A12

904 133 54
                                    

========================

"A-aku tidak sengaja." yuri melirik telapak tangannya yang menggenggam benda kenyal semalam. Karena keteledorannya menyangga tubuh tiffany, tangannya malah salah tempat.

"Ehem!! jangan dibahas, lebih baik kamu mandi sana. Hari ini kita pulang." tiffany memutar tubuhnya membelakangi yuri, mata terpejam sebentar menahan sesuatu yang mengganggu otaknya.

"Kamu beneran tidak marah?" Yuri menggigit bibir bawahnya takut Tiffany marah, apalagi yang disentuh Yuri adalah salah satu barang berharga Tiffany. Ini kali pertama yuri lancang menggenggam benda kenyal milik Tiffany.

"Jangan pancing emosiku, turuti apa yang aku bilang barusan." Tanpa bicara lagi, Tiffany menuju pintu, membuka dan keluar dari kamar begitu saja. Kedua bahu Yuri terangkat sambil menghela nafas lalu berdiri mengambil handuk dilemari dan masuk kamar mandi.

Sekeluarnya dari kamar, Tiffany bersandar ditembok, tangannya terangkat menyentuh dada kirinya yang berdegub. Perasaan apa ini? Tiffany menggeleng, menarik nafas panjang menghembusnya pelan lalu menutupinya seperti sediakala.

Angkuh!! bibirnya menyunggingkan senyum sinis. Kakinya membawa tubuhnya dimana Hyura berada, saat diambang pintu depan, Tiffany tersenyum mendapati sang omma tengah sibuk mengarahkan selang yang mengeluarkan air ketanaman pinggi pagar.

"Omma!! apa omma senang tinggal dirumah ini? " Tiffany berdiri disamping Hyura, mengambil alih selang dari tangan Hyura dan mengarahkannya seperti yang Hyura lakukan tadi. Hyura menoleh, tersenyum dan mengelus punggung Tiffany lembut.

"Akan lebih senang lagi kalau kamu tinggal bersama omma." daun kering yang jatuh ditanah, Hyura ambil sambil membungkuk begitu pula rumput-rumput liar yang ada disekitar tanaman ia cabut. Sepertinya Tiffany mulai tak tertarik jika membahas soal ia tinggal bersama sang omma, Tiffany mematikan air yang mengucur dari selang tersebut.

"Omma! jika sudah waktunya aku akan pindah, dan tinggal bersama omma." tiba-tiba terbesit sebuah pertanyaan diotak Tiffany, ia penasaran bagaiman ommanya kenal dengan Yuri.

"Omma, aku ingin bertanya? " Tiffany mengekori tubuh Hyura yang berdiri dan berjalan menuju bangku besi warna putih yang tak jauh dari pagar tersebut.

"Katakan." Hyura duduk menoleh dan menarik kepala Tiffany untuk direbahkan dipangkuannya. Tiffany menurut

"Bagaimana omma kenal dengan Yuri? Emh, mengapa kalian saling kenal?" tangannya ia gerakkan dipaha Hyura, memainkannya ke kanan dan ke kiri. Desahan lembut terdengar ditelinga Tiffany.

"Yuri, ya. Untuk apa kau menanyakan itu pada omma?" senyum Hyura mengembang, menggoda Tiffany. Tiffany menghela nafas lalu menegakkan tubuhnya dari pangkuan Hyura.

"Aku serius omma, jawab saja." kepalanya ia rebahkan kembali dipangkuan Hyura, dipilinnya baju sang omma dengan gemas.

"Iya!! hemm, dia yang pertama kali menghampiri omma ditrotoar. Dia meminta pekerjaan pada omma, penampilannya sungguh mengenaskan." Tangan Hyura mengelus rambut Tiffany, sementara Tiffany diam saja mendengarkan.

"Saat itu, omma sedang berjualan koran. Tiba-tiba saja dia menawarkan diri untuk bekerjama sama dengan omma. Yuri meminta bantuan agar dia mendapatkan uang untuk membeli makan." burung yang terbang dilangit mengalihkan pandangan Hyura tanpa mengindahkan tangannya dari atas kepala Tiffany.

"Segitu susahkah wanita itu? Eh, maksudnya. Yuri." Tiffany berbalik menatap Hyura tak percaya, Hyura menunduk dan mengangguk.

"Benar, omma sangat kasihan dengan dia. Kau pasti tak akan percaya dengan penampilan Yuri yang dulu, bajunya sangat kotor dan rambutnya acak-acakan." Tiffany menutup mulut menahan tawa, ia segera menoleh kesamping masih diatas pangkuan sang omma. Bukan dirinya tak tau akan penampilan Yuri, justru dia sangat jijik mengingat pertama kali bertemu Yuri.

Love Scenario (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang