"kau memang gila Kim Jongin."
Kata-kata singkat yang baru saja diucapkan oleh Jimin sukses membuat Jongin tersenyum licik dengan bangganya. Ia meletakkan sebuah suntikan yang awalnya ia pegang di meja.
"sudah kubilang bukan? Jangan pernah meragukan aku karena aku punya seribu cara untuk melakukan hal mudah seperti ini"
Jimin tertawa, begitu juga Jongin. Mereka sama-sama tertawa penuh kepuasan karena pasalnya mereka baru saja mendapatkan sebuah ide bagus bagaimana caranya membuat Sena akan menyukai Jimin dengan segera.
"tapi ya.. Kau tidak lupa soal ini kan?" Jongin mengangkat tangannya seraya memberi kode dengan tanda uang di jarinya membuat Jimin tersenyum miris.
"tenang saja kalau tentang itu, tapi sekarang aku tidak akan memberikan uang cash, aku akan mengirimnya melalui atm karena aku belum mengambil uang lagi di atm" jawab Jimin menjelaskan.
"ah.. Tidak apa-apa, nanti aku kasih rekeningku padamu"
Hening. Tidak ada pembicaraan lagi setelah itu. Jongin sibuk dengan rokoknya sedangkan Jimin sibuk dengan ponselnya. Keduanya dilanda kebisuan dan sama sekali tidak ada yang berniat mengeluarkan sepatah katapun. Hingga akhirnya ponsel Jimin berbunyi menandakan terdapat telefon masuk di handphone-nya.
"sebentar," ucap Jimin akhirnya seraya berjalan menjauh untuk mengangkat telefon.
"halo?" jawab Jimin.
"hey Jimin, kau dimana?" tanya seseorang dari seberang telefon sana.
"ada disuatu tempat, memangnya kenapa?" Jimin balik bertanya.
"aku ada didepan apartemenmu, cepat pulang" suruhnya.
"eh?! Tch, kau ini merepotkan saja, datang ke apartemen tanpa bilang terlebih dahulu. Baiklah aku kesana, jangan kemana-mana"
Jimin mematikan telefon itu dan meneguk minumannya hingga habis sebelum akhirnya mengambil kunci mobilnya dimeja. "Jongin-ya, aku duluan"
"baik, jangan lupa di transfer!" ucap Jongin mengingatkan.
"iya tenang saja"
——
Jimin keluar dari lift dan berjalan menuju ke pintu apartemennya yang berada di paling ujung dan mendapati seorang pria yang mengenakan kemeja berwarna putih dengan sebuah jas berwarna putih dipegangnya tengah berdiri sambil menatap layar ponselnya.
Merasa mendengar sebuah langkah mendekat kearahnya, pria yang mengenakan kemeja tersebut mengangkat kepalanya dan mendapati Jimin yang sedang berjalan menghampirinya.
"kurang lama, Jim" ucap pria tersebut dengan nada yang jengkel.
Jimin hanya diam dan memasukkan password apartemen-nya lalu mempersilahkan temannya itu untuk masuk kedalam apartemennya. Temannya itu duduk di sofa sedangkan Jimin berjalan kedapur untuk membuatkan minuman.
"ada apa kau kesini?" tanya Jimin akhirnya setelah duduk dihadapan temannya yang tidak lain adalah Kim Seokjin.
"tidak ada apa-apa, hanya ingin main. Lagipula kita sudah lama juga kan tidak bertemu? Terakhir kali itu.. Kapan ya? Aku lupa" jawabnya setelah meneguk segelas teh yang diberikan oleh Jimin.
Jimin menyandarkan tubuhnya pada sofa namun tatapannya masih tertuju pada Seokjin, "tunggu, bukannya kau dokter ya?"
Pertanyaan Jimin barusan membuat Seokjin heran dan mengangkat sebelah alisnya, "memang iya, kenapa?"
"tapi kau memakai setelan jas? Kau ini orang kantoran atau dokter?" Jimin bingung.
Seokjin tertawa dengan sangat besar seraya memegangi perutnya yang mulai sakit karena tawanya yang berlebihan.
"ini bukan jas sembarangan, bodoh! Hahaha" lagi-lagi Seokjin tertawa terbahak-bahak membuat Jimin bingung dan jengkel.
"ya, yang penting itu jas kan" protes Jimin sebal.
"ini adalah snelli, hanya orang-orang tertentu yang boleh menggunakan ini dan tidak sembarangan orang bisa mendapatkan snelli ini" jelas Seokjin.
"yasudah aku kan tidak tau" ucap Jimin jengkel membuat Seokjin kembali tertawa.
"hahaha, ahiya aku kesini juga ingin memberikanmu undangan pernikahanku minggu depan." ucap Seokjin seraya menyerahkan sebuah undangan pernikahan kepada Jimin.
Mata Jimin sukses membulat karena kaget dan membuka undangan tersebut dengan tidak percaya. "ka-kau akan menikah?!"
"tentu saja! Aku sudah tidak mau menunda-nunda lagi, aku sudah tidak sabar ingin menikah" jawab Seokjin lalu melanjutkan, "lalu kau kapan? Kapan kau akan menikah sepertiku?"
Jimin terdiam. Ia kembali meletakkan undangan tersebut di meja dan menyandarkan tubuhnya lagi di sofa, "menikah? Pacar saja aku tidak punya"
"ya makanya dicari! Jangan mencari yang sempurna, cukup yang bisa membuatmu bahagia saja itu sudah cukup"
"aku kan memang sudah punya wanita yang aku incar, memangnya kau lupa?"
Seokjin terdiam untuk berusaha mengingat-ngingat hingga akhirnya matanya membulat dan memekik. "jangan bilang kau masih menyukai istrinya Taehyung?!"
"ya.. begitulah"
"Park Jimin bodoh! Sebodoh-bodohnya, sejelek-jeleknya dirimu jangan pernah membuat hubungan rumah tangga orang rusak! Tidak tidak! Kau boleh menyukai siapapun asal jangan yang sudah menjadi milik orang-lain"
Jimin tersenyum licik, "memangnya kenapa? Dunia ini sempit, bro. Dan kau tau aku kan? Aku selalu menginginkan apapun yang aku inginkan, aku akan melakukan segala cara agar bisa mendapatkannya"
"Park Jim—"
"lebih baik kau pergi sekarang, aku lelah"
To Be Continued.
Jangan lupa vote sama commentnya!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGIVE ME FOR IGNORING YOU『BTS TAEHYUNG FF』
FanfictionSemuanya berawal ketika kami dijodohkan oleh kedua orang-tua kami yang padahal kami sama sekali tidak mengenal satu sama lain. Hal itu tentu membuat kami sangat berjarak bahkan mengobrol pun jarang. Taehyung, bersikap begitu dingin dan cuek terhadap...