A23

858 114 96
                                    

=================!!!=================

Gedung pernikahan yang akan berlangsung beberapa menit lagi, satu persatu kursi sudah dipenuhi para tamu. Pintu masuk yang dihiasi mawar warna putih memberi kesan mewah diacara pernikahan Yuri. Segala macam masakan sudah tertata rapi dibagian samping kursi tamu undangan. Bunga mewar juga terdapat di tiap meja dalam vas gucci atas meja para tamu.

Pelayan sibuk mengelilingi meja tamu memberi minuman pada kolega-kolega Jaxon dan Bona yang hadir disana. Karpet merah terbentang  beberapa meter menuju altar, pastor sudah berdiri memegang kitab suci. Jaxon menyambut kedatangan tamu dipintu masuk dengan senyum khas dan karismanya.

Tuxedo abu-abu yang dipakai Jaxon begitu pas  mengikuti postur tubuhnya yang lumayan berotot itu. Dia sesekali melirik sang putri yang  sedang menunggu mempelai diatas altar. Pandangannya disambut senyum lebar oleh Yuri. Membuat Jaxon tidak tahan untuk menghampirinya.

“Appa!!” Yuri menyambutnya dengan gaitan manja dilengan kanan. Jaxon mengelus rambut Yuri dengan penuh kasih. Ya, dia begitu menyayangi putrinya lebih dari apapun. Karena ia tahu tak ada lagi wanita yang akan menemaninya semasa tua nanti jika dia tidak menjaga dan menuruti semua keinginan Yuri. Apalagi, kematian Bona meninggalkan luka mendalam dihati mereka.

“Yul!! Kau yakin masih ingin menikahi Jessica?” Jaxon menarik lengan Yuri ke sudut ruangan. Yuri mengerutkan kening tidak paham.

“Appa, aku tidak ingin pernikahanku gagal seperti yang dulu lagi. Aku harap Appa setuju dengan pilihan,  Yul.” Yuri berlalu, dan kembali ke altar samping pastor berdiri. Dia tidak mengerti mengapa Appanya begitu memaksa dirinya untuk membatalkan pernikahan. Apa yang kurang dari Jessica. Jelas-jelas wanita itu cantik dan memiliki profesi model. Bahkan Jessica lebih penyayang dibandingkan Seohyun.

Jaxon tampaknya  tidak bisa lagi membujuk Yuri  untuk membatalkan pernikahannya, tak ada pilihan lain selain menyetujuinya. Walau kini ia merasakan firasat tak nyaman terhadap menantunya itu. Pada akhirnya, ia kembali bergabung dengan para kolega-koleganya.

Yuri melirik  jam dipergelangan tangannya, menunggu detik-detik dimana Jessica nanti akan memasuki gedung pernikahan yang  akan berlangsung sebebntar lagi. Tidak dipungkiri bahwa hari-hari yang ia tunggu sangat cepat berlalu.

Sampai saatnya dia akan memiliki Jessica seutuhnya. Tidak hentinya wanita tan itu menyunggingkan senyum,  binar matanya yang tampak berwarna. Seperti tidak ada kebahagiaan lain selain menikahi Jessica.

Seperti yang ia duga, jarum jam memusatkan ujungnya di angka 8. Pertanda sang mempelai akan segera memasuki gedung. Iya, lurus dengan pintu masuk dirinya berdiri.

Di ambang pintu Jessica datang dengan gaun putih yang menyelimuti lantai dan mahkota yang semakin memperkelas penampilannya hari ini. Yuri tidak ber-ucap sekatapun dari mulut, riasan yang tipis dan natural itu sudah membuatnya bungkam.

Senyuman hangat yang tak pernah lepas disudut bibir Jessica semakin membawa langkahnya untuk mendekat. Jessica tidak sendiri, wanita itu didampingi sang menajer disampingnya. Alasannya, kedua orang tua Jessica tidak bisa hadir karena cuaca yang memicu batalnya penerbangan,  hingga harus menunda dan memasrahkan semuanya pada Yoona.

“Kau cantik, lebih cantik dari hari-hari biasanya.” Itu ucapan manis Yuri, saat sudah berdiri dihadapan Jessica. Tangannya dengan lembut mengganti posisi Yoona sejak masuk gedung.

Moment langka itu di abadikan oleh beberapa wartawan yang hadir diacara pernikahan Yuri. Kilatan  camera memenuhi gedung, berita langsungnya perniakahan Yuri menjadi topic utama setelah meninggalnya Bona beberapa waktu lalu.

Love Scenario (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang