- 5 -

393 47 0
                                    

.
..
...

Sooyoung kembali melihat sungjae sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kau mau kan, sungjae-ssi??"

Sungjae terdiam. Otaknya seperti sedang lari sprint keliling lapangan atletik. Bekerja, dan berpikir setelah apa yg ia dengar perihal keadaan sooyoung yg baru saja selesai ia ceritakan. Oke, jadi intinya sungjae diminta untuk jadi detektif pribadinya sooyoung? Ah tidak. Terlalu berlebihan. Tapi apapun itu, yg sungjae pikirkan adalah bagaimana caranya dia bisa membantu sooyoung. Baru kali ini ia diminta untuk membantu menyelidiki kasus. Apalagi dimintai oleh makhluk kasat mata seperti dia.

"Haish! Kau gila? Panggil saja polisi. Selesai!"

"Bagaimana caranya aku menghubungi polisi??? Aku tak bisa mereka lihat, sungjae-ssi~"

"Tapi bagaimana caranya aku bisa menolongmu?"

"Aku tak tau...... Yg jelas hanya kau yg bisa membantuku."

Sooyoung dan sungjae saling bertatapan. Sooyoung terlihat sangat berharap dengan bantuan yg ia butuhkan dari sungjae. Melihat itu sungjae tambah bimbang. Apa yg harus ia lakukan?

"Tapi bagaimana—"



Krekk



"Sungjae??"

Suara pintu terbuka disusul dengan suara lembut seorang wanita berhasil menyita pandangan sungjae dan sooyoung bersamaan. Keduanya menoleh kearah pintu kamar sungjae yg kini telah terbuka dan memperlihatkan seseorang membuka pintu itu dan berdiri disana.

Seorang wanita paruh baya berkulit putih dengan setelan baju formil berwarna nude yg dipadukan dengan heels berwarna soft pink, senada dengan lipstik yg dipakainya, tersenyum saat melihat sungjae yg juga membalas tatapannya.

"Kau berbicara dengan siapa? Eomma dengar dari luar kau seperti berbicara dengan seseorang"

Sungjae panik. Ia tak tau kalau suaranya terlalu keras sehingga bisa terdengar sampai diluar. Terlebih, mana bisa ibunya itu melihat sooyoung yg sejak tadi memang jadi lawan bicaranya. Haha sebenarnya sungjae tak tinggal sendiri. Ia tinggal berdua dengan ibunya setelah ayahnya meninggal 3 tahun lalu. Sungjae tak tau pasti apa penyebab ayahnya meninggal. Karna pada saat itu sungjae sedang berada di luar kota bersama pamannya. Setiap kali sungjae menanyakan perihal ayahnya, ibunya selalu mengalihkan pembicaraan.

"Eo-eomma?? Kapan pulang?"

Wanita paruh baya yg sungjae panggil eomma itu tertawa pelan dan berjalan masuk dan mengabsen setiap inci kamar anaknya itu. Sooyoung yg mengerti siapa yeoja ini mengangguk2an kepalanya dan berdiri. Ia hanya bisa melihat keduanya dari jarak yg tak jauh, memberikan waktu untuk mereka berdua berbicara. Sepertinya, melihat cara berpakaian ibu sungjae sooyoung menangkap kondisi ibu sungjae yg seorang wanita karir yg sepertinya sangat sibuk.

"Hihihi~ kau ini kenapa terkejut sekali? Baru saja eomma pulang."

Wanita itu masih melangkahkan kakinya masuk dan melihat kamar puteranya yg ia tinggal seminggu ini. Benar dugaan sooyoung. Ibu sungjae memang wanita karir yg sangat sibuk, imbasnya.... Sungjae harus rela sering mendiami rumah sendirian karna tugas ibunya yg mengharuskannya keluar kota lebih sering karna ibunya lah yg mengambil alih perusahaan ayah sungjae. Menjadi direktur di perusahaan itu.

"Kau baik-baik saja bukan selama eomma tak ada?"

"Tak usah khawatir.”

"baiklah~~ eomma senang mendengarnya. Dan— apa ini? Aihh~ kiyowo~"

Langkah ibu sungjae yg sejak tadi melihat-lihat kamar puteranya menjadi terhenti ketika ia melihat bungkus gula-gula yg terbuka dan terlihat berantakan diatas meja. Ia mengambilnya satu dan memasukkannya kedalam mulutnya.

\\TAMAT\\ [ bbyu ] Un-Expected ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang