Sudah 8 bulan mesin ventilator itu berbunyi dengan irama yang sama, dan sudah 8 bulan pula 2 keluarga ini menunggu kesadaran dari seseorang yang terbaring dikasur panas ruangan ICCU.Adakalanya mereka semua menyerah, tetapi satu orang disana selalu memasang badan ketika kedua keluarga sudah menyerah.
Bagi kedua keluarga dan tim Dokter, kesadaran Dhya adalah sebuah mukjizat jika memang terjadi. Tetapi bagi seseorang yang memasang badan menjaga Dhya, kesadaran Dhya adalah hal yang harus dirinya perjuangkan.
Meski Damien mengetahui kemungkinan kesadaran Dhya kembali hanya sekitar 10 persen saja, tapi bagi Damien 10 persen itu sangat berharga. Karena saat dulu dirinya memiliki kesempatan sembuh dari paraplegia hanya 1 persen, hanya Dhya yang percaya bahwa Damien mampu sembuh total.
Dan ini yang sedang Damien lakukan, mengupayakan 10 persen itu semaksimal mungkin.
Kejadian 8 bulan lalu, benar-benar merubah dunia Damien menjadi jungkir balik. Ketika dirinya tidak sadar saat Dhya hendak dibawa kekamar jenazah, ternyata Damien menarik selimut Dhya tidak sengaja dan menggenggam tangan Dhya dengan erat, bahkan sangat erat. Dan saat petugas perawat hendak melepaskan genggaman itu, disana ia melihat bahwa jemari Dhya bergerak, kelopak mata Dhya bergerak, hingga akhirnya Dhya langsung dibawa masuk keruangan ICU.
****
Damien’s POV
“Apa kau tidak lelah menutup matamu terlalu lama?”
“Kau sudah mengundur pernikahan kita terlalu lama, haruskah aku menikahimu dengan ketidaksadaranmu saat ini.”
“Marahkah kau jika aku lakukan itu?”
“Bahkan jika aku harus menghabiskan hidupku dengan merawatmu, aku siap.”
“Tapi aku mohon, bukalah matamu, jangan tidur terlalu lama.”
“Tidakkah kau rindu melihat arakan awan dan indahnya pelangi?”
“Kau tahu, kau bahkan memberikan dan mengajarkan aku bagaimana mencintai dan dicintai disaat aku tak pernah terpikir untuk mencintai lagi.”
Damien mengucapkan segala yang ia rasakan sambil memegang erat tangan Dhya, sesekali Damien mengecupnya singkat dan kemudian kembali meluruhkan airmata.
Seringkali Damien tertidur diatas lengan Dhya sepanjang malam, terbangun tengah malam dan melantunkan ayat-ayat cinta Rabb-nya persis seperti yang Dhya lakukan ketika Damien tengah terbaring lemah diatas kasurnya.
****
Hari ini Damien mengumpulkan seluruh keluarga besarnya juga keluarga besar Dhya di kediaman Javier, ada hal yang hendak dirinya sampaikan kepada kedua keluarga besarnya. Kedua keluarganya mengira bahwa Damien akan menyerah memperjuangkan kesembuhan Dhya karena presentase yang sangat kecil bagi Dhya untuk kembali sadar.
Damien berjalan dari kamarnya dengan setelan jas yang sangat rapi, bahkan teramat rapi untuk sekedar pertemuan keluarga biasa. Dirinya berjalan dengan wibawa yang besar meskipun matanya tetap saja sembab sejak 8 bulan terakhir.
“Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian semua, dan ini keputusanku, keputusanku yang mutlak.”
Lontaran kalimat pertama yang Damien katakan membuat keluarga besarnya keheranan, dan menerka nerka apa kalimat berikutnya yang akan Damien lontarkan.
“Pertama mengenai kasus keracunan yang terjadi padaku, selama 8 bulan ini bukan aku diam saja, aku hanya sedang mengumpulkan bukti dan kini bukti sudah aku serahkan kepada pengacaraku, bahkan hasil visum dan sisa dari susu pun sudah kuterima hasil pengujiannya. Jadi bersiaplah.”
“Kedua, ini mengenai Dhya. Mungkin kalian akan mengira bahwa aku menyerah, tetapi tidak sama sekali. Aku sudah memutuskan, jika aku harus habiskan sisa hidupku untuk mengurus Dhya, maka akan aku lakukan, maka izinkan aku menikahinya.”
Mendengar keputusan Damien, kedua keluarga terkejut luar biasa. Pertama karena kini mereka harus melawan kerabat mereka sendiri yakni Jonathan, dan kedua keputusan Damien untuk menikahi Dhya meski Dhya sudah koma selama 8 bulan.
“Lebih baik ikhlaskan Dhya, nak. Mari kita kerumah sakit dan lepaskan ventilatornya. Dan kembalilah lanjutkan hidupmu.” Ucap mama Dhya.
“Tapi ma.. aku..”
“Persiapkan segala sesuatunya, mari Damien, mama pun ingin melihat Dhya menjadi menantu mama.” Ucap Mama Annie menegarkan anak laki-lakinya.
“Tapi bu Annie, Dhya hanya memiliki 10 persen kesempatan hidup.” Ucap mama Dhya.
“Lalu kau akan menyerah dengan takdir, mama Dhya?”
“Damien berhak bahagia dan membuat sebuah keluarga yang baru.” Jawab mama Dhya sambil menangis terisak.
Damien memeluk kedua mamanya.
“Aku bahkan pernah hidup dan nyaris ingin bunuh diri dengan kesempatan 1 persen, mengapa kita tidak berjuang bersama sekarang? Setidaknya Dhya unggul 9 persen dariku, bukan ma?”
“Semua keperluan dirumah sakit, akan mas persiapkan. Kalian bersiaplah menyambut anggota baru keluarga Javier.” Ucap Bram yang ikut larut dalam suasana.
Mendadak kediaman Javier menjadi hiruk pikuk, seluruh keluarga sibuk membenahi diri, berdandan alakadarnya untuk menghadiri pernikahan CEO Javier enterprise dengan perawat pribadinya.
MAYAPADA INTERNATIONAL HOSPITAL
Persiapan pernikahan sederhana Damien dan Dhya sudah selesai, tinggal menanti kehadiran pak penghulu yang dibawa oleh Arsyad (Kawan Bram), Dhya sudah didandani dengan make-up yang tipis oleh Dilla, istrinya Arsyad.
Sedangkan Damien, sibuk mengurus anak-anak Dilla dan Arsyad yaitu Arka dan Dayana. Karena kedua orang tua mereka sedang dibuat kewalahan dengan pernikahan dadakannya Damien.
“Kalian tahu, kalau perjuangan Papa dan Bunda kalian itu luar biasa?” Ucap Damien pada kedua anak kecil itu.
Arka yang mendengar Damien berbicara hanya mengangguk saja, karena memang sedikit banyak bocah kecil ini tahu bagaimana perjuangan Papanya, Bundanya juga dirinya untuk bersama. Sedangkan Dayana, bocah cilik yang baru berumur satu tahun setengah itu hanya sibuk memakan ice cream yang dibelikan Damien sambil menceracau tidak jelas.
“Om, memimpikan bisa hidup bahagia dengan tante Dhya seperti Papa dan Bunda, juga memiliki malaikat seperti kalian.” Ucap Damien sambil mengusap kedua kepala anaknya Arsyad, dan menahan bulir air jernih diujung matanya.
“Aamiin.” Jawab Arka.
“Bunda selalu bilang, Do’a yang tulus selalu Allah kabulkan disaat yang tepat, Om.”
“Om hanya perlu bersabar saja.” Arka yang mengoceh sedewasa itu membuat Damien terperanjat ditempatnya.
“Ha Ha Ha, ayo Pak Pengantin, Penghulu sudah datang, persiapkan dirimu.” Ucap Arsyad yang baru saja datang memecah keterkejutan Damien akan kata kata putra nya Arsyad tersebut.
****
Pernikahan keduanya sudah dilaksanakan, Damien kini sudah resmi menyandang status sebagai suami dari Dhya, begitupun Dhya sudah resmi menyandang status sebagai istri Damien.
Malam pengantin mereka, Damien gunakan untuk bercerita sepanjang malam dengan Dhya, meski Dhyanya tidak menjawab, setidaknya suara ventilator yang menandakan Dhya mash disisinya membuat Damien tenang.
Hingga menjelang pagi, Damien tetap melanjutkan rutinitasnya melaksanakan shalat tahajud dan membaca al-quran. Lalu mengecup lembut dahi Dhya dan tanpa Damien sadari matanya menutup menandakan ia sudah cukup lelah dan membutuhkan istirahat.
Damien kembali tertidur dikursi tepat disamping istrinya terlelap. Tangannya menggenggam tangan Dhya dan mengecupnya lembut.
“Mas…”
Sebuah suara lirih dari balik masker oksigen yang Dhya kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DLJ Love Story, an inspiration to love again
Romance#24 Newbie 11/05/2018 #14 Newbie 05/06/2018 #10 Newbie 02/01/2019 ini cerita keduaku, masih dengan cerita mainstream ala penulis Wattpad. hanya saja dicerita ini aku tambah unsur komedi (Comedy-Romance), lemesin aja dan mari nikmati setiap alurnya. ...