Chapter 17

886 63 0
                                    

Seminggu setelah kedatangan Damien kerumah Dhya, kedua keluarga itupun mengadakan acara lamaran dan menetapkan tanggal pernikahan mereka, Damien yang saat itu sangat ingin melangsungkan pernikahan seminggu kemudian, ditolak mentah-mentah oleh kedua keluarga.

Damien dengan segala kekuasaannya bahkan mampu mencetak 1000 undangan dalam beberapa jam. Dan waktu seminggu bagi Damien sudah mampu meng-handle seluruh urusan pernikahan.

"Jangan ambil hak ini dari keluargamu dan keluarga Dhya, kami ingin menikahkan anak kami seperti seharusnya tidak terlalu buru-buru." Ucap mama Annie.

"Siapa sih yang bisa merebut Dhya lagi? Gak ada, nak." Tambahnya.

"Baiklah."

Akhirnya Damien harus puas dengan keputusan 2 keluarga bahwa pernikahan mereka akan terlaksana 1 bulan dari tanggal lamaran. Semua sudah mulai sibuk mencari desain undangan, seragam keluarga, mencari gedung dan segalanya. Padahal Damien sudah menawarkan semua, dan kedua keluarga tinggal ungkang2 kaki saja.

"Suruh siapa, ditawarin yang mudah mau yang susah." Gerutu Damien yang ternyata didengar Dhya.

"Apa kau snagat mencintaiku bapak tua? Hingga menunggu sebulan pun rasanya sangat berat bagimu."

"Bukan begitu, orang bilang banyak hambatan jika seseorang hendak menikah, aku hanya mencoba mengusir hambatan itu."

Didepan kediaman Dhya ada sebuah mobil dimana ada seseorang yang menunggu sesuatu, menunggu sesuatu menghampirinya.

"Mereka akan menikah sebulan lagi, kita harus cepat."

"Kita bunuh Damien dan terserah kau mau kau apakan wanita itu."

Kedua pria didalam mobil itu kemudian terdiam sejenak, hingga satu diantara keduanya menekal tombol Dial dan menghubungi seseorang.

"Mereka menikah 1 bulan lagi."

"Baik, siapkan waktunya saja dan mari kita porak porandakan hubungan mereka."

Telepon terputus..

Keduanya kembali terbahak-bahak, kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan sebentar lagi. Bersabarlah sedikit.

***

"Hmmm, Jas itu terlalu tua, Mukidi." Ucap Dhya ketika melihat Mukidi memberikan pakaian yang serba hitam.

"Damien akan ke kantor, bukan ke pemakaman."

"Dia memang akan pergi ke pemakamannya." Ucap seseorang dalam hati.

Dhya mengambil baju dari tangan Mukidi dan menaruhnya kembali kedalam lemari. Dhya masih tertegun dengan betapa banyaknya setelan jas yang sangat mahal, bahkan lebih mahal dari cincin yang Dhya pakai.

"Ini cocok." Ucap Dhya dalam hati dan tersenyum ketika menemukan jas abu-abu Armani yang sangat cantik.

"Sejak kapan kau datang?" Damien bertanya.

"Baru saja."

Dhya mengambil Jas abu, celana abu dan kemeja putih tanpa dasi.

"Apa kau akan menemui Klien besar hari ini?" Ucap Dhya sambil memberikan pakaian Damien kepada Mukidi. Damien hanya menggelengkan kepalanya, dan mulai menggunakan kemeja putihnya.

"Perfecto." Ucap Dhya ketika dirinya kembali kekamar Damien tepat saat Damien selesai mengenakan Jas Armaninya.

"Mengapa kau tak berikan aku dasi? Ini bukan diriku." Ucapnya sambil memutar-mutarkan badannya didepan cermin yang tingginya lebih tinggi dari tingginya Dhya.

"Kemari." Ucap Dhya yang menarik jas Damien, kemudian membenarkan posisi kerah baju Damien yang terlipat.

"Kau akan terlihat semakin tua." Kata Dhya sambil memutarkan tubuh Damien kedepan cermin.

"Dahi yang penuh kerutan, mulut yang selalu mengumpat, tangan yang selalu mengepal, dan tongkat aki-aki ini. Semua itu sudah membuat dirimu tampak 20 tahun lebih tua. Maka dari itu kau tidak kuberi dasi."

Damien yang mendengarkan Dhya, mengerutkan dahinya sambil berkaca memikirkan apa yang Dhya katakan tadi ada benarnya. Ah, Dahinya benar berkerut. Damien mendenguskan nafas kesal.

"Baiklah, kau benar." Ucapnya sambil mengambil tongkatnya dan bersiap keluar.

Mukidi yang menatap mereka, tengah memainkan jemarinya dilayar ponselnya. Sesekali seperti mengambil potret kedua insan ini.

"Kau tidak lupa kalau kau memiliki janji denganku siang ini kan?"

Dhya mengangguk menyatakan dirinya mengingat hal yang baru Damien tanyakan.

"Pilihlah cincin yang sangat cantik, aku tidak ingin kau memakai cincin yang biasa dan kecil. Harga diriku ternodai." Kembali dijawab Dhya dengan anggukkan meskipun sebenarnya ia ingin mendebat apa yang Damien katakan.

"Dan siang ini akan kuhabiskan sampai malam denganmu, karena besok kita sudah tidak akan bertemu hingga 1 minggu." Damien mendengus kesal.

"Mengapa dunia harus menciptakan adat pingit memingit seperti ini."

Dhya yang menatap lelaki itu hanya mampu tersenyum.

DIAGOLD JEWELRY

"Kau sudah pilih yang mana yang kau suka?" Ucap Damien yang melihat calon istrinya yang terlihat bingung melihat deretan perhiasan berlian dihadapannya.

"Ahh, kau sudah datang." Jawab Dhya yang mengedarkan pandangannya kearah Damien.

"Jadi yang mana pilihanmu, Hmm." Ucap Damien yang berjalan mendekati Dhya dan hendak meraih pinggul Dhya agar mendekati tubuhnya.

"Aaaawwwwww."

"Apa-apaan kau pocong?"

Damien mengaduh kesakitan karena tangannya yang hendak meraih pinggul Dhya itu, ditusuk Dhya memakai jarum pentul yang berada dikepalanya.

"Jangan menyentuhku, kita tidak memiliki hubungan dimana kau dapat menyentuhku semaumu." Ucap Dhya sambil menunjuk wajah Damien dengan ujung jarum pentul yang menghadap mata Damien, membuat Damien mengerjapkan matanya.

"aaahh, Kau tinggal menyingkir, tak perlu menusukku."Ucap Damien sambil mengusap punggung tangannya.

"Aku bahkan tidak mengira kau itu ternyata memiliki kepribadian lainnya."

"Maksudmu? Hah?"

"Ya, Lihatlah dari mana jarum itu berasal? Dari sini?" Ucap Damien sambil mengusap kepala Dhya.

"Tidak kusangka ternyata kau jelmaan kuntilanak." Damien terbahak-bahak.

"DAMIEN LUCAS JAVIER !!!"

"Ya, saya. Ada apa nona DHYA LAVANIYA JANUARDI?"

Dhya hanya mampu mendengus kesal dengan kelakuan Damien yang kini semakin tidak masuk akal.

"Tidakkah kau merasa kita unik?"

"Tidak, biasa saja. Apa uniknya?"

"Nama kita memiliki inisial yang sama, ah, aku yakin kita berjodoh."

"Inisial?" Ucap Dhya yang kemudian berpikir.

"Yup, D-L-J. Damien Lucas Javier, dan Dhya Lavaniya Januardi."

"Aku bahkan tidak memperhatikan itu." Kata Dhya sambil tersenyum.

"Bahkan, bila dibuat sebuah buku aku sudah menemukan judul yang tepat untuk kisah cinta kita." Ucap Damien dengan penuh percaya diri.

"Oh ya? Apa?"

"DLJ Love Story, an Inspiration to love again."

DLJ Love Story, an inspiration to love againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang