turun dari motornya dan berjalan memasuki kedai. kembali lagi, kenangan itu kembali merasuki pikirannya, kenangannya bersama dengan Rena.
Oksigen seakan menghilang dari paru parunya, mata tajam itu bahkan mulai memanas, hanya Rena yang mampu membuatnya seperti ini.
Arga menutup matanya, mencoba menghilangkan rasa sesaknya, setelah itu ia berjalan ke salah satu meja yang tersedia.
Ia duduk dan terdiam, ia menatap satu persatu pengunjung, hingga matanya berhenti disalah satu gadis berambut sebahu yang tengah membelakanginya.
Itu seperti Rena, Arga tersenyum, ia yakin jika itu Rena, dengan langkah lebarnya ia berjalan menghampiri gadis itu.
"Rena," panggilnya dengan lembut, tanganya menyentuh bahu gadis itu.
Orang yang dipanggil pun berbalik, tersenyum menatapnya, gadis manis itu menatap bingung Arga.
"Sorry!" Pengangannya terlepas, Arga pergi meninggalkan kedai itu dengan perasaan kacau, itu bukan Rena, Apa ia sudah gila hingga mengira orang itu adalah Rena.
Tujuanya adalah taman, tempat saat pertama kali ia mengetahui jika Rena adalah teman masa kecilnya.
Arga berjalan menuju tempat tersepi, ia ingin meluapkan emosinya, ia berteriak, memanggil Rena, bahkan laki laki itu menangis mencengkram kepalanya.
Saat Bu Dian mengumumkan berita buruk itu, tanpa berpikir lagi ia langsung pergi meninggalkan kelas, dengan cepat ia mengendarai motornya menuju rumah gadis itu.
Arga yakin, berita itu pasti tidak benar, gadis itu pasti sedang berada dirumahnya sekarang.
Saat sampai, pagar rumah itu tertutup, beberapa kali Arga menekan bel pun tak ada seorang pun yang muncul.
Ia bahkan Rela menunggu hingga malam demi memastikan gadis itu baik baik saja, ia yakin Rena tak apa, hingga Ibunya menelpon baru ia pulang.
Esoknya ia pergi lagi kerumah gadis itu, mencoba memanggil siapapun disana, namun nihil usahanya tak membuahkan hasil.
Begitupun dengan hari hari berikutnya, tak ada yang bisa ia lakukan selain memaksa hatinya untuk pasrah.
Rena sudah tiada
Gadis pengganggu yang mampu mengubah hidupnya telah pergi.
Pergi meninggalkan semuanya.
Termasuk hati Arga.
Segitu doang extra part nya, sorry mengecewakan😄, jangan lupa vote and coment⭐
Wait for
Sequel of Annoying Girl
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menceritakan tentang seorang kakak yang sangat protective pada si adik yang mempunyai sifat pelupa, sikapnya yang tegas serta tatapan tajam ia tunjukkan saat adiknya berbuat ulah, dan si bungsu akan menurut jika seperti itu.
*** "Ana! jangan lari, nanti jatuh!"
"kakak! Ana udah telat masuk sekolah!!" paniknya.
"Kamu kan homeschooling."
"Ohiya! bego deh."
***
Kisah cinta si cowok dingin. Ketika dipertemukan kembali dengan gadis perusuh yang dulu mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat, cinta yang belum terbalaskan, serta kenangan yang terlupakan.