Love Cherry Motion

110 14 0
                                    

Nadira POV.

Pulang sekolah tumben mendung biasanya terik banget mataharinya, lalu aku dan Haris Hwang bagaimana?

"Nadira, lu dijemput lagi sama bokap lu?"

"Nggak," jawabku sejujurnya.

Hari ini jadwalnya ekskul musik yang dipimpin oleh kak Agus, tapi aku mesti izin dulu berhubung belum dimulai.

"Uum ... Zoe, gue ke ruang musik dulu, ya."

Untungnya Zoe agak sedikit pengertian lalu aku langsung ke lantai satu menemui kak Agus.

'Ruang Osis'.

Oh, Kak Agus masih di ruang osis.

Tok! Tok!

Semuanya yang ada di ruang osis menengok ke arahku, tapi aku fokusnya ke arah kak Agus yang lain bodo amat. Mungkin memang kak Agus sudah hapal wajah dan namaku jadinya dia keluar dari ruangan itu.

"Kenapa?" Dengan gaya khasnya—masukkan satu tangannya ke saku celana.

Dalam pikiranku sudah wanti-wanti akan dimarahi atau tidak oleh pemimpin ekskul ini, lagipula kalau belum coba kenapa harus menyerah?

"Kak, saya izin gak ekskul dulu hari ini karena saya ada urusan penting."

"Oh jalan sama gebetan?"

Gila sih, kak Agus cenayang, 'kah?

"Gak kok, saya beneran."

"Bohong."

"Serius, Kak. Saya ada urusan jadi saya gak bisa ikut ekskul." ini sudah berapa kalinya aku memberi alasan yang memang benar-benar.

Sepanjang perdebatanku dengan kak Agus yang masih keukeuh dan tidak percayaannya. Tiba-tiba ada satu kakak kelas yang waktu itu sering diceritakan oleh Zoe.

"Udah, Gus. Kasih izin aja buat dia sekali, kalo misalnya dia bohong juga nilai dia berkurang," ucap kakak kelas itu sambil masuk ke ruang osis.

Kak Agus yang sudah mengalah mulu dengan kakak kelas itu hanya menghela napas dan menatapku malas banget seperti bosan melihatku, tapi apa daya kebaikan kakak kelas itu sampai aku tersentuh, tidak deh.

"Ya udah, tuh, kebetulan juga Arsen selalu baik sama junior makanya hari ini gue izinin dulu lu cabut ekskul."

Tadinya ingin ucap terima kasih, tapi sepertinya dia tidak membolehkan. Ya bagaimana baru ingin bungkuk saja dia langsung masuk ke ruang osis lagi, untung kakak kelas.

Setelah itu aku langsung menemui Haris di parkiran motor. "Haris?" tanyaku memastikan benar-benar dia atau bukan, kalau salah 'kan aku malu sendiri.

"Hah? Iya? Oooohhh Nadira." Gila sih senyum mulu.

Dia menyodorkan aku helm berwarna kuning? Wah ini warna kesukaan aku. "Helmnya kuning, ya."

"Kenapa? Gak suka warnanya?"

"Eh nggak kok, malah gue suka banget soalnya warna kesukaan gue. Tapi warna langitnya gak secerah helm ini."

Dia senyum lagi kemudian menyalakan mesin motornya. "Ayo naik biar gak kehujanan di jalannya."

Yang tadinya aku terkagum-kagum oleh senyumnya yang secerah matahari, jadi buyar karena suaranya. Apa kabar pipi by the way?

Tanpa balas aku langsung pakai helm lalu naik ke motornya. Santai, aku roknya agak panjangan jadi aman untuk duduk di motornya.



Sekip.



"Udah sampe, Har," titahku.

Haris langsung memarkir motornya dan aku turun, ya, tidak lupalah dengan helmnya.

"Ini tempatnya?"

"Iya. Bagus, kan?"

Ya ampun, aku gugup setengah mati saat dia agak diam begitu. Masalahnya tempat yang aku tunjukkan itu jarang banget di kunjungi orang banyak, kalian pasti penasaran tempat apa.

Ini tempat untuk seorang yang maniac foto banget dan mereka cari tempat untuk potret-potret berbagai hal. Iya, itu si Haris.

Aku? Aku tidak terlalu suka jadi photographer, aku minatnya di bidang musik terutama alat musik, yaitu piano.

Bibirnya mengembang seketika dan beralih menatapku. "Nadira, makasih lho."

"Hehehe ... biasa aja. Lagian ini tempat juga bagus banget viewnya, dijamin mading kelas bakalan sebagus orang yang motret—ups."

Ck, ini mulut gak bisa dikontrol banget. Gue kan jadi malu di depan Haris.

Tanganku sudah pukul-pukul mulut laknat yang sudah kebablasan dan mendadak salah tingkah saat Haris senyum-senyum. Aish, eyes smile-mu mengalihkan dunia Nadira.

"Makasih banyak atas pujiannya." Dia langsung ambil sesuatu di tasnya dan keluarnya kamera yang buat foto-foto, aku tidak tahu merk-nya apa. Kalau aku prinsipnya 'yang penting ada dan dipake'.

Dilain sisi aku ingin tanya-tanya tentang Noah dan perempuan rambut hitam panjang itu, tapi mulut susah banget untuk omongnya. Takut mood fotonya hancur dengan beberapa pertanyaanku yang tiba-tiba.

Jadi aku biarkan saja.



🐰🐰🐰


"Lu suka sama Haris?"

"..."

[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang