Prolog

1.2K 48 8
                                    

Hari ini adalah hari pertama aku masuk Sekolah Menengah Atas, sekolahnya bagus pisan euy. Yah ... sekolah bekasku lulus kemarin akan kalah dengan sekolah baru ini. Because my junior high school has two floors, while the high school has five floors.

Di depan gerbang sekolah yang akan kucinta dengan sepenuh hati, saat aku sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke sekolah baru tiba-tiba ada motor yang hampir mengenai tubuhku.

Ya ampun, untung gue gak nyusruk ke tong sampah. Siapa, ya, yang sembarangan kendarain motor? Belagu amat.

Saat dari kejauhan aku melihat dia memarkirkan motornya di parkiran motor, ya iyalah parkiran motor mana mungkin parkiran mobil. Dia tidak sebodoh itu.

Kemudian dia melepas helmnya lalu berbalik badan. Oh my goodness, ganteng ya Tuhan. Ah tak jadi marah waktu aku melihat yang ganteng seperti itu, kalau tampangnya jelek sih, sudah aku marahi habis-habisan. Tapi, ini sungguh menggoda iman Zoe.

Saat aku melamun dengan indahnya, ada lagi seseorang sok akrab banget menatapku dari jarak dekat. Sudah tatapannya tajam mentang-mentang matanya besar mungkin, sedangkan aku sipit seperti si Mei-Mei.

"Kenapa lihat gue?" tanyaku dengan ketus.

"Lu anak baru, ya?"

Tatapannya turun ke tali leher yang aku pasang sebagai name tag bertuliskan Zoe Jeon. Kemudian aku lihat dia juga pakai name tag namanya ....



Nadira Kim.




"Wagelaseh, malah bengong. Ayo, kita ke dalem ntar dihukum sama OSIS." Yang namanya Nadira itu menarik tanganku sampai ke lapangan luas yang dipenuhi oleh murid berpakaian yang sama.

Aku? Aku masih melamun. Masalahnya nama Nadira itu seperti pernah aku dengar, tapi di mana ya? Bingung aing teh baru masuk sekolah sudah ada masalah.

"Ihhh, gue takut sama lu bengong mulu. Nanti kesambet gue langsung digorok lehernya sama lu." Si Nadira itu menggelengkan kepalanya.

"Maneh teh ngomong jangan sembarangan, kalau beneran gimana? Lagian kita belum kenalan," ucapku sembari mengulurkan tangan yang aku rawat secara mulus memakai amplas.

Lalu dia jabat tanganku. "Nadira Kim." Dia senyum.

"Zoe Jeon, panggil aja Zoe, hehehe." Saat aku ingin bicara lagi dengan Nadira tiba-tiba OSIS sudah berteriak-teriak pakai toa. Aduh, Telingaku sakit sebelah rasanya menyakitkan.

"PERHATIAN!! PERHATIAN SEMUANYA!! BAGI SISWA DAN SISWI BARU SILAKAN BERBARIS SESUAI KELAS YANG SUDAH DIBAGIKAN DI PAPAN PENGUMUMAN. ACARA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH BARU AKAN DIMULAI SEBENTAR LAGI, TERIMAKASIH!!"

Yah, aku lupa lihat papan pengumuman. Kira-kira kelasku di mana, ya?

Aku menengok ke kanan dan kiri tidak ada yang dikenal, masalahnya sekolah jauh dari lingkungan rumah, apalagi yang namanya Nadira ini. Apes guys.

"Zoe, lu satu kelas sama gue di 10 MIPA 6. Tadi gue gak sengaja lihat nama lu juga di papan pengumuman."

"Hah? Beneran?"

"Ya kali gue bohong, baru pertama kenal bohong bagaimana seterusnya."

Nadira ini tipe orang yang terlalu sok akrab guys, baru kenal saja sudah seperti berteman dari janin.

Nah, setelah itu aku ikut Nadira baris di kelas yang sama. Hanya barisnya mesti ukur tinggi badan dulu, tapi ujung-ujungnya tinggian aku, iya lah hanya beda se-centi ribet banget.

Tak lama kemudian kakak OSIS yang teriak pakai toa tadi naik ke atas podium lagi, tapi tidak hanya sendirian. Ada kakak OSIS lainnya, sebelah kiri tiga perempuan dan sebelah kanan juga tiga laki-laki.

"SELAMAT PAGI SEMUA!!"

"PAGI KAK!!"

"OKE, HARI INI PERTAMA KALINYA KALIAN BERADA DISINI. SEMOGA KALIAN BETAH DISINI DAN GAK BERBUAT NAKAL SELAMA ACARA BERLANGSUNG."

"Eh, coba lihat deh Kakak yang di paling pojok kanan ganteng banget."

"Iya ya, tapi sayang mukanya gak ada ramahnya sama sekali."

"Gak apa-apa lah di deketin sekali juga bakal luluh."

Ya ampun, ini teh mau masuk sekolah atau mau cari gebetan, sih? Berisik pisan.

"SEBELUM DARI ITU SAYA AKAN MEMPERKENALKAN DIRI. SAYA KETUA OSIS DISINI, NAMA SAYA ARJIO LEE ATAU KALIAN BISA MEMANGGIL SAYA KAK JIO."

Ini lagi teh udah kecil gaya banget pakai toa. Telinga Zoe 'kan jadi budek sebelah. Bunda, Zoe harus kumaha?

Tiba-tiba Nadira menengok ke belakang sambil senyum tidak jelas. "Zoe, Kakak itu lucu ya."

Aku hanya berdeham saja lalu Nadira kembali lagi ke arah podium, mungkin dia lagi kasmaran sama kakak kuntet itu. Entahlah, yang pasti aku sebal sama dia.

Tiga puluh menit dihabiskan oleh ocehan dari kakak kecil itu, si Nadira tidak berhenti senyum sendiri. Bisa-bisa omongan dia tadi balik arah ke dia. Tidak beres Zoe sekolah di sini.

"Nadira, ke kantin yuk! Gue laper bat dah seriusan, udah kak kuntet tadi ngomongnya lama bat lagi," ucapku sambil memegang perut yang sedang keroncongan.

Lalu wajahnya Nadira berubah masam. "Iiiihhhh Zoe jahat banget katain Kakak tadi kayak gitu, dia itu lucu tau kayak minta dibawa pulang."

"Iya deh Kakak yang tadi lucu. Udahlah ayo kita ke kantin, keburu jam istirahatnya habis." Aku menarik-tarik tangan Nadira gantian.


Tap. Tap. Tap.



Sesampainya di kantin ternyata ramai, yaaaahhh jadinya aku tidak bisa menyela untuk mencuri antrean. Makanannya juga menggugah perutku untuk membelinya. Aku titip cari tempat duduk ke Nadira biar tidak ribet waktu bawa makanan.

Mie ayam? Sudah lama aku tidak makan mie ayam. Mungkin Nadira suka.

Tapi antrenya lumayan guys, aku harus ekstra kali lipat untuk bersabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi antrenya lumayan guys, aku harus ekstra kali lipat untuk bersabar. Saat aku antre tak sengaja lihat sebelah kanan dan sepertinya kenal dari bentuk seragam yang acak-acakan. Aku coba baca name tag-nya.

J-jeon.... aish, mata aing teh rabun pisan euy, gak bisa baca jarak jauh.

Saat antrean pertama datang dan aku sudah ambil dua pesananku, si lelaki itu langsung pergi.

Gue kenal, dia yang nyerempet gue tadi pagi. Namanya Jeon?

Jeon, saha teh?


[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang