- 15 -

334 46 0
                                    

.
..
...

ID name :
eomma <110-23235xxx>

Address information :
Kkongnam village, 3A-11, 101, south Gwangju.


Sooyoung terus menatap layar ponselnya yg menunjukkan sebuah alamat di kota Gwangju itu. Saat ini ia sudah berada di mobil milik sungjae yg sedang melaju dengan kecepatan sedang melewati jalanan ibukota yg sedikit ramai, menuju jalan tol luar kota. Ia hanya bisa diam dengan ekspresi yg sulit digambarkan, terus menatap ponsel itu tanpa berkedip sedikitpun. Sepertinya ia bingung, apa yg harus ia lakukan jika sudah berada di alamat itu, bahagia? Tentu. Tapi ia merasa percuma karna orang yg akan ia temui disana tidak akan pernah bisa melihatnya lagi.

"kau kenapa joy?"

Ia mengangkat wajahnya dan menoleh pada sungjae yg sedang menyetir sambil sesekali mencuri pandang padanya. Ternyata sejak ia berangkat dari rumah sungjae, anak itu selalu memperhatikan sooyoung. Dan mungkin saat ini gerah karna ia seperti diabaikan, suasana hening dan tak bersuara. Hahaha mana betah sungjae dengan keadaan seperti itu.

Sooyoung menjawab pertanyaan sungjae dengan gelengan kepalanya. Ia masih belum bersuara dan kembali menatap ponsel ditangannya, mengusap layar LCD yg menyala itu perlahan dengan ibu jarinya. Sungjae mengerutkan dahi saat ia hanya mendapat gelengan.

"ayolahh.. Kau akan bertemu ibumu, kenapa kau murung begitu? Bukankah harusnya kau senang?"

Sooyoung kembali mengangkat kepalanya, tetapi kini ia melihat kearah kaca jendela di sebelah kanannya. Ia tersenyum sambil menatap mobil lainnya yg berjalan mendahului mereka.

"bukan masalah senang atau tidak, sungjae-ya"

Sungjae kembali menoleh sesaat dan fokus menyetir lagi sembari telinganya terpasang lekat-lekat untuk mendengar ucapan sooyoung yg tak terlalu keras itu.

"lalu apa?"

"aku merasa percuma"

Sungjae kembali menoleh sesaat dan kini mengangkat alisnya tak mengerti. Tadi pagi, sooyoung sangat bersemangat untuk pergi ke gwangju menemui ibunya, karna mungkin ada hubungannya dengan yg dulu pernah dikatakan sooyoung. Melewati pintu surga atau apalah itu. Tapi kenapa dia dengan mudahnya mengubah semuanya secepat ini. Sungjae sedikit kesal dan memilih merapatkan mobilnya ke sisi kanan jalan yg tepat di depan pintu gerbang perbatasan kota dan menghentikan mobilnya sejenak. Ia kemudian menatap sooyoung yg kini merasa heran dengan sungjae yg tiba-tiba menghentikan mobilnya.

"apa yg percuma??"

Sooyoung tersentak dengan nada bicara sungjae yg menjadi seserius ini. Ia juga bisa menangkap tatapan mata sungjae yg menjadi setajam ini. Ia terpaku.

"apa bertemu dengan ibumu itu percuma?"

Sooyoung kembali tersentak ketika sungjae menekan kata-katanya dan ia bisa merasakan dinginnya nada bicara sungjae. Apa ia marah?

"sungjae— aku hanya—"

"hanya apa? Jelaskan!"

"yakk!! Kau ini kenapa jadi marah sih? Aku hanya merasa percuma.. Aku kesana, membawa rinduku pada ibuku tapi dia tak bisa melihatku—"

Sooyoung berhenti sejenak.

"aku juga tak siap melihat apa ekspresinya saat tau kalau anak satu-satunya sudah tiada."

Sooyoung menolehkan wajahnya lagi melihat keluar jendela untuk memalingkan wajahnya dari tatapan sungjae yg saat ini sebenarnya sudah melunak. Ia juga bisa mendengar sungjae menghela nafasnya berat untuk meredam emosinya yg tadi sempat tersulut. Ia juga merasakan tangan milik sungjae menggenggam tangannya erat. Eh, tunggu!! Tangan sungjae??? Sooyoung menoleh dan memang benar itu tangannya. Ia mendapati sungjae yg dengan tatapan lekat menatap netranya.

\\TAMAT\\ [ bbyu ] Un-Expected ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang