note dari penulis untuk pembaca kesayangannya :
"readersku tersayang~ cerita ini sudah ada di penghujung cerita. sebenarnya cerita ya aku buat itu berakhir sad ending. dan ada beberapa jalan cerita yg kuubah demi kalian di cerita ini. karena banyak sekali permintaan untuk dibuatkan ending yang menarik, aku putuskan untuk mengakhiri cerita sesi 1 dari bbyu ini. kemudian, aku berniat untuk membuat kelanjutan cerita mereka pada cerita sequel yang akan dipost dalam waktu dekat, mudah mudahan aku tidak hilang lagi ya hehehe~ untuk cerita ini... terimakasih sudah selalu mendukungku. penulis sayang kalian💕"
.
..
...Dia...
Buta ???
Sungjae membulatkan matanya. Ia masih tetap menatap wanita manis dengan mata bulat yang sedikit sayu di depannya itu. Sungguh seperti ada petir yang menyambar di tengah tengah musim semi, sungjae tak bisa percaya dengan apa yang detik ini ia tau. Tubuhnya seakan kaku. Ingin rasanya ia berlari menuju ruang dokter park, mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi- melihat sooyoung disini, rasa ingin menemaninya jauh lebih besar dari apapun juga.
Gadis manis itu masih perlahan menggerakkan kepalanya berharap ia mendengar sesuatu lagi. Ia terlihat sedikit bingung dan terlihat sedikit takut. Baik, sungjae akan bertanya pada dokter park. Tapi nanti. Ya, nanti saja. Kalaupun memang sooyoung harus menerima kenyataan pahit ini, setidaknya sooyoung masih bisa bertahan dan nyawanya terselamatkan. Dan mungkin, ini kesempatan dari Tuhan, agar sungjae bisa menebus kesalahan orang tuanya pada sooyoung.
Sungjae memejamkan matanya dan menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya pelan. Kemudian ia kembali membuka mata tegas itu dan melangkah satu per satu, perlahan, mendekat pada sooyoung dan mengangkat perlahan tangan kanannya yang dipasangi selang infus.
Sooyoung tersentak. Kepalanya mengarah pada sungjae, walaupun mata pekatnya tak seperti melihat kearah yang tepat. Ia mengerutkan kening berkali kali dan hendak menarik kembali tangannya dari tangan ‘asing’ yang memegangnya, tapi sang empu dengan sigap menggenggam tangan itu kuat kuat.
“k-kau siapa?? T-tolong katakan.... kau siapa??”
Suaranya bergetar. Suara itu terdengar sangat bergetar dan terbata. Jelas sekali terlihat kalau sooyoung ketakutan.
Sungjae hanya diam sambil tetap menatap sooyoung yang kebingungan disana dengan sedikit menggigit bibir bawahnya sekedar menahan segelumat emosi yang rasanya ingin meluap dari hatinya. Sungguh, sebenarnya ini sangat membuatnya terpukul. Rasanya sakit sekali. Kenyataan ini lebih pahit dari apapun yang pernah ia alami.
“apa kau orang jahat?? Tolong katakan sesuatu....”
Sooyoung kembali bertanya. Ia terdengar sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Tapi itu belum membuat sungjae terlihat lebih tenang. Ia takut air matanya tak bisa ia tahan kalau ia mengeluarkan suaranya. Apa yang harus sungjae lakukan?? Kalian tau?? Sebenarnya sungjae ingin sekali memeluk sooyoung erat. Sangat erat. Mendekap tubuh itu dan mengelus surai panjang miliknya.
Tapi, percuma saja. Sooyoung “mungkin benar benar” tak bisa melihatnya.
“tuan?? Tuan tolong bicaralah.... kau siapa?? Apa kau orang jahat??”
Ada hal lain. Sekarang, sungjae ragu. Mendengar berkali kali sooyoung memanggilnya dengan sebutan tuan, sungjae menjadi ragu apakah sooyoung mengenalinya atau tidak. Bahkan suaranya pun harus dia pertanyakan? Haruskah sungjae menerima jika sooyoung memang benar benar tak mengenalinya.
“aku bukan orang jahat...”
Akhirnya dia bersuara. Sungjae membuka suara. Ia perlahan mengelus tangan sooyoung sambil terus menatapnya yang masih berbaring. Tapi setelah mendengar suara berat sungjae di telinganya, sooyoung langsung menggerakkan kepalanya dan seketika berusaha untuk bangkit dari brankar.
Sungjae yang menyadarinya, dengan sigap memegang tubuh sooyoung dan membantunya untuk duduk diatas brankarnya. Sungjae menatapnya lekat-lekat dengan jarak yang amat sangat dekat. Tentu saja sooyoung tak tau itu.
“mau ku bantu naikkan punggung brankarnya sedikit??”
