- 2 -

575 62 1
                                    

.
..
...

13 Februari 2017  

Tak

Tak

Tak

Anggaplah itu suara dentuman bola basket yg menghantam lapangan basket tertutup yg dimiliki salah satu sekolah menengah favorit di pinggir kota seoul.

Seorang namja bersurai blonde dengan mata kecil dan tubuh yg lumayan tinggi terlihat sedang fokus untuk berlari menggiring bola dan—

Blaas!

Masuk. Sudah delapan kali ia mencoba untuk memasukkan bola kedalam ring dan kedelapan kalinya pula ia berhasil melakukannya.

Yook sungjae. Satu-satunya pelajar yg berani dengan santai nya bermain basket pada jam pelajaran yg masih berlangsung. Penampilannya yg urakan dan semaunya juga tak ada yg berani menegur.

Bagaimana tidak? Dia adalah anak salah satu donatur terbesar di sekolah ini. Tapi, Seurakannya seorang sungjae, tetap saja paras tampannya mampu menghipnotis setiap yeoja yg melihatnya. Tak heran jika dia dicap playboy paling eksis di sekolah ini.

"Hah! Membosankan. Kenapa bel pulang sekolah lama sekali?"

Sungjae duduk pada undakan paling bawah bangku penonton dan meluruskan kakinya. Ia terus menatap arloji yg terkalung di pergelangan tangannya. Sungjae terus saja meruntuk karna ia ingin segera pulang. Tiba-tiba saja...

Bukk!

"Aakkk!!"

Sebuah benda tumpul sukses menghantam kepalanya cukup keras. Sungjae yg meringis menahan sakitnya mengelus kepala dan mendongak meminta penjelasan pada seseorang yg berdiri disana.

Ternyata itu irene, gadis berkacamata yg merupakan teman sekelasnya sekaligus teman masa kecilnya yg selalu ditempatkan satu sekolah dengannya. Irene terlihat kesal dan memeluk 2 buah buku yg tebalnya bukan main. Oh, jadi benda tumpul yg mengenai kepalanya itu buku? Ck. Sungjae mendengus kesal. Irene selalu saja datang dan tau dimana ia berada kalau dia tiba-tiba menghilang. Termasuk, hari ini.

"Kau tau? Tadi itu sakit!"

Sungjae melayangkan protesnya sambil terus mengusap kepalanya yg masih berdenyut karna hantaman mendadak dari irene tadi.

"Tuan yook sungjae yg terhormat. Aku tidak akan minta maaf atas kejadian tadi."

Irene menekankan kata-katanya sambil terus menatap sungjae kesal. Irene memang tipikal yeoja pintar yg suka sekali dengan buku. Ia juga anak salah satu guru seni di sekolah itu. Ia tak banyak bicara, dan lebih memilih menyendiri di perpustakaan. Tapi— itu tak akan berlaku jika ia berinteraksi dengan sungjae. Ia tak pernah takut untuk banyak bicara dan melayangkan omelannya pada tetangganya yg sangat sulit diatur ini. Sebenarnya ia tak mau ikut campur urusan sungjae. Tapi mengingat orang tua sungjae sangat baik padanya, ia tak tega jika terlalu cuek pada sungjae.

"Kau mau apa kesini? Jangan pedulikan aku."

Sungjae berdiri dan memasukkan tangannya kedalam saku. Ia melangkahkan kakinya, berjalan melewati irene yg hanya diam di tempatnya

"Aku sudah mengumpulkan tugas matematikamu"

Langkah sungjae terhenti. Tugas? Matematika? Sungjae tak pernah merasa mengerjakan satu tugaspun kemarin. Kemudian ia menghela nafasnya karna ia tau irene pasti mengerjakan tugasnya. Ini sudah kali kesekian irene melakukannya. Sejak kelas 1 sekolah disini, sudah banyak tugas yg dikerjakan irene untuknya.

"Aku juga katakan kalau kau tidak hadir karna menghadap ayahku."

"Jangan lakukan itu lagi—"

Irene membalikkan badannya menghadap sungjae di depan yg memunggunginya.

\\TAMAT\\ [ bbyu ] Un-Expected ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang