A9

868 135 48
                                    

Tangan Yuri menggaruk tengkuk yang tak gatal ketika menyadari orang yang di seretnya bukan tiffany. Luar biasa malu yang ia rasakan pada wanita sang pemilik rambut blonde di depannya kini tengah tersenyum. Rasanya ia ingin menenggelamkan diri di bawah trotoar untuk mengusir rasa malunya itu.

Namun! rasa malunya sedikit terkesampingkan saat mata yuri yang kecoklatan itu begitu jeli, melihat rambut blonde itu bergelombang ketika angin malam menerpa wajah wanita yang kini tengah berdiri berhadapan dengannya. Kulitnya putih bak porselin dengan garis wajah tanpa cacat, mulus tanpa adanya jerawat sekecilpun. Bulu mata yang lentik dan bulu alis yang di sulam dengan sedikit lapisan pencil alis. Bibir tipis dengan lipstick merah merona.

Yuri menggurutu, dalam hati ingin menampar pipinya supaya tersadar dari dunia fantasi yang membuatnya berkhayal dengan fikiran yang menyimpang. Bagaimana bisa, ia mempermalukan diri di hadapan makluk ciptaan Tuhan yang sempurna seperti di hadapannya ini?

"Kau tidak apa-apa? " tersenyum, wanita yang memiliki sifat lembut tersebut bertanya tentang ke adaan yuri yang terdiam memperhatikan dirinya. Apa ada yang salah dengan penampilannya? Atau mungkin ada noda yang menempel di wajah?

Jessica menoleh ke samping kaca resto yang tak jauh ia berdiri, memastikan penampilannya. Alih-alih ada yang salah dari penampilannya kali ini. Namun, satu partikel pun jessica tak menemukan noda atau penampilan yang berantakan, semuanya terlihat normal. Lalu, mengapa wanita berkulit tan itu menelanjanginya dengan tatapan intens.

"Kau sempurna." sebuah suara di depannya mengalihkan perhatian wanita itu dari kaca. Yuri menikmati kegelisahan wanita berambut blonde tersebut sebelum tersenyum dan mengulurkan tangan.

"Aku kwon yuri," jessica diam tampak memperhatikan tangan yuri. "Maaf, sudah menyeretmu sampai sejauh ini." sedikit malu dan menunduk.

Sebelum akhirnya tangan yang terbengkalai di sambut hangat oleh tangan wanita yang kini mulai tersadar dari maksud uluran tangan itu.

"Aku jessica jung. Aku tidak marah, kau tak perlu minta maaf."

Yuri mendongak ketika suara lembut itu memenuhi gendang telinganya. Pipinya memanas dengan munculnya semburat merah muda di wajah yuri. Sial!! kenapa Tuhan tidak mempertemukan wanita ini lebih awal dari wanita angkuh yang dia temui sebelumnya itu? Di balik luasnya dunia ternyata masih ada wanita cantik berhati hangat seperti wanita di hadapannya ini.

Dimana-mana, jika ada orang di seret paksa oleh orang asing biasanya orang itu akan berteriak meminta tolong, mungkin sampai ke jalur hukum atas tindak pidana penculikan. Tapi semua penalaran itu jauh dari perkiraannya, wanita ini malah tidak mempermasalahkan sama sekali, bahkan sedikitpun tidak marah.

"Mau ku antar? " Yuri menawarkan diri sekedar menebus kesalahannya walau tak seberapa itu. Bagaimanapun juga dia harus tanggung jawab telah menyeret seorang wanita sampai jauh dari club. Sedikit tersenyum malu, jessica mengangguk.

Sungguh, yuri ingin berteriak pada tuhan, mengapa wanita cantik ini berhasil menyejukkan hati yang terbalut api amarah oleh tiffany sebelumnya. Sedikit canggung yuri mengiringi langkah jessica untuk kembali ke club. Sebenarnya yuri tak suka dengan ke adaan canggung dan kaku seperti sekarang. Apalagi biasanya dia yang akan memulai pembicaraan tiap kali berurusan dengan wanita.

Wanita? Yuri mengernyit mengingat kata wanita, tiba-tiba perasaan ngilu menghujam hatinya. Masa lalu yang mengingatkan pada seorang wanita yang membuatnya trauma, hingga menutup hati dengan membangun tembok kokoh.

Tidak!  dia tidak boleh mengingat wanita itu di saat moment seperti ini. Yuri menggelengkan kepala mengusir semua sesak yang menggebu. Melenyapkan wajah wanita dari benaknya, walau sekelebat bayangan wanita itu kerap kali menghantui tidur nyenyaknya tiap malam.

Love Scenario (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang