New

86 10 0
                                    

Nadira POV

Hari ini pelajarannya Pak Wawan—guru kimia yang selera humornya amblas. Iya amblas, daritadi tebar humornya tapi garing.

Sampingku bangkunya kosong dari tiga hari yang lalu dan aku sebagai teman semejanya ditanya oleh guru hanya bilang, "Zoe palingan sakit, Bu/Pak." Begitu, tapi yakin tak yakin, sih, dia benar-benar sakit atau tidak.

Biasanya yang jago pelajarannya bapak Wawan hanya Zoe, kalau begini aku tidak bisa tanya ke siapa-siapa. Di depanku juga rada-rada otaknya, siapa lagi kalau bukan Chelsea. Mulut saja besar, tapi otak tidak.

Canda deh.

Bel istirahat berbunyi dan aku hanya sendirian di kelas, biasanya aku ditarik oleh Zoe untuk ke kantin makan mie ayam kesukaannya kita—gila sih, aku malah menggalaukan si sipit.

"Nad, dicariin tuh sama doi." Suaranya Jane membuyarkan lamunanku.

Mataku melihat Haris di depan pintu yang sedang senyum manis, ambyar aku sudah.

"Hilih malah mesem-mesem disini, sono samperin ntar keburu ada laler terbang," ucap Jane mengusir.

"Iyak, emak."

Aku menghampiri Haris. "Ada ap—"

"KALO PACARAN JANGAN DI DEPAN KELAS JUGA KALI!" Itu suaranya Edward, biarkan saja dia memang orangnya suka iri.

Aku menghela napas dan menatap Haris yang juga sama menatapku. "Ngomongnya di tempat lain aja, bisa?" tanyaku disertai anggukannya.


Sekip.



"Ada apa?" tanyaku yang tadi sempat diputus oleh Edward.

Haris menggaruk kepalanya yang sepertinya tidak kutuan sambil menunduk. "Uuummm ... boleh gak besok lu temenin gue beliin kado buat sepupu gue?"

WEEEEHHHH... WAGELASEH HARIS NGAJAKIN GUE JALAN? EH LU DENGER KAGAK?

"Tapi, kan, itu ultah sepupu lu masa gue yang jadi nemenin beli kado, gue kan bukan siapa-siapanya."

Haris meatapku sambil senyum canggung. "Apa hubungannya? lu kan..."

Apaan?



"...temen sekolah gue."




Ceburin gue ke rawa-rawa dong :)

Senyuman yang aku buat tiba-tiba luntur dengar omongannya, tapi sebisa mungkin tidak terlihat kalau memang aku seperti itu. "Oh oke deh kalo begitu. Ngomong-ngomong sepupu lu cewek atau cowok?" tanyaku.

"Cewek."

"Terus kita ketemuan dimana?"

"Gue yang jemput ke rumah lu, deh."

WOOOO... SELAMATKAN DETAK JANTUNGKU.

Sebelum aku ingin membalas omongannya, si bel sudah berdering yang mengharuskan aku berpisah dengan Haris.

Tapi...

Aku ingat kalau pelajarannya pak Richard sedang jam kosong, katanya pak Richard izin tidak mengajar karena istrinya sedang lahiran.

Sayangnya sudah menikah, jadinya patah hati satu sekolah. Tenang masih ada pak Willis si guru biologi, pak Francis si kepala sekolah yang mengajar matematika kelas IPS, pak Alexander si guru olahraga, serta guru tampan lainnya.

Seketika aku tergagap. "Em—mangnya lu tau rumah gue?"

Tangannya Haris mencubit hidungku. "Kan waktu itu pas lu ngajakin gue ke tempat buat foto-foto, emangnya lu lupa?"

[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang