Sweet Crazy

103 14 5
                                    

"Perasaan-perasaan yang membeku bangun satu persatu."


🐰🐰🐰


"GUE GAK SUKA SAMA ZOE!!"

"IBUNYA UDAH BIKIN IBU KITA SEDIH DAN HIDUP SENGSARA, TAHU GAK!"

"LU GAK USAH BANTUIN SANDRA!"

"GUE BUKAN ABANG LU LAGI, PERGI SANA!"

"DASAR PARASIT!"

Seharusnya aku tahu kalau memang orang-orang yang dekat denganku itu hanya sedang memakai topeng masing-masing, entah aku yang terlalu polos atau istilahnya terlihat wong ndeso, tapi tetap saja menyakiti, parah.

Astaga. Aku tak menyangka kalau bang Wira dan kakak kelas yang aku sesal sudah sanjung-sanjungi dia usir aku? Apalagi aku baru tahu orang yang suka panggil kakak-kakak itu adikku.

Aing teh pusing, huwaaa tisu mana tisu udah beler mata aing nangis mulu.

Noah memang benar-benar lelaki wedus. Aku tidak tahu dia bicara begitu benar-benar atau hanya main-main, mata aing juga tidak salah lihat dia pegang tangannya Shilla mulu—teman kecil.

Tempat pelarian pertama UKS setelah aku dengar kalimat Noah yang menusuk kalbu dan kakak kelas itu. Untung saja ada kak Erina yang mengantar aing pulang, bukan sih hanya pesan ojek online saja.

Terakhir sepertinya, nih, tempat pelariannya adalah taman komplek yang hanya tiga bulan sekali ke sini.

"Weh, anjay. Lu ngapain sore begini diluar?"

Aku menoleh dan melihat si tukang senyum sedang berdiri tepat di samping kanan aing. "Ngapain, sih, ganggu banget kayaknya," omelku kesal.

Iyalah, sudah kesal ditambah kesal lagi, jadi dobel kesal.

Tiba-tiba duduk dekatku yang otomatis langsung menjauh akunya. "Jauhanlah."

"Zoy, mau bermain, gak?"

Tanganku terjulur untuk mencabut-cabut rumput yang sudah pendek padahal jelas-jelas ada larangan 'dilarang keras mencabut rumput taman' lalu ada embel-embel mendoakan orang untuk kecelakaan di jalan atau hidupnya sengsara. Tidak jelas.

"Main apaan? Gue gak mood."

"Kejar-kejaran."

Aku menoleh dan mendelik sambil rumput-rumput yang aku cabut tadi aing lempar ke wajahnya sampai terkena mulutnya yang sedang tersenyum lebar.

"Capek gue, udah mana aing belum mangan dari siang." Aku memegang perut nanti terburu ada bunyi alarm. "Jam berapa sekarang?"

Nathanael mengeluarkan ponselnya dan sepertinya sedang melihat jam karena aku tanya jam.

"Lima kurang lima menit."

Aku mengangguk.

"Lu laper?"

Aku mengangguk, tapi geleng deh. Aku gengsi.

"Ke rumah gue, yok! Ibu gue masak banyak kebetulan."

Tanganku menoyor kepalanya. "Eh wedus! Lu mau bawa kabur gue?"

"Kabur kemana? Ke KUA? Gue mah ayo aja kalo lu siap." Goda di.

"Bacot."

Nathanael berdiri sambil bersihkan celananya yang kotor karena duduk di rumput.

[1] Confused ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang