A4

863 120 120
                                    

Hujan

Hujan membasahi bumi memberi setitik harapan pada semua orang,  aroma tanah menyeruak harum kata sebagian orang. Tetes demi tetes air hujan mengelincir di dedaunan jatuh menyentuh bumi, menyesap menyatu dalam tanah. Awan menggumpal berwarna abu-abu,  orang-orang berlarian  menutup kepala dari tas yang mereka bawa sebagai payung.

Yuri diam menatap sekerumunan orang yang berteduh di halte bus sebrang jalan. Dirinya basah kuyup membiyarkan tubuhnya terguyur hujan di bawah pohon tepi trotoar. Tas berisi baju di dekap agar tak basah. Melawan dingin yang menusuk dengan bibir membiru dan wajah pucat.

Kali ini tuhan menurunkan hujan setelah beberapa hari umat manusia mengeluh atas terik matahari yang menyengat. Tak beda jauh dari yuri yang sering mengumpat namun sekarang ia mengumpat lagi karena serasa ingin membeku. Seolah tak ada kepuasan diri atas apa yang tuhan berikan dalam hidup.

Manusia mengeluh kala hujan turun, bagi mereka hujan hanyalah penghambat waktu mereka berkerja. Sementara kala tuhan memberikan terik matahari manusia juga mengumpat karena serasa terbakar.

Lalu siapakah yang salah dalam hal ini? Mau menyalahkan tuhan?  yang benar saja. Siapa yang mencinptakan mereka kalau bukan tuhan. Jika menurut mereka begitu. Sungguh!  betapa jahannamnya kita pada sang pencipta.

Mereka hanyalah sebuah tanah yang menggumpal menjadi darah membentuk daging hingga berwujud seperti sekarang. Setidaknya diamlah dan jalani apa yang telah tuhan berikan pada kita.

Yuri kini menatap langit ketika hujan mulai mereda ia sedikit berlari mencari wc umum untuk membersihkan diri dari sisa debu yang melekat pada tubuhnya beberapa hari yang lalu.

Ya, 3hari dirinya mencari sosok wanita dari ahjuma hwang siang malam berjalan tak tentu arah namun tak menemukan sosok yang di carinya tersebut. Yuri menitipkan tas pada penjaga wc umum dan segera masuk dalam bilik kamar mandi.

10 menit lamanya, yuri keluar dengan wajah cerah dan tubuh segar ia mengambil tasnya tak lupa membayar sewa wc tersebut. Ia kembali melanjutkan petualangannya mencari putri ahjuma hwang. 

Yuri berjalan santai sambil menggedong tasnya, matahari tampaknya sudah mulai bersinar setelah beberapa saat lalu bumi di guyur hujan. Suara burung terdengar keluar dari tempat perteduhan,  katak-katakpun meloncat girang melanjutkan permainan mereka yang sempat terhenti. Barisan semut mulai kembali bekerja menggali tanah yang terendam air. Orang-orang juga sepertinya melanjutkan aktivitas mereka seperti sedia kala.

Tak jauh dari yuri berjalan seorang lelaki berlari dengan membawa tas, dan beberapa orang mengejarnya dari belakang. Lelaki itu tak melihat ada yuri di depannya hingga tanpa sengaja menubruk tubuh yuri sampai terjatuh.

"Tahan orang itu, dia seorang jambret" orang yang mengejar lelaki tersebut berteriak membuat yuri dengan sigap mengambil tas tersebut dan menahan lelaki barusan yang menubruknya.

"Terima kasih, nona. Kau!! ikut kami ke kantor polisi" lelaki itu di ringkus oleh orang-orang yang mengejarnya. Yuri hanya tersenyum dan mengangguk.

Seperginya mereka, seorang wanita datang menghampiri yuri.

"Syukurlah kau menyelamatkan tas itu" si wanita ngos-ngosan mengambil tas yang di pegang yuri.

Wanita tersebut membuka tasnya mengecek isi dalam tas takut ada sebagian yang hilang. Senyumnya mengembang begitu tak menyadari barang dalam tasnya tak ada yang hilang satupun.

"Ambillah!! Itu sebagai tanda terima kasihku terhadapmu" si wanita menyodorkan beberapa lembar uang tanpa melihat ke arah orang yang telah menolongnya barusan.

Yuri mendelik tak percaya.

"Kau lagi!!  apa harga diriku sebegitu rendah, hingga semua yang menolongmu di bayar dengan uang" yuri tak terima.

Love Scenario (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang