Moonlight

94 15 4
                                    

Pulang sekolah aku langsung menemui bang Wira di kamarnya, hari ini dia libur katanya dosennya sedang tidak bisa mengajar.

Aku tidak peduli dengan lutut yang ngilunya setengah mati. Aku hanya ingin minta penjelasan walaupun triplek tidak ingin memberi apapun, kecuali album.

Dengan sangat tak sopan aing langsung mendobrak pintu kamarnya yang menampilkan ....

"BOBROK PISAN MANEH TEU!!! SANDRA KADIEU MANEH."

Oh my goodness, sudah lama aing tidak bertemu Sandra yang sudah bertengger di kursi video game-nya Bang Wira. Begini-begini walaupun sering berantem kadang rindu, ibaratnya jauh wangi dekat bau.

"Kak, minjem album Blackpink boleh gak?"

Baru bertemu sidah pinjam-meminjam barang. "Gak, gak ada. Apa-apaan baru ketemu udah main pinjeman ntar rusak ah gak mau."

"Yah Kak, Sandra kan mau lihat biasnya Sandra."

"Saha?"

"Kim Jisoo."

Untung bukan Rosé. Kalo satu bias kan males aing.

Tapi tetap saja yang namanya pinjam-meminjam barang sangat tidak dianjurkan di sini, apalagi menyangkut barang-barang per-KPOP-an.

Aku melirik kamarnya bang Wira, tapi tidak ada pemiliknya kemudian aku bertanya ke Sandra saja. "Bang Wira ke mana?"

Sandra yang tingginya beda lima centimeter denganku hanya geleng. "Gak tau. Pas Sandra ke kamarnya udah gak ada orangnya, ya udah Sandra mainin aja biar gak mubazir gamenya." Dia menyengir lalu pergi, tapi sebelum itu aku cegah.

"San?"

Dia balik badan dan mengernyit bingung sementara tanganku menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal sama sekali. "Uuuumm ... lu tau sesuatu tentang keluarga ini?"

🐰🐰🐰

Sandra POV.

"Uuuumm ... lu tau sesuatu tentang keluarga ini?"

Awalnya aku tidak mengerti kenapa kak Zoe tiba-tiba membahas hal yang sangat sensitif di sini padahal tanpa dibahas pun di sini sudah tentram pakai banget.

Untuk menghindari kebohongan yang terbongkar sebisa mungkin aku tidak boleh panik di depan kak Zoe, kalau ketahuan bisa habis aku.

Lagi pula uumm .... aku juga tidak kuat untuk cerita semua hal ini ke orang di depanku dan pada akhirnya mulut ini bicara juga.

Aku menghela napas panjang dan menatap mata kak Zoe yang seperti minta penjelasan. "Kak, Sandra minta maaf kalo bikin Kak Zoe susah selama ini."

Gak boleh nangis pokoknya.

Sandra gak boleh nangis.

Gimana pun juga bakalan terungkap.

"Emang maneh nyusahin, kok," ucapnya sambil mengibaskan rambutnya yang sudah lepek karena keringat, mungkin.

"Sandra sebenarnya ... buk—"

"SANDRA? PULANG, YUK!"

Ini saatnya ....

"SANDRA ADIKNYA BANG WIRA SAMA BANG ARSEN JUGA, DAN KAKAK... Kakak San... Sandra." Kali ini Sandra berteriak karena memang benar-benar sakit.

[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang