Egoist

105 11 5
                                    

I HATE YOU, NOAH LEE.









"Tadi kemana istirahat?"

Aku menoleh ke arah Nadira. "Nggak."

"Sama Noah? Wagelaseh, padahal gue duduk semeja sama lu gak dianggap."

Kepalaku menggeleng. "Gak."

Tiba-tiba Vivi, Jane, Chelsea, Sasha, Mary, dan Nancy datang dari sampingku. "Ngapain kalian?"

"Mau nginep di rumah Jane, iya kan Jane?" kata Vivi yang sepertinya sedang memberi kode ke Jane.

Si empunya yang disebut-sebut langsung mengangguk. "Iya, lu mau ikut gak, Zoe? Kita ber ... berapa ege ini?" Jane sedang menghitung anak ayamnya.

"Berdelapan," ucapku lesu.

"Ah berdelapan mah kamar gue muat juga," sahut Chelsea sombong ceritanya.

"Gue gak tau bisa ikut atau nggak soalnya Abang gue begitu."

Nadira merangkulku. "Sans, hidup ini cuma sekali, Zoy. Coba lu bujuk atau rayu atau sogok apaan gitu supaya dibolehin."

Masalahnya Abang gue gak cuma yang itu aja, Nadira.

Kalo sogok sih es kepal milo, kali ya.

Setelah berpikir aku bilang, "Ya udah kalo gitu lu sama Sasha anterin gue ke Paman es kepal milo depan rumah gue sekalian ijin." Aku menunjuk Nadira dan Sasha.

Mereka berdua mengangguk.


Tap. Tap. Tap.


"Lu mau beli es kepal kagak?" tanyaku saat mengambil pesanan es kepal milo. "Makasih ya, Paman."

"Sama-sama, Mba."

Sasha dan Nadira menggeleng lalu kita bertiga jalan beberapa langkah ke rumah aing, di sana sudah ada bang Wira di depan rumah.

"Psstt... Bang Wira," panggil pakai bisik-bisik, iya tak dengar orang pakai headset.

Aku mengambil batu kerikil lalu ditimpuk ke kepalanya, tapi sayang perkiraanku meleset yang kena malah mulutnya yang sudah komat-kamit nyanyi lagu Blackpink, mungkin?

Dia berdiri melihat sekitarnya. "Siapa?"

"Bang Wira, sini!" panggilku sekali lagi.

Akhirnya bang Wira menengok ke arahku sambil naik salah satu alisnya kemudian jalan menghampiriku. "Apa? Ada apa?"

"Kan, gue udah beliin es kepal milo, nah sekarang lu izinin gue, ya, nginep di rumah temen gue." Plastik isi es kepal milo itu aku beri ke tangannya.

Bang Wira berdecak remeh. "Palingan nyogok ini biar gak dibilangin ke Ayah."

Aku cengengesan sambil menggaruk tengkuk leher dan melihat ke belakang yang sudah bosan dengar percakapan antara kakak beradik tidak jelas.

"Beneran boleh, kan? Serius gak, nih?" tanyaku memastikan.

Dan bang Wira mengangguk sambil pergi ke dalam rumah, mungkin ingin memakan es kepalnya.

Mataku beralih ke arah dua kecebong. "Oke, gue dibolehin. Ayo, kita ke rumah Jane."


[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang