==================!!==================
"Wanita jalang!! "
"Kebiri saja dia, dia pantasnya mati!"
"Pelacur, tak tau diri."
"Pembunuh!! "
Telinga Tiffany mendengung, hinaan dan cacian terus mencemooh dirinya. Barisan wanita paruh baya yang memegang spanduk dengan tulisan pembunuh meneriaki dirinya tanpa henti. Terjadi demo dalam hitungan jam, saat polisi datang meringkus tangannya dirumah sakit.
"Arggghh!! Bukan aku pelakunya." Tiffany berteriak histeris, seperti seseorang yang mengalami depresi berat. Tangisnya pecah, tidak tahan dengan cemoohan mereka. Hatinya meradang, marah pada orang-orang yang tanpa tahu kebenarannya.
"Sudah salah masih tidak mau mengaku, dasar wanita penjual selangkangan!! "
Pluk!! telur busuk mendarat dikepala Tiffany, pemimpin dari demo itu melempar telur busuk itu. Diikuti lemparan berikutnya dari yang lain. Tangan Tiffany mengepal erat, giginya menggertak kuat. Bau anyir dan menyengat begitu menghalangi hidung.
Pecahan telur busuk itu memenuhi kepala dan bajunya, dia menggigit bibir bawahnya untuk tetap menahan diri. Dia butuh Yuri, butuh wanita itu merengkuh tubuhnya menghalangi lemparan demi lemparan dari mereka. Tapi, rasanya mustahil melihat bagaimana Yuri sangat membencinya.
Tiffany mengusap lelehan telur yang jatuh dipipinya dengan tangan terborgol.
Iya!! Berita tentang kematian Bona langsung menyebar, dari mulut ke mulut. Seolah semua ini telah direncakan dengan matang. Awak media sudah berkumpul meminta penjelasan didepan rumah sakit. Polisi memborgol tangannya menjadikan tersangka utama.
"Apa motif anda membunuh Bona?" salah satu wartawan menyodorkan perekam suara depan Tiffany yang didampingi polisi kiri kanan.
"Bukan aku pelakunya, bukan aku!" Tiffany melawan, mencoba membuang mic para wartawan. Namun segera dicegah oleh polisi yang menjaganya.
"Kenapa anda ingin membunuh Bona?" kali ini reporter lelaki menyodorkan micnya depan Tiffany. Tiffany tidak menjawab justru ia memberikan tatapan benci pada reporter tersebut.
"Aku tidak salah!! " Tiffany meneriaki semua wartawan. Dia menendang salah satu kamera yang merekamnya untuk menjadikan berita. Menimbulkan geraman dari reporter tersebut.
Dia tidak salah, kenapa semua orang seolah menyudutkannya. Tiffany menunduk dengan linangan airmata. Dia dapat membaca tatapan semua orang yang menatapnya hina, penuh dengki dan jijik.
Bukan hanya orang-orang yang ada disana, tetapi seluruh dunia akan tahu bahwa kematian Bona designer ternama itu dibunuh oleh dirinya. Iya, seandainya Hyura masih hidup, mungkin saja wanita paruh baya itu akan membela dirinya dan mengatakan bahwa dia tidak bersalah.
Dan Yuri, yang awalnya menaruh perhatian kini menaruh kebencian. Sikap angkuh yang dulu ia perlihatkan menjelma menjadi perih yang tiada tara.
Dulu, ia berusaha bangkit dari jeratan lelaki hidung belang. Sekarang, hanya karena sebuah pesan singkat dapat merubah kehidupannya dalam satu detik. Merubah pandangan orang dengan hina dan menyedihkan, ah bukan, mungkin mereka akan menggap dirinya sebagai pembunuh ulung.
Tiffany berharap apa yang terjadi hari ini adalah sebuah mimpi buruk dalam hidupnya, tapi sayangnya, lemparan demi lemparan telur busuk itu menyardarkannya ke permukaan. Bahkan, saat dirinya sudah memasuki mobil polisi, tak hentinya mereka mencaci, melempar dan melontarkan sumpah sarapah yang menyakitkan.
Tiffany menghela nafas, berusaha mengatur nafasnya yang sesegukan. Seandainya bunuh diri itu tidak dosa, maka biyarkan dia mengakhiri hidup didunia yang kejam ini dengan tenang. Biyarkan ia merasakan ketentraman yang tak pernah ia rasakan sejak meninggalnya sang Appa, dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario (END)
AcakCast : Kwon yuri, Tiffany hwang, Jessica jung Other cast : Snsd Genre : Romance, Yuri Awalnya aku kira kehidupanku akan berubah setelah kabur dari rumah megah yang aku huni dari semenjak aku belum lahir dan sampai se dewasa ini. Ya, benar-benar b...