A21

776 112 87
                                    

=================!!=================

Jessica memangku wajahnya dengan lengan kanan diatas meja. Memandangi Yuri yang berdiri dan tangan terlipat dekat jendela kantor. Dia tidak mengerti mengapa Yuri begitu banyak diam pagi ini. Padahal kemarin dia sangat antusias saat mencoba gaun pengantin.

"Yul..!" Jessica bangun, mendekati Yuri yang diam mematung tanpa bergerak sedikitpun. Jessica merasa bosan harus saling diam tanpa alasan yang masuk akal seperti ini. Jika dirinya ada salah harusnya Yuri mengatakan, bukan malah mendiamimya tanpa alasan.

"Yul,,,!" Jessica menghela nafas, berusaha tetap tenang walau kesal dengan sikap Yuri. Tangannya membawanya untuk memeluk wanita tan itu. Meletakkan dagu diatas bahu kiri Yuri. Yuri bergerak, terkejut oleh sentuhan Jessica yang tiba-tiba sudah memeluknya dari belakang tubuh.

"Si-sica," Yuri berbalik menatap Jessica dan tersenyum, wanita itu tampak kesal.

"Apa aku ada salah? Sampai kau mendiamiku dari tadi."

Yuri menggeleng, namun wanita didepannya tidak percaya dan masih penasaran dari raut wajah sang kekasih.

"Kapan kita akan membeli cincin? Kau bilang hari ini akan mengajakku seharian pergi jalan-jalan." Jessica memanyunkan bibirnya, membuat Yuri menarik bibir Jessica dan mengecupnya. Dia memukul lengan Yuri kesal, lalu mengelus bibirnya yang sedikit sakit.

"Aku ingin nonton, sebelum membeli cincin nanti." Kali ini, Jessica memeluk lengan Yuri manja. Mengecup pipi Yuri sekilas, hal itu membuat Yuri menoleh dan kembali tersenyum.

"Ayo berangkat sekarang," Yuri menarik lengan Jessica keluar ruang kerja Bona yang sudah menjadi tempat kerjanya. Melewati lorong-lorong dimana para kariawan membungkuk saat berpapasan. Jessica memberikan senyuman sebagai balasan, mengikuti langkah Yuri secara beriringan menuju lift sampai lantai bawah.

Dalam lift, Jessica melirik Yuri yang kembali diam dan merasa berbeda dari sifat sebelumnya. Wanita tan itu tak menoleh dan tidak mengeluarkan ke agresifannya yang biasa Yuri tunjukkan dihadapan Jessica. Apa seseorang akan berubah dalam waktu semalam?

Jessica terlihat khawatir, takut terjadi sesuatu atau masalah keluarga yang masih belum selesai antara Bona dan Jaxon. Yuri biasanya ceria dan sering membuat pipinya memanas tiap kali ucapannya terlontar begitu manis.

Suara dentingan lift terbuka, tidak menggerakkan kaki Yuri untuk keluar. Semakin terpaksa Jessica menariknya keluar dengan wajah kebingungan. Jessica mengangkat tangannya untuk mengecek suhu tubuh Yuri lewat tangan menyentuh dahi.

"Apa kau ada masalah?" lagi-lagi dia melihat Yuri terlonjak kaget, seolah dia tidak mengubris tindakannya beberapa detik lalu.

"Aku? Ah tentu saja baik-baik saja." senyum paksa Yuri tidak bisa membohonginya begitu saja, pasti ada sesuatu yang Yuri sembunyikan.

Jessica merasakan tarikan tangan Yuri dilengan kanan. Melirik lengannya dan tubuh Yuri yang mendahului langkahnya ke parkiran.

Setelah masuk dalam mobil samping Yuri mengemudi, Jessica mencoba mengusir pikiran tentang perubahan Yuri. Menikmati mobil yang perlahan berjalan meninggalkan kantor. Walau sesekali dia melirik dan kembali disuguhkan dengan diamnya Yuri tanpa adanya percakapan yang biasa mereka lakukan.

Yuri menyadari hal itu, dia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya pada Tiffany semalam. Pada ucapan terakhir dan berhasil membuatnya bungkam tanpa mengejar wanita itu yang semakin jauh berlari, setelah sebelumnya dapat dicegah.

"Kalau kalian suka sama suka, aku bisa apa?"

Kalimat itu begitu menusuk dan penuh penekanan. Dia tidak mengira Tiffany akan mengeluarkan kalimat itu dengan sangat menyakitkan. Sampai-sampai semalam ia hanya diam, tanpa mengejar wanita itu. Dia melihat Tiffany begitu rapuh dan pasrah, tidak melihat energy kehidupan dalam matanya. Wanita itu terlihat kurus dengan lingkar hitam, dia sangat terkejut dengan perubahan fisik Tiffany. Tapi, dia tidak mau egois.

Love Scenario (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang