Bonus Chapter: D-1

132 10 1
                                    

Dimulai dari 'mereka' pertama kali bertemu.

🐇🐇🐇

Author POV

Hari Minggu Wirasena merajuk tidak ingin sekolah karena dia lelah pulang sore disambung les, memangnya dipikir tubuhnya hanya untuk belajar saja.

Ini tubuh bukan robot.

Semua anggota keluarganya ada di rumah kecuali Zoe yang sedang persami, mengingat Zoe sekarang baru kelas tujuh dan untuk mengambil nilai nonakademiknya.

Syukur-syukur Wirasena sudah kelas sebelas, iya tahun depan ujian, sedih banget.

"Bang, nanti sore jemput Zoe di sekolahnya, ya," pinta sang Ayah yang sedang istirahat minum kopi sembari baca koran.

Wirasena niatnya ingin ke rental Play Station jadi tidak niat, masalahnya kalau tidak dituruti kemauan Ayah, Ayah akan marah besar. "Iya, Yah."

Dalam hati, Zoe udah gede Yah ngapain mesti dijemput?

Ding. Dong. Ding. Dong.

Wirasena buka pintu karena ada yang membunyikan bel rumah dan saat dibuka ternyata, "Sandra? Ngapain ke sini? Arsen mana?"

"Kak Arsen emangnya tau Kak Wira di mana? Rumah aja nggak tau."

"Bukan itu. Gue takut dia bakalan marah kalo ada Zoe yang ternyata ...."

"Sandra jamin Kak Arsen gak bakalan tau ini," ucap Sandra sambil senyum.

Faktanya, Wirasena tidak pernah suka dengan kehadiran Sandra sejak dulu. Arsen sayang Ibu, tapi Wirasena sayang Ayah.

Lalu, Zoe dan Arsen tak tahu menahu soal ini.

🐇🐇🐇

"Iiihhh kumaha ieu? Mie ayam Zoe tumpah," rengek Zoe.

Sementara Wirasena di depannya menyentil kening Zoe. "Nanti gue beliin. Gitu doang sampe nangis."

"Emangnya Bang Wira punya uang?"

Wirasena hanya menggaruk kepalanya karena frustasi. Mie ayam yang seharga 14.000 rupiah memangnya bisa dibayar dengan 4.000 rupiah, 10.000 rupiahnya ke mana?

"Hei, ini mie ayamnya. Saya dikasih sama orang tapi saya gak suka," ucap orang berpostur tinggi tapi kurus.

Zoe menyipitkan pandangannya sementara Wirasena mengamati wajah itu.

"Ambil aja dari pada mubazir saya buang," ucap orang itu lagi sambil menyodorkan mie ayam di tangannya.

Baik banget -Zoe.

Kata Zoe rezeki tidak boleh ditolak dan langsung ambil saja mie ayamnya, tapi sebagai seorang Abang, Wirasena berhak curiga dengan orang asing tersebut.

"Jangan diambil, Zoy. Kali aja dia ada maksud lain," sarkas Wirasena.

Laki-laki itu terkekeh dan menepuk-nepuk pundak Wirasena. "Kamu gak kenal saya, Wira?"

[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang