Dengan hati senang Rena memasuki rumahnya, ia baru saja pulang dari sekolah, karna jarak dari sekolah ke rumah cukup dekat, Rena memilih berjalan kaki saja dibanding harus diantar jemput yang akan merepotkan Kakaknya Aldo.
Senyum manis terukir jelas dibibirnya, ia tak sabar untuk menemui Ibunya, tadi pagi sebelum berangkat, Ibunya berjanji akan memasak makanan kesukaannya untuk makan siang.
Namun senyum itu luntur saat melihat sang Ibu dibunuh didepan mata kepalanya sendiri.
"MAMA!" pekik Rena.
Ia berlari mengejar si pelaku, wajahnya tertutup oleh masker, saat berhasil mengejarnya, Rena langsung menarik kaos milik laki laki itu, namun kembali terlepas saat orang itu mendorongnya keras hingga terjatuh.
Rena menangis meneriaki orang yang sudah berlari jauh meninggalkannya, yang terakhir ia lihat hanya sebuah tato dibahu pelaku itu, terlihat saat Rena menarik bajunya, serta celana sekolah berwarna abu abu, benar benar tidak nyambung untuk bisa dibilang pembunuh.
Tak lama ia segera berdiri menghampiri sang mama yang tergeletak mengenaskan, darah dimana mana, pisau pun masih menancap di bagian perut Ibunya.
"Mama?" panggil Rena, ia menangis kencang melihat kondisi sang mama "Ma bangun!" Rena terus berusaha membangunkan Ibunya yang sudah tak bernyawa.
Ia tak tega, tangannya terulur untuk melepas pisau dari perut Ibunya, saat pisau terlepas, darah semakin deras keluar.
Rena berusaha menutup luka tersebut dengan tangannya yang bahkan tak berpengaruh apapun, darah itu semakin deras keluar, ia bingung harus melakukan apa, tidak ada siapa siapa selain dirinya dirumah ini.
"Tolong!! hiks hiks, tolongin Mamanya Aya!" teriak Rena, dengan sesenggukan Rena menatap Ibunya "Mama bangun! Aya takut."
"MAMA!!" dengan nafas memburu Rena terbangun dari mimpi buruknya.
Air matanya terus menetes saat mengingat kejadian itu kembali, ia seperti orang linglung, Rena turun dari kasur dan berjongkok didekat tempat tidur sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"Mama." gadis itu tak henti hentinya bergumam memanggil Mamanya, trauma itu terjadi saat ia mengingat kejadian beberapa tahun lalu.
Saat dirasa sakit kepalanya sudah mulai hilang, Rena berdiri menghapus kasar air matanya, berjalan kekamar mandi membasuh wajahnya.
Rena memukul kepalanya yang masih sedikit berdenyut, ia membenci saat saat seperti ini, dirinya seperti orang lemah dan bodoh.
***
Disisi lain Aldo merasa gelisah, siapa bilang ia tak mendengar suara teriakan Rena, ia jelas mendengarnya, karna kamarnya berada tak jauh dari kamar adiknya.
Ia khawatir, tak biasanya Rena berteriak seperti itu, teriakan yang menyaratkan kerinduan, suaranya pun terdengar bergetar, ia yakin adiknya itu menangis.
Ada keinginan untuk menemui adiknya dan bertanya, tapi ego mengusainya, ia masih ragu untuk memaafkan Rena.
Pikirannya kembali pada saat dulu, saat dirinya bekerja dan tiba tiba Clarissa menelpon, menyuruhnya pulang dengan segera kerumah.
Saat sampai ia sudah melihat Ambulan yang membawa Jenazah sang Ibu, Rena Adiknya menangis dipelukan Clarissa.
Setelah beberapa hari kematian Ibunya, Clarissa memberitahu jika ia sudah menemukan siapa pelaku pembunuhan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Girl (Selesai)
Novela JuvenilSERIES #1 Highest rank #77 of 53,1k in Teen [25/1/2021] #31 of 37k in Random [25/1/2021] #43 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #239 of 17k in acak [27/09/2020] #33 of 135k in fiksiremaja [16/01/2021] #219 of 217k in remaja [25/1/2021] #27 of 15,2k...