Deru nafas sungjae terasa. Deru nafas itu dapat dirasakan sooyoung mendesir tepat di pipinya. Sooyoung menoleh tepat kearah ia merasakan udara. Matanya berkedip kedip dengan bola mata yang bergerak gerak pelan. Ia kemudian menggeleng pelan, mungkin sebagai jawaban pertanyaan sungjae sebelumnya.
“kau butuh apa?? Mau minum?? Atau mau apa?? Katakan saja, biar kuambilkan”
Sungjae kembali bertanya dengan mata yang masih menatap tepat pada netra milik sooyoung. Sooyoung hanya diam. Dia masih mengarahkan pandangan tepat pada sungjae tetapi masih membungkan erat mulutnya. Jari jemarinya bergerak pelan merasakan jemari lain yang masih setia menggenggam tangannya.
Sooyoung merasakan sesuatu yang aneh. Ia sama sekali tidak mengenal suara orang yang sedang bersamanya, tapi kenapa.... saat ia memegang dan merasakan tangan orang ini, rasanya ia sangat mengenal tangan ini. Rasanya... ia pernah bersentuhan atau sering memegang tangan ini. Tapi, ia menjadi sangat raguketika suara yang ia dengar sama sekali asing di telinganya. Sebenarnya orang ini siapa??
“maaf.....”
Suara lembut itu bersuara lagi dan dengan sungjae mendengarnya lagi, semakin terlihat bahwa sooyoung yang di depannya ini seperti benar benar tak mengenalinya. Tapi ia hanya ingin menjadi pendengar dan pengamat yang baik bagi diri sooyoung. Dan secara otomatis, otaknya sedang bekerja, berpikir apa yang akan dia lakukan selanjutnya, jika memang benar sooyoung kehilangan penglihatannya dan ingatannya.
“aku tidak tau kau siapa.. tapi... bisa beritahu aku, apa yang terjadi?? Kenapa semuanya gelap?? Kenapa aku tidak bisa melihat??”
Sungjae menghela nafasnya. Ia kembali mengusap tangan halus itu sembari mengumbar senyuman lirih yang pastinya tidak bisa sooyoung lihat.
“yang harus kau tau, aku bukan orang jahat.”
Sooyoung memiringkan sedikit kepalanya.
“aku belum bicara lagi dengan dokter tentang kesehatanmu. Yang aku tau, aku akan mencoba menebus kesalahan seseorang yang melukaimu”
Wanita itu mengerutkan keningnya dan seketika meremat tangan sungjae yang sedari tadi setia menggenggam tangan kanan miliknya
“seseorang... yang melukaiku??”
Sungjae membetulkan posisinya dan menarik bangku kecil di sudut ruangan yang kemudian ia pindahkan tepat disamping brankar. Setelah itu, ia dudukkan dirinya disana sambil kembali mengusap tangan sooyoung sambil tersenyum.
“tidak usah pikirkan sekarang, yang terpenting kau harus cepat sehat kembali”
Keduanya terdiam.seperti sedikit canggung dan ada rasa yang berbeda ketimbang sungjae ketika mengobrol dengan sooyoung dulu. Ya, mau bagaimana. Sungjae sudah tau keadaan gadis itu bagaimana. Dan setelah ini dia bertekad akan menjaganya. Entah menjaga yang seperti apa, tapi ia berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan tetap bersamanya, apapun yang terjadi.
“eum... tuan??”
Sungjae tersenyum.
“hm?”
“boleh kutau siapa namamu??”
Baiklah sungjae... mungkin memang ini jalannya. ketika kau menyebutkan namamu padanya. Kau harus siap dengan sesuatu. Entah apakah dia akan mengingat atau tidak. Entah apakah ia akan menerimamu untuk menjaga. Atau sesuatu lainnya yang mungkin bisa terjadi. Jika orang tuamu benar benar menyesalinya, jadilah orang yang menggantikan mereka untuk menebus semuanya. Entah sooyoung akan suka atau tidak. Tetap bersamanya. Dan buka cerita baru untuk membuatnya bahagia.
“kau bisa memanggilku dengan... sungjae.... noona”
menyebutkan namaku
dan tersenyum manis pada gadis itu
jika pertemuanku dan dia dulu adalah sebuah kecelakaan
akan kubuat pertemuanku dengan manis sejak awal
saat kami saling bertukar nama.
akan kusimpan sooyoung yg kukenal dulu
dan kujaga sooyoung yg sedang berkenalan denganku sekarang.
joy....
mari...
kita ulang dari awal
apapun yg pernah kita lakukan—sungjae, yook
— E N D —
KAMU SEDANG MEMBACA
\\TAMAT\\ [ bbyu ] Un-Expected Chance
Fanfictionrepost and remake from Adorablxs's Story "Give Me a Chance to Love You" two of them are pure my idea and my ff! sinopsis : bagaimana ketika kalian adalah hantu dan selama 3 tahun tak dapat melintasi pintu kematian karna ada hal di dunia yg belum kal...