A7

834 116 32
                                    

Langkah yuri semakin cepat menuruni tangga hampir saja jatuh jika ia tak menyeimbangkan diri. Ommanya yang kala itu menuju pintu atap segera dirinya bergegas pergi. Tak ingin lagi ia berada di rumah dengan membiyarkan kupingnya tuli karena mendengarkan pertarungan mulut ke dua orangtuanya.

Bantingan keras pintu apartment tiffany membuat tiffany terjengkit kaget dari duduknya di sofa panjang. Alis tiffany terangkat mendapati yuri dengan wajah gelisah. Bertanya-tanya tentang apa yang membuat yuri harus sekasar itu pada pintu apartment.

"Kau tak bisa apa, sedikit saja tanpa buat masalah?" tiffany menyilangkan tangan depan dada, berdiri dengan intonasi yang tinggi.

Yuri mendongak mengatur nafasnya yang hampir saja terenggut oleh tangga. Hatinya bergejolak dengan kegelisahan yang mengganggu fikirannya. Yuri menepuk dahi mengingat sesuatu yang membuat dirinya hampir lupa.

Tunggu, bukankah ini apartment milik ommanya yang di bangun khusus oleh arsitek ternama sebagai hadiah anniversary pernikahan 5 thn lalu oleh appanya?

Sial! lagi-lagi yuri terperangkap di jaring yang sama. Kepala Yuri frustasi dengan amarah yang membludak di dalam diri. Merasa heran mengapa ke dua orang tuanya itu sampai memiliki kekayaan tanpa batas? Seolah dunia ada di genggaman mereka.

Diamnya yuri membuat tiffany jengah dan melengos pergi ke kamar mengganti pakaian.

Yuri berjalan ke dapur mengambil air untuk melonggarkan tenggorokan yang terasa panas. Meneguknya sampai habis tanpa sisa setetes pun. Berharap bom waktu yang tertanam di dalam hatinya berhenti. Sesuatu telah membakar kerongkongannya. Mebinasakan gejolak amarah yang menumpuk.

Otaknya berkeliaran memikirkan ommanya yang berada di tempat yang sama sekarang. Kalau yuri keluar tentu saja dirinya sebagai umpan dari beruang hitam yang menjadi pengawal ommanya. Yuri tak ingin tubuhnya di seret dan di kurung oleh mereka para pengawal. Di rumah yang sudah menjadi neraka baginya sekarang dan yang dulu pernah menjadi tempat berteduh paling ternyaman dengan sangkar berlian yang mengelilinginya.

Decakan kesal yuri keluarkan dengan beribu umpatan yang penuh amarah. Begitu melatkkan gelas, yuri menoleh dan mendapati tiffany tengah keluar dari kamarnya dengan pakaian casualnya. Mata yuri menelanjangi tubuh tiffany dari atas sampai bawah. Dengan sedikit mengerutkan kening yuri mendekat mengahampiri tiffany yang kini menatapnya datar tanpa ekspresi.

"Ikut aku belanja, dan ganti pakaianmu," tiffany kembali masuk kamar mengambil kemeja lengan panjang warna biru motif kotak-kotak dan celana jeans milik para pelanggannya yang pernah menginap di tempatnya. Lalu melemparnya pada yuri kemudian.

"1 menit cukup kan, untuk ganti pakaian? Gantilah di kamarmu. Cepat!!! "

Belum juga bom waktu berhenti berjalan, yuri lagi-lagi harus menahan emosi dan sabar menghadapi setiap perkataan tiffany yang terlontar dengan tidak melumat tiffany bulat-bulat. Kedua tangannya mengepal erat d samping kanan kiri tubuhnya. Kakinya melangkah mengikuti lantai yang menuju kamar, tidak, melainkan gudang.

Hufft!! sambil menarik nafas panjang yuri mengganti pakaiannya. Dengan sakali cekatan baju lusuhnya terganti oleh kemeja dari tiffany. Lengan panjangnya ia lipat sampai siku dan tak lupa menguncir rambutnya yang terurai dari tadi. Menampakkan leher jenjang dan mulusnya yang siapa saja melihatnya ingin mengecap dan menghisap meninggalkan bercak merah. Yuri keluar 1 menit seperti yang di perintahkan tiffany.

Tiffany bangkit dari duduknya mulai melangkah ke arah pintu namun, beberapa langkah yuri menahannya setelah mengingat sesuatu di luar sana.

"Tunggu, apa kau memiliki masker dan topi? " pertanyaan yuri membuat alis tiffany terangkat sambil menghembuskan nafas kasar.

Love Scenario (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang