The Carol

215 24 0
                                    

Author POV.

Ketua kelas membagikan kertas dari ibu kepala sekolah yang mereka cintai.

Maksudnya bukan kertas kosong HVS tapi kertas edaran, ya kalau pada gagal paham.

Bukan kertas edaran juga, tapi kertas pemilihan ekskul. Nah, itu.


"Vin, ntar kalo udah milih kasih ke siapa?" tanya Zoe sambil lihat kertasnya.

"Kasih orang yang membutuhkan."

"Berarti kalo gue gak butuh kasih ke orang lain, ya." Zoe menatap teman sebelahnya. "Nadira, lu mau gak kertas ini. Soalnya lu membutuhkan banget ketimbang aing."

Ketua kelas hanya melanjutkan berbagi kertas kepada orang yang membutuhkan itu.

Nadira diam, tak tahu maksud Zoe. Sama-sama telat mikir atau bagaimana.

Selesai pilih ekskul yang diminati, semuanya kembali ke kegiatannya. Yassh, belajarlah.



Sekip..



Ceritanya sedang istirahat nih, Zoe dan Nadira mau ke kantin.

Ke kantin mau mangan.

Nadira menyikut Zoe. "Zoe, kok Kak Jio gak kelihatan ya, semenjak udah gak MPLS lagi."

"Maneketehe, emangnya aing ibunya." Zoe mengangkat bahunya. "Kali aja ada urusan penting. Lagi pula dia, kan, kelas 12, Nad, bukan kelas 10 kayak kita."

"Oke."

"Ngomong-ngomong Noah udah sembuh bel--AIHH AING KECEPLOSAN!!" Segera Zoe menutup mulutnya dan melirik Nadira berharap tak mendengarnya.

Gadis SKSD yang bukan SNSD itu menaikkan alisnya. "Apa? Gue udah tahu semuanya kali, kalo lu kesemsem sama Noah."

"Aaaaaahhhhhh.... kok lu bisa tahu, sih? Lu cenayang, ya?"

Dengan cengiran cantiknya membuat Zoe semakin yakin kalo teman SKSD yang bukan SNSD itu adalah manusia.

"Kunaon?" tanya Zoe.

Ditambah dengan cengiran dan mengusap tengkuk seperti di Wattpad memperlihatkan Nadira sedang bingung.

"Gue gak sengaja ... anu."

"Anu? Woaaaahhh... ngapain lu dengan anu? Huh?" Zoe negatif thinking butuh snickers.

Mulai lapar mulai lapar~

Alarm alam Zoe sudah berbunyi, ia butuh asupan untuk menyongsong kehidupannya.

Lalu Zoe menarik tangan Nadira untuk ke kantin.

Saat di kantin kebetulan ramai. Ditambah tempat mie ayam kesukaan Nadira mulai habis, padahal itu makanan kesukaannya di sini.

Terpaksa mereka harus menyempil di antara teman sekelasnya yang ada disini.

"JANE!! VIVI!!"

🐰🐰🐰

Jane POV.

Di sini, di kantin tempat aku makan dengan sepuasnya. Biasanya orang-orang akan bawa makanan ke atas, they said "gue males makan disini, banyak kerjaan numpuk di kelas."

Halo kalian kerja apa, hah? Jadi office boy or girl di sini?

Masih untung orang yang sekelas juga denganku mau makan di kantin. Namanya Vivi, perempuan yang suka banget dikuncir apple sekaligus teman semeja.

Dari jauh ada yang panggil aku. "JANE!! VIVI!!" Aku menengok ke mereka.

Tiba-tiba saja mereka sudah ada di depanku, perasaan suaranya masih di sana. Halah, hanya perasaan.

"Apa?" Ucap aku ramah.

Perempuan sebelah kiri yang matanya sipit hanya senyum dan yang sebelah kanan diam.

Astaga~ gue lupa.

"Jane, bolehkah kita duduk disini?" Tanya si Zoe.

"Boleh." Aku membuka sumpit yang masih menyatu dengan satu tarikan.


Tak!


Makanan daku dataaangg~

Belum sempat aku masukkam bmie ayam ke mulut, mereka mulai mengoceh yang harus aku dengarkan.

"Jane, tadi kita ke tempat mie ayam tapi kata Bibi itu stoknya sudah habis."

"Maksudnya?"

Vivi menepis pembicaraan mereka. "Maksudnya, boleh gak lu bagi mie ayam sama mereka berdua," jelasnya.

Aku mengangguk.

Seketika, "GAK BOLEEEHH ... gue laper banget hari ini dan gue gak bisa bagi makanan ini ke kalian, maaf."

Nadira mohon-mohon ke aku supaya makanannya dibagi dengan mereka, padahal masih ada tempat makanan lain selain mie ayam.

"Jane, kasian anak kucing ini dari tadi perutnya udah keroncongan kayak bunyi dentungan musik," ucap Zoe sambil mengelus kepala temannya.

Tapi Nadira berontak. "Lah, bukannya elu, ya, yang perutnya beralarm? Fitnah bat."

Ya elaahh.. gue pusing denger mereka berdua ribut.

Tak ada cara lain, aku harus berbagi makanan dengan mereka. Tak apa mie ayam lain kali kita makan bersama tanpa gangguan orang lain.

"Ya udah, gue bagi ini. Tapi cuma dua sendok doang." Aku menyodorkan mangkuk itu.

"Huwaaaa ... terima kasih Jane," teriak si Nadira.

[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang