Chapter 23

976 54 6
                                    

Ya, bukan Dicky alasan kedua keponakannya ketakutan.

Tetapi...

Tiba-tiba saja William berbalik menghadap balkon menatap Alice dengan pandangan yang aneh. Tidak lama setelah itu, William berjoget-joget tidak jelas membuat semua orang tertawa, kecuali Alice. Will yang berjoget menghadap Alice itu bibirnya bergerak, mengucapkan satu kata.

"Morse."

Alice yang menggendong putri kecilnya heran, apa itu morse? Dan ... Alice teringat sesuatu. Williamnya adalah anggota pramuka yang cerdas disekolahnya. William pernah menjuarai beberapa perlombaan atau tournament dan salah satunya adalah Morse, sandi Morse dengan bendera atau sering kita tahu semaphore.

Alice menganggukkan kepalanya kearah Will untuk menandakan bahwa Alice siap menerjemahkan setiap sandi yang Will beri dengan gerakan tangan seolah ia memegang bendera. Will yang mengerti sinyal Alice pun memulai dari Awal.

H-E-L-P

P-L-E-A-S-E

D-A-M-I-E-N ??

"Apa itu? Segitiga?" Alice berpikir.

"BAHAYA." Matanya terbelalak. Dan menatap Will seolah bertanya siapa atau apa yang terjadi.

M-U-K-I-D-I, dan...

PRANGG !!!!

Suara benda dari kaca terjatuh, orang-orang rumah berlarian kedalam karena mengingat keadaan Damien yang sedang hancur. Kecuali mama Annie, mama Annie mengunjungi Dhya kerumahnya untuk bersilaturahmi dan meminta maaf atas nama Damien.

Alice yang saat itu melihat Damien terkulai dengan mulut yang berbusa langsung teriak, Alice melihat mukidi berlari lompat dari jendela Damien.

"KAU !! Berhenti !" teriak Alice kepada Mukidi.

"Ka, sadar ka, kak aku mohon sadar." Alice mengguncang tubuh Damien yang membiru.

"Susu." Ucap Jonathan dan membuat semua orang heran.

"Damien meminum susu Almond, jangan-jangan Mukidi meracuni Damien !!"

"Ayo bawa Damien kerumah sakit !!" tambah Jo.

Didepan kamar Damien, Vennya dan Will menangis, tubuhnya bergetar hebat melihat om-nya sudah terkulai dengan busa dari mulutnya. Will menatap nanar pada seseorang disamping Alice, entah siapa, mungkin Dicky karena Dicky menggendong putri Alice kurang hati-hati.

Luciana menatap Venya yang menangis hebat dan segera menelpon Bram untuk menyusul kerumah sakit, sementara itu Venya, Will, Alice beserta bayinya dan Dicky dirumah untuk menjaga anak-anak. Alice memaksa ikut tetapi percuma karena Alice membawa bayi tak akan mungkin Alice diperbolehkan masuk rumah sakit.

Richard dan Jonathan berlarian dengan wajah khawatir membawa Damien kedalam mobil, sedangkan Luciana sibuk mencari dompetnya yang sebenarnya tidak ia butuhkan karena rumah sakit yang akan mereka kunjungi adalah Mayapada International Hospital, rumah sakit yang mana suaminya adalah pemegang saham terbesar kedua disana.

"Biar aku yang kemudikan, sepertinya kau sedang gatal-gatal." Ucap Richard pada Jonathan yang hanya diangguki oleh Jonathan. Jo sudah menggaruki punggung tangannya sedari tadi entah ia alergi karena semalam memakan kepiting atau karena hal lain.

"Susu itu, susu itu Dhya yang meracik. Jangan-jangan Dhya berusaha membunuh Damien karena sakit hati."

"Pasti Dhya, Mukidi dan Dicky bersekongkol."

"Dan untuk apa Dicky berkunjung, dia pasti ingin memastikan kematian kakakku."

Jonathan terus mencerocos disana, tetapi Luciana menangkap keanehan dari cara bicara Jonathan, entah apa tapi terasa ganjil. Luci dan Richard tidak menggubris Jo karena semua tidak mungkin. Karena Dhya sudah meracik susu itu sejak lama, dan Dhya tidak dekat dengan Mukidi tidak seperti Prakash.

DLJ Love Story, an inspiration to love againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang