Chapter 4

1.2K 105 0
                                    

Damien terbangun dari tidur nyenyaknya saat hari masih gelap, entah apa yang membuat Damien terlelap sangat dalam. Damien bahkan lupa kapan terakhir kali dirinya tertidur lelap seperti semalam. Ada saja kekhawatiranya selama ini, kekhawatiran Stella meracuninya atau bahkan membayar pembunuh bayaran atau sniper demi mendapatkan harta dan mendapatkan propertinya.

Selepas adzan subuh berkumandang, Damien kemudian terlelap lagi tapi ketidaktenangan menghantui tidurnya.

Dalam tidurnya, Damien tidar sadar bahwa dirinya sudah basah berkeringat karena memori yang coba ia lupakan itu terulang dalam mimpi buruknya. Damien menceracau tidak jelas, membuat seseorang yang tengah menunaikan ibadah sholat subuh itupun segera mengakhiri sholatnya karena takut sesuatu terjadi pada Damien, karena mas Bram bilang, Damien suka kejang.

“Pak.. Pak.. Pak.. sadar pak, ya Allah, Pak Damien.”

Dhya terus berusaha mengembalikan kesadaran Damien, berusaha membangunkan Damien dari mimpi buruknya. Usahanya tidak segera berhasil, tapi ia tidak kehabisan akal. Diambilnya gelas yang berada diatas nakas dan dibantingnya gelas itu kelantai.

PPPRRAAANNGGG !!!

“aaaaakkkkkk Poconggggggg.” Teriak Damien yang sadar dari mimpi buruknya, dan mendapati sesuatu berbalut putih disisi kasurnya.

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa allahu akbar, ya Allah kok ada pocong subuh subuh.. ahhhh dimana pak pocongnya?” ucap Dhya yang sudah lompat kekasur Damien daritadi.

Teriakan keduanya membuat seiisi rumah berlarian kekamar Damien, termasuk tante Annie (mama Damien) yang berlari dengan wajah panik dan pucat takut sesuatu terjadi pada Damien.

“Damien.. Dhya.. ada apa ?” Ucap Bram.

“Pocong.” Sahut keduanya, sedangkan Damien menunjuk kearah dimana Dhya berdiri.

“Dimana pocongnya Dam, gak ada, liat.”

“Didepan gw, Bram.” Jawab Dam pendek dengan menutup kedua matanya.

“Dhya dimana pocongnya?” tambah Richard.

“Gak tau, tadi pak Damien teriak pocong sambil nunjuk kearah saya.” Jawab Dhya yang masih menutup wajahnya yang masih ketakutan meski ruangan sudah dipenuhi ruangan.

“Gak ada pocong !” tambah Johannes

“Damien, Dhya buka mata !!” Ucap Bram lagi.

Begitu Damien buka mata dan melihat sekitar, benar saja pocong yang tadi ia lihat tidak ada. Begitu ia melihat sisi kiri tubuhnya, Damien terperanjat dan bangun dari tempat tidurnya.

“POCONG !!”

Semua orang yang ada diruangan sangat terkejut melihat sikap Damien, bukan karena dirinya mengira Dhya pocong, tapi karena Damien berdiri, ya Damien berdiri dengan kakinya sendiri tanpa bantuan siapapun.

“Kenapa ?” tanya Damien.

“Duduk lagi, bro.” ucap Johannes yang merangkul Damien karena melihat kedua kaki kakaknya itu mulai lunglai lagi.

“Shit !! Shit !! gw berdiri. Ma, Bram, Jo, Chard, Lice. Gw berdiri sendiri. Yes !!” ucap Dam, saat ia mulai duduk disisi kasurnya dibimbing Jo.

“Damiennnn.” Sang mama berlari dan memeluk Damien erat.

Damien menengok kewanita yang masih menggunakan mukena yang masih terduduk dikasur Damien. Wanita itu terdiam, karena syok bahwa bapak Squarepants itu melonjak dan berdiri, tentu ia bahagia, dan satu sisi ia merasa jengkel karena ia disangka pocong. Tapi berkat itu juga, Damien bisa berdiri.

DLJ Love Story, an inspiration to love againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang