A2

1.1K 130 17
                                    

Hari sudah mulai pagi menampakkan sinar matahari lewat jendela hotel yang tertutup kelambu tipis yang menutup semalam. Ruangan yang sederhana dan minimalis seperti hotel pada umumnya. Dua meja bertender di antara samping ranjang sebagai penyangga lampu tidur di atasnya.

Seorang yeoja tengah terlelap tidur dengan selimut yang membungkus tubuh telanjangnya. Perlahan tubuhnya bergerak karena sedikit silau akan sinar matahari. Tangan kanan mengucek mata memperjelas pandangannya. Ia duduk meringkuk dengan selimut di tubuh. Mata coklatnya tertarik menatap jendela yang tertutup  kelambu.

Ia beranjak dari kasur empuknya berjalan menuju jendela dan tangan mungilnya menyingkap kelambu tipis yang menutupi jendela itu. Sorot matanya menatap indah pada bangunan kokoh dan menjulang tinggi di depannya. Langit biru dengan awan putih menghiasi alam semesta. Memancarkan ke indahan ciptaan tuhan. Selimut yang di tubuhnya terseret menyampu lantai hotel putih bersih.

Sejenak ia memikirkan kehidupan yang di jalani selama ini, hidup di kota itu sangat keras bahkan tanpa modal uangpun mereka tak kan mampu bertahan lama. Kehidupan yang sangat pahit di jalani. Yeoja it tersenyum miris mengingat kejadian-jadian yang di jalaninya.

Dia membalikkan tubuhnya mendekat tepi kasur dan memungut uang yang berserakan di atas kasurnya. Tak perlu kerja keras untuk mendapatkan uang hanya dengan bermodalkan tubuhnya semua akan tercapai dalam waktu semalam.

Hidup yang di jalaninya terlalu glamor hingga barang-barang branded harus di capainya. Tubuhnya yang sexi yang sudah di milikinya sejak lahir terpahat rapi tanpa sentuhan campur tangan pisau bedah dari dokter kecantikan atau dokter Specialis bedah umum. Bahkan uang yang di dapati dari lelaki hidung belangpun jauh lebih tinggi dari gaji bulanan seorang karyawan kantor. Tanpa memperdulikan lelaki itu berkeluarga atau tidak yang penting ia dapat penghasilan.

"Kenikmatan yang hanya berselang sesaat" yeoja itu bergumam kala tangannya sudah mengepal tumpukan uang.

Tak hanya mendapat uang ia juga mendapatkan kenikmatan dari para pelanggannya. Melenguh setiap malam dan paginya sudah ada uang berserakan.

Ayolah! ini bukan hidup di jaman purba yang tak ada teknologi sama sekali. Ini kehidupan modern dan semua serba maju dengan barang elite yang bermunculan di pasaran.

Para perusahaan saling bersaing menampilkan product buatan mereka. Memperkenalkan kelebihan barang itu hingga semua orang berlomba-lomba ingin membelinya.

Tak hanya itu para designer pun ikut berpartisipasi dengan pakaian yang mereka buat berharap hanya milik merekalah yang paling menonjol. Misal tas branded, gaun dan hal mewah lainnya. Membuat para wanita berebut ingin memilikinya juga. Seperti yeoja yang saat ini, mengincar tas branded yang hanya terbuat beberapa buah di seluruh dunia.

"Cukup!  uang ini cukup membeli tas itu" dia tersenyum dengan uang yang di hitungnya barusan.

Sudah jauh-jauh hari ia mengumpulkan uang dari para lelaki keparat yang menidurinya. Sebenarnya hotel yang kini ia berada sekarang bukan sewaanya melainkan sewaan dari lelaki yang semalam menjamahnya.

Selimut yang membungkus tubuhnya ia lepas. Meninggalkannya ke kamar mandi membersihkan tubuh lengket dari lelaki keparat. Selesainya mandi Yeoja itu berdiri cukup lama depan kaca lemari hotel.

Handuk menutupi bagian tubuhnya, rambut di ikat ke atas belakang kepala. Tangan lentikknya terangkat dan menyentuh bahu kiri dan kanan secara bergantian kemudian melepas handuk itu merosot ke bawah. Menampakkan tubuh telanjangnya di depan cermin menatap nanar tubuh mulusnya depan kaca.

"Tiffany!  jika ommamu tau pasti kau akan dibunuh" Yeoja itu berbicara pada pantulan dirinya di cermin.

Jarinya menyentuh bekas gigitan lelaki hidung belang yang meninggalkan bercak merah di sekujur tubuhnya. Yeoja itu menoleh kesamping tak ingin lagi melihat tubuh telanjangnya yang sudah menjadi bekas lelaki biadab.

Love Scenario (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang